Di Minangkabau sangat banyak Alek atau perhelatan yang diadakan baik itu untuk menyambut hari besar keagamaan atau kegiatan adat istiadat. Alek atau perhelatan ini tentunya butuh persiapan yang ekstra agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Seperti diantaranya kegiatan malamang yang dilakukan dalam menyambut lebaran Maulid Nabi, menyambut bulan suci Ramadhan atau kegiatan lainnya. Dalam tradisinya, kegiatan malamang membutuhkan proses yang sangat panjang diantaranya dimulai dari proses pemilihan bambu yang akan digunakan sampai dengan proses pemanggangan yang menghabiskan waktu berjam-jam. Di Minangkabau, setiap proses dalam proses malamang ini memiliki makna atau arti di dalamnya.
Sejarah malamang sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan dilakukan secara turun temurun. Menurut sejarahnya, kegiatan ini berkaitan dengan proses masuknya agama islam ke daerah Minangkabau oleh Syekh Burhanuddin. Lamang atau lemang merupakan makanan yang sebenarnya dimasak agar memiliki daya simpan yang lama dan dalam proses penyimpanan atau membawanya tidak membutuhkan tempat lain sebagai wadahnya. Aktivitas malamang diselenggarakan secara kolektif dan masih dilaksanakan oleh beberapa komunitas masyarakat hingga sekarang. Berikut beberapa foto mengenai proses malamang dan perhelatan yang menggunakan lamang sebagai sajian didalamnya yang saya ambil melalui unggahan oleh para pengguna media sosial instagram, dan di repost oleh akun @solokmilikwarga
@solokmilikwarga: Program pendayagunaan hashtag #solokmilikwarga di media sosial. Program ini dikembangkan dalam rangka mengumpulkan image-image yang berhubungan dengan Solok, sebagai bagian dari penelitian untuk membaca perkembangan kota sekaligus untuk mengarsipkan peristiwa-peristiwa kontemporer yang terjadi. Secara khusus, hashtag ini akan difokuskan pada Instagram.