Catatan pembukaan Lapuak-lapuak Dikajangi #2
Lapuak-lapuak Dikajangi (LLD) #2 adalah project lanjutan dari project Lapuak-lapuak Dikajangi tahun 2017 lalu. Secara garis besar project ini berupaya melestarikan nilai-nilai tradisi yang terdapat dalam aktivitas masyarakat melalui platform multimedia. Kalau sebelumnya partisipan yang dihadirkan hanya dari Sumatera Barat, Project LLD #2 melibatkan 9 orang seniman yang berasal dari luar dan dalam Sumatera Barat. Para partisipan akan diajak untuk membaca dan merespon persoalan silek di Sumatera Barat dan Solok secara khusus. Teman-teman seniman ini akan riset, berkolaborasi, dan memproduksi karya di Solok selama 21 hari kedepan.
Adapun para seniman yang terlibat ialah Ragil Dwi Putra (Jakarta) yang saat ini aktif berkegiatan di 69 performance club dan Klubkarya Bulutangkis; Jhori Andela (Padang Panjang) yang saat ini aktif sebagai komposer musik berbasis tradisi dan multimedia, baik itu untuk karya personalnya maupun dalam music tari dan filem; Prashasti Wilujeng Putri (Jakarta) yang focus pada bidang seni performance tergabung dalam 69 Performance Club dan kolektif Milisi Film; Hujjatul Islam (Lombok) yang saat ini aktif sebagai pengurus di Yayasan Pasirputih Lombok dan aktif berkarya sebagai pelukis dan mengembangkan proyek seni Dokter Rupa, sebuah inisiatif untuk mengakrabkan untuk mendekatkan pengetahuan seni rupa pada masyarakat.
Berikutnya ada Zekalver Muharam (Solok) yang aktif berkesenian melalui karya-karya seperti mural, komik, lukisan, dan video; Dewi Safrila Darmayanti (Pekanbaru), seorang koreografer yang berdomisili Pekanbaru, aktif berkarya bersama kelompoknya Otaku Dance Company serta mengelola kelompok music Blacan Aromatic di Pekanbaru; Hafizan (Padang) aktif berkesenian di ruang lingkup kampus dan juga komunitas-komunitas seni di Sumatera Barat; Arum Dayu Tresanigtyas (Bandung), aktif mengerjakan project-project fotografi dan saat ini juga aktif mengelola Omnispace, dan berkarya dalam kelompok musik bernama Tetangga Pak Gesang; Palmer Keen (Yogyakarta) seorang Etnomusicolog asal Amerika, yang kini menetap di Yogyakarta dan saat ini tengah menjalankan project personalnya yakni Aural Archipelago, sebuah penelitian dan pengarsipan musik tradisi Asia.
Demikian Albert Rahman Putra, selaku Ketua Komunitas Gubuak Kopi memperkenalkan para seniman dalam jamuan makan malam (14/10/2018) yang dipersembahkan oleh Walikota Solok sebagai sambutan. Malam itu, di Balairung 99, kediaman Walikota Solok, Albert juga menyampaikan pertimbangan-pertimbangan kenapa orang-orang ini dipilih. Walikota yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Walikota, yakni Bapak Reiner, berharap teman-teman seniman ini dapat memperkaya pemahaman masyarakat, khususnya generasi kini terkait tradisi silek di Minangkabau.
Senin, 15 oktober 2018, project Lapuak-lapuak Dikajangi #2 resmi dibuka. Pembukaan ini diawali dengan sambutan oleh Albert selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi. Antara lain Albert menyampaikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan teman-teman seniman selama kurang lebih 21 hari di Solok, seperti lokakarya, mengikuti kuliah umum dari akademisi maupun pelaku silek tuo, mengunjungi sasaran silek dan melihat proses latihan, riset, memproduksi karya, serta mempresentasikan karya dalam bentuk pameran. Selain itu, Albert juga menyampaikan terima kasihnya bahwa tahun ini, Lapuak-lapuak Dikajangi bisa terlaksana oleh Gubuak Kopi berkat kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Pemerintahan Kota Solok, yang dirangkai sebagai mitra Silek Arts Festival dan Platform Indonesiana.
Acara pembukaan ini dilaksanakan di aula Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Solok (15/10/2018), di Tembok-Ampang Kualo, Nan Balimo, Kota Solok. Acara pembukaan ini juga dihadiri oleh kepala perwakilan Direktur SAF (Silek Arts Festival), dan dibuka secara simbolik oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok. Setalah pembukaan, pada siang harinya, kita juga kedatangan perwakilian dari Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, menyampaikan maaf dan sapaan atas ketidak-hadirannya di pembukaan.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pengantar mengenai kebudayaan di Solok dan kaitannya dengan perkembangan Silek di Solok oleh Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), yakni Bapak Haji Rusli, dan wakilnya Mak Datuak Tan Panggak, yang juga diperkenalkan sebagai salah seorang tuo silek (guru silek) di salah satu sasaran silek (perguruan silek).
Seperti yang menjadi ide dasar Gubuak Kopi menghadirkan tema ini, dua tokoh ini juga menyebutkan bahwa silek tidak hanya persoalan beladiri secara fisik, tetapi juga terkait pendidikan karakter, adab, silaturahmi, dan lainnya. Selain itu Datuak Tan Panggak menambahkan sejarah datangnya silek di Kota Solok yang membuat pengembangan silek di Solok menjadi lebih unik. Bahwa, silek yang datang dari Solok datang dari agam dan tanah datar, dari agam membawa langkah tigo dari tanah datar membawa langkah ampek, sedangkan di Solok dua langkah dasar ini dipadukan dan dikembangkan.
Pengenalan dasar itu berlangsung hingga sore hari, dan pada malam harinya dilanjutkan dengan mer-review hasil diskusi siang hingga sore itu, yang dipandu oleh teman-teman dari Gubuak Kopi.