Catatan Proses Tenggara Festival 2020
Salah satu program dari Tenggara Street Art Festival adalah Artist in Residence, mengundang 8 orang/kelompok terlibat dalam residensi singakat di Solok. Mereka melakukan riset, kolaborasi, dan memproduksi karya di sini. Autonica adalah seniman yang datang lebih awal ke Rumah Tamera. Ia adalah seniman asal Yogyakarta yang suka memproduksi zine, penulis, illustrator, dan ia juga senang mural di tempat yang lebih besar dari sebelumnya. Nica tiba di Bandara International Minangkabau (BIM) pada Selasa 17 November. Ia juga akan memberikan materi workshop membuat mini zine untuk para remaja Sumatra Barat di Rumah Tamera.
Hari pertamanya adalah riset singakat di Terminal Angkot Solok, sebelumnya ia ditawarkan mural di dinding lantai dua konter phone cell yang di sebelahnya ada warung kopi, di kawasan sentral terminal angkot Kota Solok. Sepertinya ibu penjaga warung tahu saja kedatangan kami untuk ini, karena kami memang sudah beberapa kali berkunjung ke sini. Dia langsung menanyakan, kapan akan mural di sini. Tawaran selanjutnya untuk Nica adalah dinding Gedung Olahraga Kota Solok. Ia tertarik pada lokasi ini, menurutnya jika ini bisa, ini akan dinding terbesar yang pernah ia mural. Dinding ini berukuran lebih dari 8 meter dan lebar sekitar 4 meter. Ini merupakan sisi depan Gedung Olahraga Kota Solok.
Karya Zine Autonica di Solok, November 2020.
Rabu Siang, Masoki seniman graffiti asal Kota Padang sampai di Rumah Tamera menggunakan sepeda motor. Masoki akan riset dan mural di Pos Ronda di Kampung Jawa. Lokasi ini adalah pusat berkumpulnya pemuda, dan juga dikenal dengan pos induk Kelurahan Kampung Jawa. Menarik sebetulnya, jika siang hari biasanya sekali seminggu, pada hari jumat, lokasi ini dijadikan tempat lomba kicau burung. Beranjak sore, halaman pos ini menjadi tempat orang berjualan bakso, pangsit dan jajanan jalanan lainnya, hingga sekitar jam 10 malam. Pos ronda ini adalah pos ronda yang terbesar dan paling rapi yang pernah saya lihat. Mereka memiliki struktur yang jelas, dan perlengkapan yang terawat. Para pemuda yang biasa nongkrong di lokasi ini juga sangat terbuka pada kita, dan sering juga membantu kegiatan kita di Rumah Tamera. Ya, diharapkan ini akan menjadi tukar tambah pengetahuan, dan mempublikkan street art di Kota Solok.
Rabu malam, Andang Kelana (Jakarta) dan Adi Dhigel (Jakarta) sampai di Rumah Tamera. Meski sebelumnya dihadapi dengan mobil mogok di padang. Tahun lalu Andang, Direktur Visual Jalanan ini juga datang ke sini untuk jadi juri di Solok Mural Competition, dan tahun ini kembali dengan misi yang kurang lebih sama. Dhigel adalah street artis yang tergabung dalam Grafis Huru Hara, Jakarta. Katanya, sebelumnya ia juga pernah datang ke Solok dalam agenda kondangan. Dhigel medapat tawaran dari Tenggara Street Art festival untuk mural di Lapas Kelas IIB Laing Kota Solok. Mural di lapas ini juga nantinya akan melibatkan warga lapas, dalam bentuk kolaborasi. Kata penjaga lapas, Bang Dadung, ia mengatakan lapas ini didominasi oleh kasus narkoba sekitar 70%, dan sebagian kecil sekali disusul oleh kasus, kekerasan, dan pelecehan.
Partisipan residensi Tenggara Street Art Festival berkunjung ke Lapas Klas IIB Kota Solok.
Partisipan residensi Tenggara Street Art Festival mengunjungi lokasi-lokasi yang disoroti tim artistik. (kiri ke kanan) Adi Dhigel, Masoki, Teguh, Autonica, dan Badri.
Partisipan residensi Tenggara Street Art Festival berkenalan dengan seniman-seniman Solok. (kiri ke kanan) Masoki, BDX, Da Boy, Badri, Autonica, dan Dhigel.
Berkumpul di Rumah Tamera
Mereka memeng tidak datang dengan serentak, besok harinya Bujangan Urban dan Blesmokie sampai di Rumah Tamera. Lokasi mural yang sama dengan Autonica, Bujangan Urban akan mural di Wall Climbing di Gedung Olahraga Kota Solok. lumayan tinggi, wall climbing ini memiliki tinggi sekitar 15-16 meter. Dia menjadi penulisan penting untuk skena graffiti di Indonesia dan juga menginspirasi banyak anak-anak untuk memulai membuat graffiti. Blesmoky, seniman asal Tuban, Surabaya, dan kini berdomisili di Jakarta. Akan mural di tabung air PDAM Taman Bidadari. Tabung ini memilki diameter sekitar 3-4 meter. Taman ini memang tidak seramai taman yang lainnya. Beberapa ikon yang tidak terawat dan fasilitas yang tidak berfungsi lagi. Sebetulnya mural juga mengaktivasi ruang, ya, setidaknya ini akan membuat perhatian baru pada taman ini nantinya, meskipun untuk berfoto saja.
Jika yang lain berangkat menggunakan pesawat, berbeda dengan Bayu dan Genta Rekayasa. Rabu malam mereka meluncur dari Medan menuju Kota Solok menggunakan sepeda motor. Perjalanan mereka membutuhkan waktu kurang lebih 18 jam untuk sampai di Kota Solok. Eh karena perjalanan ini juga butuh waktu untuk tidur, mereka sampai di Solok pada Jumat siang. Lumayan bukan? Mereka berdua juga akan mural di Lapas Kelas IIB Laing Kota Solok. Genta akan mewarnanai dinding lapas dengan karakter realisnya yang ekspresif.
Kelompok mural dari Kota Padang, Minang Typers datang terakhir ke Rumah Tamera. Mereka datang Sabtu malam. Kolompok ini adalah komunitas belajar lettering dan kaligrafi. mereka sebelumnya ditrawarkan untuk membuat iklan-iklan warga seperti, peringatan, pemberitahuan dan penanda sebuah tempat. Jika sebelumnya warga membuat iklannnya sendiri dengan karakter ala mereka, ini akan berbeda jika ditulis dan dibuat dengan “artistic”. Nantinya ini juga menjadi dipamerkaan di lokasi kemah Tenggara Festival ini. Ya, meskipun nantinya mereka juga akan mural di beberapa tempat. Pastinya kehadiran teman-teman ini sangat penting bagi kami, mewarnai dan menjaga semangat kawan-kawan muda Solok.
–