Catatan observasi hari pertama di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Observasi ini adalah bagian dari kegiatan lokakarya Kultur Daur Subur yang diselenggarakan Gubuak Kopi, pada tanggal 10-20 Juni 2017. Catatan ini ditulis oleh partisipan lokakarya.
Tanaman, seperti dalam pengertian umumnya yang juga dirangkum oleh wikipedia, merupakan jenis organisme yang dibudidayakan pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai pada saat pertumbuhan. Pengertian ini sering kali dibedakan dengan pengertian tumbuhan, walaupun dalam obrolan sehari-hari kita anggap sama. Tanaman secara umum terdiri dari tanaman obat, tanaman hias, maupun tanaman yang dipanen untuk dikonsumsi. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tanaman memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Tanaman bisa sebagai pembersih udara, sebagai penyejuk udara, sebagai sumber bahan pangan, sebagai pelindung dari teriknya sinar matahari, sebagai bahan obat-obatan dan masih banyak lagi manfaat tanaman bagi manusia dan lingkungan hidup lainnya.
Di Kampung Jao atau di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok, banyak warga yang membudidayakan tanaman di pekarangan mereka. Sepanjang jalan di Kampung Jao yang saya telusuri, saya melihat apresiasi masyarakat atau kepedulian akan lingkungan sekitarnya dengan cara menanam tanaman di pekarangan rumahnya. Tanaman yang ditanam oleh sebahagian besar Warga Kampung Jawa adalah seperti tanaman obat-obatan, tanaman hias, maupun tanaman yang dibudidayakan untuk dikonsumsi.
Berbicara tentang tanaman, banyak warga Kampung Jao yang menjadikan berbagai jenis tanaman sebagai konten dari taman mereka. Mayoritas warga Kampung Jao, di setiap rumahnya memiliki taman. Baik itu dikelola secara teratur, maupun dikelola secara tidak teratur. Warga yang mengelola taman secara teratur yang saya maksud lebih banyak memvariasikan taman mereka dengan berbagai jenis tanaman. Mereka terlihat serius dalam menggarap taman tersebut, salah satunya ditandai dengan bagaimana warga membudidayakan bibit tanaman cabai yang diberi wareng agar hama tidak merusak tanaman cabai tersebut. Saya juga melihat ada warga yang sedang menyiram tanaman yang ada di taman mereka, yang jelas-jelas ini sangat baik dilakukan untuk membudidayakan sebuah tanaman.
Sedangkan warga yang mengelola taman secara tidak teratur, menurut saya seringkali membiarkan taman mereka ditumbuhi tumbuhan liar. Lalu mereka membiarkan tumbuhan yang ada di tamannya berkembang biak hingga memakan bibir jalan, secara visual ini sangat menarik bagi kita para pengguna jalan yang sering lewat di Kampuang Jao.
Seiring dengan banyaknya warga yang mengelola taman di pekarangan rumah masing-masing, saya juga melihat minimnya perhatian warga terhadap lingkungan di luar pekarangannya. Di sepanjang perjalan juga terlihat beberapa titik sampah-sampah berserakan, yang sebenarnya juga tidak jauh dari rumah-rumah warga. Terlepas dari itu, saya juga melihat ada sebuah lapangan yang sudah rusak dan semak. Sayang sekali sebenarnya, tapi barang kali warga tidak begitu tertarik atau tidak difungsikan lagi.
Di sini, di Kampung Jao, saya dibuat takjub oleh kesuburan tanahnya. Didasari dengan rasa penasaran, saya sempat mengambil sedikit sampel tanahnya, lalu saya merasakan bagaimana gemburnya tanah yang berada di wilayah tersebut. Di samping sebahagian besar warga memanfaatkan tanah yang subur itu dengan baik, tetapi akan lebih baik jika warga juga memperhatikan lingkungan sekitar atau di luar pekarangan rumahnya. Misalnya dengan cara membuang sampah pada tempat-tempat yang telah ditentukan dan tidak berserakan, atau mungkin juga melakukan gotong royong membersihan ruang-ruang publik di sekitaran.