Catatan Lokakarya Daur Subur di Kampung Jawa
Bertepatan Mei yang telah usai, dan memasuki awal bulan Juni Komunitas Gubuak Kopi kembali menggelar Daur Subur. Salah satu program utama yang diusung oleh Komunitas Gubuak Kopi tersebut, mengajak rekan-rekan lingkar kolektif, lembaga, dan individu yang ada di wilayah Sumatera Barat untuk terlibat selaku partisipan.
Daur subur adalah sebuah program dan platform yang dikembangkan untuk memetakan dan mengarsipkan kultur pertanian di sumbar. Menggali aspek pengetahuan dari tradisi masyarakat pertanian dan memahami persoalan-persoalan kontemporernya. Para partisipan diajak untuk mengikuti lokakarya literasi media, pengelolaan arsip, dan memproduksi karya berupa teks, gambar dan foto.
Terdapat 10 Partisipan pada kegiatan kali ini, di antaranya Alif Ilham Fajriadi dari LPM Suara Kampus, Padang; Khairul Hatta dari Padang Panjang; Lingga dari Padang; Nanda dari Surau Tuo, Bukittinggi; Arfan Nanda dan Salistio Erisa Putra dari Solok; Amelia Putri, Noura Arifin, dan Alfin Zernindo Prima dari Orangufriends Padang; dan Alfi Syukri dari Sekolah Gender, Padang.
Sepuluh partisipan tersebut dibantu oleh lima fasilitator, yaitu Biahlil Badri, Volta A. Jonneva, Biki Wabihamdika, Teguh Wahyundri, dan Hafizan. Serta dimentori oleh Albert Rahman Putra selaku ketua kelas Komunitas Gubuak Kopi.
Ketika saya menulis ini, kami telah melewati 4 hari berkegiatan pada program Daur Subur kali ini. Selama itu pula, kami belajar membaur satu sama lain serta mengenali individu-individu yang akan berkegiatan bersama kami selama 12 hari ini. Karena selain belajar bersama, ini juga momen untuk berjejaring. Kegiatan telah dimulai pada 30 Mei dan akan usai pada 10 Juni nanti.
Aktivitas harian yang wajib kami lakukan adalah mengambil minimal 10 foto di sekitaran Kampung Jawa (lokasi berkegiatan untuk Daur Subur #6), dengan tujuan para partisipan bisa memahami dan peka akan lingkungan sekitarnya, serta mungkin mulai memetakan. Albert mengatakan bahwa mengambil foto ketika di perjalanan adalah salah satu langkah awal untuk kita bisa lebih sensitif akan lingkungan sekitar.
Selain mengambil foto, kami juga telah disuguhi oleh materi tentang sejarah dan cara kerja media, kesenian, dan kebudayaan. Dengan metode penjelasan berupa diskusi bersama dan saling sharing. Diskusi berjalan dengan nyaman dan bagasi kami terisi penuh oleh Albert. Ia menjelaskan dengan detail tentang perkembangan media kepada kami. Walau, kadang beberapa partisipan mengalami ngantuk di sela-sela materi, itu tak menjadi masalah utama, karena dapur Rumah Tamera yang menjadi markas Komunitas Gubuak Kopi, telah menyedia kopi dan bisa kita buat sendiri, itu gratis.
Hari ini, pada Rabu (02/06), kami diskusi tentang tugas kemarin, yakni masing-masing partisipan mendapat tugas untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai topik-topik tertentu. Topik diskusi itu di antaranya, tentang mengenai priode-priode perkembangan musik, film, kebudayaan, sastra, dan politik di Indonesia. Seluruh partisipan mendapatkan jatah sebanyak satu topik, yang nanti akan dibagikan dan dijelaskan di depan partisipan yang lain sebagai pemantik diskusi.
Diskusi berlangsung ramah dan kritis, beberapa partisipan menyampaikan hasil temuannya mengenai tugas yang diberikan. Ada banyak ilmu yang kami dapatkan, semuanya berlangsung menyenangkan, walau beberapa teman ada yang pusing dan ngantuk, tapi itu semua terbayarkan dengan hasil bahwa bagasi kami penuh olehnya.
Setelah diskusi hujan datang, kami menyibukkan diri dengan mengolah pupuk kompos di Rumah Tamera bersama-sama. Setelahnya kami ditugaskan mencari foto lagi, dan melanjutkan diskusi foto mengenai foto tersebut seperti hari-hari sebelumnya.