Sabtu, 21 November, Tenggara Street Art Festival berkolaborasi dengan platform Remaja Bermedia, sebuah lokakarya kreatif untuk remaja dalam memahami kerja-kerja mediasi melaui praktek seni. Para remaja juga diajak untuk mengalami proses berkesenian bersama seniman-seniman dan mentor, kemudian memproduksi karya bersama. Workshop ini merupakan sub program dari ranggkaian kegiatan Tenggara Street Art Festival yang terjadwal dari 18-28 November Di Kota Solok. Peserta workshop ditargetkan kepada remaja-remaja Sumatra Barat, atau siswa-siswa sekolah menengah pertama/sederajat, dan sekolah menengah atas/sederajat yang ingin mempelajari proses produksi karya seniman residensi.
Sebelumnya kami menyebar poster pendaftaran di media social dengan link pendftaran yang langsung mengarahkan calon peserta ke online form. Peserta langsung bisa mengisi formulir yang tersedia. Agak sedikit di luar dugaan, para peserta kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah yang fokus pada keagamaan seperti pondok pesantren dan MTs (Madrasah Tsanawiyah), dan tentu juga siswa umum maupun yang tidak bersekolah. beberapa dari mereka ada yang mendaftar sendiri dan ada yang didaftarkan oleh guru mereka, seperti halnya siswa-siswa pondok pesantren, karena di pondok para santri tidak diperbolehkan memakai gadget. Workshop dijadwalkan pukul 10.00 WIB. Sekitar pukul 09.00 WIB, satu persatu peserta mulai berdatangan. Ada yang menggunakan motor sendiri, ada yang diantar oleh orang tua, ada yang berombongan dari sekolah dengan menyewa satu ankot, ada yang di antar oleh para ustad dan ustazah dari pondok. Pukul 10.00 Rumah Tamera sudah ramai dengan berbagai warna seragam sekolah.
Tidak ada bel tanda masuk kelas, semua sudah masuk ke ruangan. Setelah menyemprotkan handsanitizer dan membagikan masker, mereka memilih sendiri tempat duduk. Seniman pertama yang akan menjadi mentor workshop ini adalah Autonica atau Annisa Rizkiana Rahmasari. Ia adalah seorang seniman autodidak dan penulis buku Jingga Jenaka (Publikasi dari Comma Books, KGP 2019). Ia biasa bekerja sebagai penulis, membuat zine, komik, ilustrasi, dan mural. Kesukaannya pada pembuatan dialog kerja visual, dan juga menciptakan karakter dengan kisah yang bersinggungan dengan empati. Dia saat ini berdomisili di Yogyakarta dan akif terlibat dalam berbagai perhelatan seni.
Nica, begitu dia memanggil dirinya. Ia mengawali workshopnya dengan memberi perkenalan singkat tentang apa itu media, dan memberi kesempatan para remaja untuk menyampaikan pendapatnya tentang ap aitu media. Ruangan sejenak hening dari bisik-bisik, dan peserta saling melihat satu sama lain, terdengar sahutan malu-malu dari pojok,
“Koran kak…”
“yaa benar,” jawab Nica. Ia mengambil kertas A3 yang sudah dipersiapkannya dari Jogja. Kertas Itu adalah bahan zine yang akan kerjakan bersama adik-adik di sini. Zine itu juga merupakan hadiah untuk para peserta workshop yang nantinya boleh dibawa pulang. Kemudian Nica membagikan bahan zine tersebut. Masing-masing peserta mendapatkan satu bahan zine. Semua peserta diajak untuk melipat zine tersebut hingga tersusun dengan rapi dari sampul, isi, dan cover belakang. Semua peserta berhasil melakukan instruksi itu dan selanjutnya Nica meminta satu peserta untuk membacakan isi zine tersebut.
Sambil bercerita tentang apa itu zine dan latar belakang zine, Nica mengajak peserta untuk memproduksi zine dengan bahan yang cukup mudah didapat, yaitu satu lembar kertas berukuran A4, pensil, twinpen, dan gunting. Kakak-kakak dari Rumah Tamera pun membagikan peralatan dan bahan kepada peserta. Isi dari zine tersebut dimulai dari yang mudah saja, dimulai dari memperkenalkan diri dan siapa orang yang disayangi, makanan kesukaan, cita-cita, motto hidup, dan harapan untuk Kota Solok. Perserta juga dipersilahkan untuk menghias zine-nya secantik mungkin. Semua peserta mulai sibuk dengan kertas dan pensil mereka. Di tengah proses pembuatan zine, salah satu dari peserta bertanya, “nggak ada keluar mainnya kak?” semua tertawa dan ternyata dia ingin ke toilet.
Pukul sudah menunjukan pukul 12.00 WIB, sebagian dari peserta sudah siap dan sebagian masih sibuk dengan twinpen menghiasi zine mereka. Kemudian Nica meminta peserta untuk membacakan zine buatan mereka secara bergantian. Beragam harapan, moto hidup, dan cita-cita mereka deklarasikan. Ada yang bercita-cita jadi intel, ulama besar, dokter, guru, dan menarik, hanya ada satu anak yang bercita-cita jadi seorang seniman.
Cerita singkat dari mereka sangat mengesankan, tak sadar pukul sudah menunjukan 13,00 WIB dan semua zine sudah dibacakan, dan ternyata Nica menyiapkan beberapa award untuk tiga zine terbaik. Nica pun menyebutkan 3 nama peserta yang dianggap zinenya kreatif dan rapi. Award dari Nica berupa poster seukuran A3, karya dari Nica sendiri. Penutup dari workshop hari ini adalah foto bersama dan makan siang bersama dengan kakak-kakak dari Rumah Tamera, dan para artis residensi Tenggara Street art festival lainya. Semua tampak ceria dan bahagia bertemu teman baru sembari menunggu jemputan mereka saling bercerita. Satu persatu dari mereka pulang dan akan bertemu kembali esok pagi dengan seniman dan mentor yang berbeda. Workshop ini digelar sebagai bagian dari upaya Tenggara Festival untuk menyebar semangat D.I.Y dan mendorong munculnya banyak aktivitas kreatif yang diprakarsai anak muda Kota Solok.
–
More info about Tenggara Festival: www.tenggarafestival.id