Hari kedua workshop Remaja Bermedia dimulai pukul 10.00 WIB di kabin utama Rumah Tamera. Remaja Bermedia adalah sebuah platform literasi media untuk remaja melalui metode kesenian yang diinisiasi oleh Gubuak Kopi sejak 2017, dan tahun ini diselenggarakan secara paralel bersama Tenggara Street Art Festival. Minggu, 22 November 2020, pagi yang cerah dengan beragam warna kostum kebanggannya, para peserta duduk di kursi disambut oleh 2 orang mentor yang akan memandu jalannya workshop hari ini. Verdian Rayner lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang seorang street artis yang berdomisili di Kota Solok. Verdian juga aktif menggambar, costum paint, pin srtiping, dan produksi karya visual lainnya. Selain itu ia juga aktif menjadi vokalis di beberapa grup musik underground salah satunya Blindside yang juga sudah merilis mini album. Ia juga memiliki ketertarikan di dunia motor custom dan D.I.Y culture lainnya.
Berikutnya ada Sayhallo, seorang Street Artist merupakan salah satu anggota Komunitas Gubuak Kopi dan bagian dari Ekosistem Rumah Tamera Creatif Hub. Sayhallo juga aktif memproduksi karya mural, wheatpaste dan sketsa.
Mereka memulai workshop dengan memperkenalkan sekilas tentang street art, kemudian diajak mengalami cara produksi street art menggunakan teknik stensil. Peserta diberikan satu kertas karton, cater, pensil, dan twinpen. Para Peserta dipersilahkan mengambar karton dengan nama atau kata yang dianggap menarik dan sedikit ornament di sekitarnya. Karton tersebut dilubangi dengan pisau sesuai garis atau gambar yang telah dibuat para perserta. Sebelumnya Verdian dan Sayhallo mengingatkan kepada peserta, bahwa ada beberapa huruf khusus yang butuh perlakuan khusus. Ia harus di sket dengan agar huruf tersebut dapat terbaca ketika di transfer.
Semua peserta tampak sibuk dengan kerja masing-masing sambil dengar lagunya FKJ yang lagi hits. Ada yang capek iseng menggoda temanya di sebelah, karena rata-rata beda sekolah, malah sempat tukar nomor kontak. Satu persatu dari karya mereka selesai dan saat yang ditunggu pun datang, tiga kaleng cat spray dikeluarkan. Kaleng cat tersebut dikocok menghasilkan bunyi yang cukup untuk membuat penasaran para peserta. Karya pertama dari peserta ditranfer sendiri oleh peserta ke sketsel yang telah di persiapkan. Karya pertama berhasil dengan mulus membuat peserta yang lain saling berebut untuk memegang kaleng.
Pada hari sebelumnya seorang anak yang bercita-cita jadi intel mentransfer kata “maling” ke sketsel, memancing tawa anak-anak lain dan tos dari kakak-kakak Rumah Tamera kepadanya sebagai penghargaan karena tampil beda. Akhirnya semua selesai mentransfer karya mereka. Pukul sudah menunjukkan 12.40 WIB, kita istirahat dan sholat zhuhur lalu makan siang bersama di Rumah Tamera. Sebelum istirahat sedikit pengarahan dan ucapan terimakasih oleh ketua kelas Komunitas Gubuak Kopi, Albert Rahman Putra. Ia menyampaikan tujuan utama dan harapan-harapan hari workshop ini. Bahwa kita berharap adik-adik mempunya pengalaman mengapresiasi beragam karya kreatif dan semangat D.I.Y.
“Untuk sekarang adik-adik tidak perlu menjadi professional seni, yang penting mengerti dulu cara mengapresiasinya” tegas Albert.
Selesai makan siang bersama peserta diajak tour ke lokasi kakak-kakak “seniman residensi” berkarya, dan diakiri dengan mentransfer langsung karya bersama ke sejumlah dinding kosong di Taman Pramuka didampingi oleh kakak dari Rumah Tamera. Pukul sudah menunjukan 16.00 WIB, karena sepertinya hujan akan turun kita semua memutuskan untuk foto bersama dulu sebelum pulang. Sampai jumpa di Remaja Bermedia selanjutnya.
–
Infromasi lainnya terkait festival: www.tenggarafestival.id