Catatan Sinema Pojok spesial sinema Iran
Pada penayangan reguler Sinema Pojok kali ini, kita kembali memutarkan filem yang di sutradarai oleh Jafar Panahi, Taxi Tehran. Filem ini adalah sebuah bentuk protes Jafar Panahi terhadap dunia perfileman di negaranya itu pada tahun 2015. Dialog dan narasi yang di bangun di filem ini terasa sangat mengkritik pemerintah Iran yang sangat mengontrol ketat masalah perfileman.
Cerita di filem ini sangat sederhana sekali, tetapi pembahasan atau alur yang dibangun Jafar Panahi sangan kompleks, mulai dari membicarakan masalah sosial yang ada di Iran, dan juga masalah yang dialami dia sendiri di dunia perfileman.
Yang sangat terasa sekali di filem ini, bagai mana Jafar Panahi membicarakan Filem di dalam filem itu sendiri, mulai dari pembahasan mengenai budaya perfileman di negara itu sampai sistem- sistem yang mengatur perfileman di Iran sendiri. Contohnya saja terlihat ketika salah satu penumpasng Jafar Panahi di filem ini yang menjual DVD filem Hollywood dan juga filem non komersial kepada pelanggannya, yang di pemerintahan Iran, itu ilegal. Dan juga ketika bagaimana dia menghadirkan obrolan dengan seorang pengacara yang cukup kenal dengan dirinya, ia membahas bagaimana ia dihukum karena membuat beberapa filem yang dianggap melanggar norma atau sistem yang ada di Iran sendiri.
Tetapi walaupun begitu, dalam filem ini mencoba melihatkan sikap pesimis mengenai perfileman di negeranya. Dari seorang ponakan yang menceritakan pelajaran filem di sekolah yang sangat ketat mengantur produksi filem, sehingga muncul filem-filem yang cenderung seragam, penuh konstruksi untuk kepentingan negara. Narasi-narasi kebenaran dianggap sebagai “realisme kotor”. Namun di akhir filem dia mengahadirkan anak- anak yang sangat antusias ingin membuat filem yang bisa menjadi konsumsi publik di negaranya.
Di sini juga bisa kita lihat, walaupun sistem mengenai dunia perfileman di negara itu sangat ketat, akan tetapi di usia dini anak- anak, disana sudah mempelajari filem dan juga bagaimana memproduksi filem, walaupun kurikulum yang diajarkan di sekolah tersebut sangat dikontrol oleh kebijakan pemerintah.
Diakhir pemutaran, kita mendiskusikan pandangan-pandangan mengenai filem ini. Teguh salah seorang penonton menayakan kembali mengenanai pemilihan alur yang dipilih oleh Jafar Panahi, apakah ini bisa disebut dokumenter atau hanya setingan dia saja? Albert mencoba menanggapi, sebenarnya dalam konteks tertentu tidak begitu penting ia filem dokumenter atau tidak. Tapi untuk mempelajari estetika yang muncul dari situasi sinema di sana ada baiknya juga kita menyelidiki itu. Barang kali bisa disebut Dokumenter, atau setidaknya ia menghadirkan itu seolah dokumenter. Di filem ini sangat terlihat jelas bagaimana penumpang yang masuk ke dalam taksinya itu sangat tersusun rapi, dan sangat mendukung cerita di filem ini. Semua yang hadir dalam taksi itu montase yang kompleks dan saling berkait. Jafar tidak banyak bicara, tapi semuanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia munculkan. Albert menambahkan di filem ini Jafar Panahi sangat baik membicarakan masalah perfileman yang ada di negaranya.
Sinema Pojok adalah ruang tontonan dan belajar filem alternatif hadir setiap miggu. Selama beberapa minggu ke depan, Sinema Pojok akan menghadirkan sejumlah filem-filem Iran yang dikurasi oleh saya sendiri, untuk melihat bagaimana situasi sosial-ekonomi-politik di sana melalui filem.