Suatu hari dalam sebuah bus dari Solok menuju kota Padang, bersama kami naik seorang laki-laki yang tidak mau duduk dan memilih berdiri di depan pintu. Setelah beberapa menit perjalanan, pria ini menyampaikan isyarat pada sopir bus, lalu pak sopir mematikan musiknya. Laki-laki ini mengeluarkan rabab (rebab) dari kantong plastik yang ditentengnya. Dengan sedikit kesulitan dalam posisi berdiri dan mobil bergoncang, ia mulai menggesek rebabnya.
Rebab yang saya kenal adalah salah satu kesenian musik yang berkembang dari daerah Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Rabab juga merupakan nama alat musik utamanya. Rabab dari Pesisir Selatan atau rabab pesisir ini berbeda dengar rabab dari daerah Pariaman dan Sijunjung, rabab pesisir organ akustiknya menyerupai biola, tapi kemudian alat musiknya ini juga tersebar ke berbagai daerah di Minangkabau. Rabab biasanya digesek sambil bersila, memposisikannya seperti Celo, mengiringi teks yang naratif yang biasa disebut Kaba. Menceritakan sebuah legenda-cerita rakyat yang kaya akan pelajaran filosofis. Baru kali ini saya menyaksikan Rabab dalam situasi ngamen di dalam bus, mungkin karena akhir-akhir ini saya jarang naik bus pula. Dan menarik, syair-syairnya kali ini merunut perjalanan kala itu menuju Padang, yang kita alami dan akan kita alami, –walau si pengamen akhirnya turun di daerah Talang, masih seperempat jalan menuju Padang– di Talang, pada sebuah macet panjang karena perbaikan jalan. Informasi perbaikan jalan ini sudah saya ketahui dari syair yang ia dendangkan, tak terasa kita sudah sampai di lokasi itu.
vlog by @albertrahmanp (bujangkatapel)
Solok, Mei 2017
________________________
Vlog Kampuang: Program produksi karya audiovisual dengan pendekatan video diary yang dilakukan oleh Gubuak Kopi dan warga pengguna telepon pintar untuk merekam persoalan-persoalan atau narasi-narasi lokal yang ada di Solok secara khusus, dan Sumatera Barat, secara umum. Karya-karya audiovisual yang terkumpul didistribusikan secara online melalui kanal YouTube Gubuak Kopi.