Merekam Senja adalah proyek foto esai berikutnya dari teman kita Gaberiella Melisa, setelah sebelumnya memaparkan pada kita sebuah prespektif tentang hujan. Kali ini Igeb memulai susunan karya ini dengan sebuah pertanyaan yang sekan dilemparkan padannya sendiri, kemudian menjawabnya dengan narasi (sastra) dan citra visual (fotografi). Pertanyaan-pertanyaan baru ternyata terus saja muncul. Senja dan misterinya terus ia temui di banyak tempat, di banyak kota yang ia lalui. Mempertanyakannya dan mencoba menemukan hal-hal yang membuatnya menjadi misteri. (RED)
Merekam Senja
Bagaimana saya memaknai senja?
Saya mencintai senja karena warna dan rupa. Jingga yang menggoda disaat sang surya mulai menenggelamkan diri.
Lihatlah, bukankah senja itu begitu mempesona?. Ah sudahlah tak perlu banyak bicara, nikmati saja sembari memejam mata.
Apa yang kamu tahu tentang senja? Apakah sebatas jingga? Senja dan mendung seolah menyiratkan hasrat yang terkurung. Dan lagi aku tersihir.
Suatu senja di atas awan. Aku bercerita tentang cakrawala. Tentang surya yang enggan pulang, dan tentang bulan yang enggan datang.
Suatu ketika aku tergoda untuk membuka jendela dikala senja menyapa. Apa yang aku dapat? Bingkisan warna yang memanggilku untuk memeluk senja.
Yang aku tahu tentang senja, tentang 60 detik yang menyihir sebagai pertanda terang berganti gelap. Cukup 60 detik saja, menyisakan waktu menikmati senja dari pinggir pantai. Deru ombak yang menyiratkan rindu akan gelap. Serta hembusan angin yang menyiratkan nafas pertanda hidup.
Suatu ketika aku bertatap dengan senja. Aku bertanya tentang duka yang enggan mereda. Senja menjawabku, menyuruhku berlalu mencari hati. Sudahkah kutemukan hati?
Dulu aku takut senja datang. Dulu aku takut gelap, namun ketika pertama kali aku menatap senja, aku jatuh cinta pada senja yang masih muda.
Senja merekah sumringah, terpanah wajah hingga pecah!
Terhempas pedas hingga kandas, terampas tanpa pias!!
Bayangan keruh dan terjatuh, rapuh runtuh kemudian menjauh!
Diam dalam kelam, malam mengintai tubuh yang tenggelam!
Terlelap sunyi yang menggelap, kalap dan tak puas menatap!
Tertunduk beku hingga layu, menyapu mimpi yang sembilu!
Rumput bertaut dan berpagut, takut akan hampa yang membalut!!
Merenung dalam relung, tertuang dalam hasrat yang terkurung!
Pulang terbang dan berjuang, terhalang tiang menghilang!!
Menyusup degup merangkai kuncup, kecup angin yang bertiup sayup!
Ikat singkat menuai hasrat, berbulir rindu yang menyayat!
Seberkas senyum ranum mengulum, mengintai diam dalam harum!
Gabriella Melisa
Jakarta, 2014