Kamis, 23 Mei 2019, seperti beberapa hari sebelumnya, hari ini saya kuliah di pagi harinya dan pulang ke Surau Tuo AMR pada sore harinya sebelum waktu ashar. Setelah shalat asar saya dan teman-teman dari Surau Tuo dan Komunitas Gubuak Kopi yaitu Albert, Badril, Biki, Holil, Fandi, Caam, dan saya Novi atau biasa dipanggil Qitiank mengadakan jalan-jalan di sekitaran lingkungan Surau Tuo dengan berjalan kaki, yang rencananya diadakan kemarin sore, ditunda karena cuaca sore kemarin hujan lebat yang disertai petir. Jalan-jalan ini bertujuan untuk silahturahmi dan memperhatikan lingkungan sekitar surau.
Perjalanan dimulai dari Surau Tuo, Caam yang pada waktu itu sedikit terlambat karena kesibukan perkuliahan berpapasan dengan kami ketika berada di sekitar SDN 21 Alai Parak Kopi. Lokasinya tidak begitu jauh dari Surau Tuo, akan tetapi Caam berhasil menyusul kami ketika telah sampai di depan komplek Mega Asri. Di sepanjang jalan kami menemui Pemakaman yang diperuntukkan untuk kaum Jambak di Parak Kopi, dan kami juga menemui kebiasaan warga menggantungkan sampah pada paku yang tertancap di pohon, depan rumah-rumah warga. Anehnya, kebiasaan itu hanya kami temui di rumah-rumah yang berlokasi komplek cendana depan komplek Mega Asri Parak Kopi. Mega Asri Parak Kopi merupakan komplek bersih dan terlihat ‘elit’, berbeda dengan komplek di sekitaranya.
Sepanjang perjalanan kami menemui berbagai macam kebiasaan warga, salah satunya yaitu lari-lari santai sekitaran komplek. Sesampai di jalan Andalas, Albert memutuskan untuk berhenti sejenak, mengajak kawan-kawan untuk membeli pabukoan (takjil) karena waktu babuko telah sangat dekat. Seusai membeli pabukoan kami melanjutkan perjalanan pulang ke Surau melalui Jalan Banjir Kanal di tepian Banda Kali. Banda Kali adalah sebuah sungai besar atau kanal banjir, untuk mengatur volume air agar Kota Padang tidak mudah banjir. Tapi sekilas ia juga terlihat seperti tempat pembuangan limbah warga yang berakhir di laut. Di pertengahan jalan pulang, waktu babuko telah datang dan kami menyantap takjil di tepian Banda Kali. Tidak begitu lama kami di sana, sekitar 15 menit, lalu melanjutkan jalan pulang.
Di samping itu Volta dan Fajri tidak ikut dalam jalan-jalan sore, kerena mempersiapkan makanan pabukoan di Surau Tuo. Setiba di Surau Tuo kami telah dinanti oleh Da Ishak, Da Fikar, Fajri, dan Volta. Kami beristirahat sebentar dan berbincang-bincang dengan Da Ishak sambil menunggu nasi matang dan dilanjutkan dengan makan bersama. Karena ada kepentingan lain, seusai makan Da Ishak langsung ke tempat bekerjanya.
Seusai shalat Isya, kami melanjutkan diskusi seperti tiga hari belakang, sekaligus ini adalah hari terakhir diskusi dengan Komunitas Gubuak Kopi dalam rangka silaturhami. Agak sedikit berbeda, malam ini kami membahas tentang “Agenda Kolaborasi Gubuak Kopi dan Surau Tuo“ berikutnya yang dimoderatori oleh saya dan pemabahasan dipandu oleh Albert. Diskusi malam ini dihadiri oleh Albert, Fikar, Badril, Biki, Fajri, Caam, Dayu, Fido, Saya dan Jambi.
Diskusi malam ini berlangsung dengan hangat dan santai, karena sedikit lelah setalah berjalan-jalan sore tadi. Di awal diskusi kami membahas mengenai waktu pelaksanaan kolaborasi Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR selanjutnya, yang akan diadakan selama 20 hari, mulai dari tanggal 17 Juni atau beberapa minggu setelah lebaran Idul Fitri dan bertepatan juga dengan jadwal ujian perkuliahan dari tanggal 11-19 juni. Kolabarasi akan diadakan sampai tanggal 6 Juli 2019. Dalam diskusi itu, direncanakan selama 17 hari untuk lokakarya dan 3 hari untuk presentasi. Agenda kolaborasi ini mengguakan platform atau kerangka kerja Daur Subur dan diselenggarai oleh Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR.
Ketika diskusi berlangsung, Caam bertanya “apa sih lokarya itu? “ dan dijawab oleh Albert, lokakarya Itu Bahasa Inggrisnya adalah workshop, ia semacam pelatihan yang ditargetkan agar para partisipannya dapat melakukan apa yang telah dilatih nantinya dan juga mengerti kenapa kegiatan itu perlu dilakukan. Setelah membahas waktu pelaksanaaan, kami membahas tentang pembagian tugas. Fasilitator dari kolaborasi itu adalah teman-teman dari Gubuak Kopi dan seluruh Inyiak Surau (Sapaan untuk anggota Surau Tuo AMR). Sedangkan partisipannya juga sekaligus seluruh Inyiak Surau dan beberapa teman yang ingin ikut.
Diskusi diberhetikan sementara, karena ada keributan dari anak-anak sekitar, mereka bermain-main dengan motor yang terparkir di samping surau. Tidak sengaja, mereka menjatukan dua unit motor milik Inyiak Surau. Kejadian itu menimbulkan bunyi yang keras sehingga kami cukup kaget. Tidak ada kerusakan serius dari kejadian itu. Diskusi kembali di lanjutkan setelah motor disusun kembali. Berikutnya kami membahas tentag kebutuhan-kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk agenda kolaborasi tersbut, termasuk kebutuhan harian selama 20 hari itu, seperti kopi, konsumsi, dan perlengkapan tidur.
Setelah itu, pembahasan terakhir dari diskusi malam ini adalah tentang pra-kegiatan. Sebelum acara hendaknya kita memberi tahu terlebih dahulu ketua RT dan Pemuda, menghubungi narasumber tamu, serta penentuan bidang publikasi dan dokumentasi. Setelah semua pembahasan selesai, saya sebagai moderator mentup pertemuan malam itu, dan kita melanjutkan ngobrol-ngobrol santai, ada pula yang melewatkan malam dengan bermain domino.