CATATAN DARI PAYAKUMBUH WORLD MUSIK FESTIVAL
Oleh : Afrion Putra Trias
Payakumbuh adalah kota yang berada di hamparan kaki Gunung Sago, 30 kilometer dari Bukittinggi, yang menjadi tuan rumah festival world music kelas dunia. Festival yang diberi tajuk “Payakumbuh World Music Festival”. Festival ini diselenggarakan tepatnya di Lembah Ngalau pada tanggal (5-7/12/2013) yang di hadiri oleh masyarakat Payakumbuah dan masyarakat luar kota lainnya. Masyarakat sangat antusias terhadap acara tersebut dan peserta dari World Musik Festival yang dari beberapa negara, acara ini juga di hadiri beberapa pakar musik tanah air. Diantaranya, DR Rizaldi Siagian, Sari Majid, Bambang Sutejo dan Hari Lento, serta juga di hadiri oleh mahasiswa-mahasiswi dari beberapa universitas yaitu dari UNP(Universitas Negeri Padang) jurusan SENDRATASIK(SENi DRAma TAri dan muSIK) dan juga di hadiri oleh mahasiswa ISI (Institute Seni Indonesia) Padangpanjang.
Acara ini di selenggarakan oleh PEMKO Payakumbuah, Dinas pariwisata dan olahraga dan juga di dukung oleh D’Cress Event Organiser.Pemko payakumbuah dan dinas pariwisata menyelenggarakan acara ini yang bertujuan untuk meningkatkan musikalitas dan mengapresiasi insan musik atau musisi dan juga masyarakat payakumbuah terhadap perkembangan musik, acara ini juga bertujuan untuk perayaan ulang tahun kota Payakumbuah yang ke 43.
Dalam artian “WORLD MUSIK” di sini adalah dalam ajang mempertemukan para musisi indonesia dengan para musisi luar negeri sekaligus memperkenalkan musik tradisi orang luar dengan musik tradisi yang ada di indonesia. Sehingga menggabungkan musik tradisi dengan musik modern.
Sebut saja “PWF” singkatan dari Payakumbuh World Musik Festival.PWF ini telah di selenggarakan 2 kali oleh PEMKO payakumbuah.acara pertama yaitu pada tanggal (3-5/12/2012).dan sekarang di adakan lagi pada tanggal (5-7/12/2013).tentunya acara ini sangat di nantikan sekali bagi para musisi-musisi dan masyarakat Payakumbuah bila di hadirkan kembali pada tahun selanjutnya. PWF ini mengahadirkan dari berbagai negara.
Pada tahun sebelumnya “PWF” menghadirkan grup musik dari beberapa negara dan juga dari beberapa provinsi di Indonesia seperti Minang Pentagong (Padangpanjang), Mahatam (Padangpanjang), Kota Arang Perkusi (Sawahlunto), UNP (Padang), Eksain (Pekanbaru), Bahana Etnik (Bengkulu), Taufik Adam Minstreal (Jakarta), Altajaru Ensambel (Jakarta), Dendang Anak (Malaysia), Fhadli (Singapura), Avijic (India) dll. Singapore.
Pada tahun ini “PWF” menghadirkan banyak musisi dari dalam dan luar daerah sumatra barat.diantaranya adalah Opening (UNP), Tari Seudati (Aceh), Ruang Kreatif UNP (Padang), PGSD Artcre (Bengkulu), Collegium Musicum (Medan), Intro (Payakumbuh), Parewa (Padangpanjang), dan Lempia (Aceh). Taufik Adam Mainsteral (Jakarta), Galiga (Riau), Minanga Pentagong (Padangpanjang), dan Balawan (Bali).
“PWF” ini di samping ruang apresiasi bagi insan musik, kegiatan ini juga diharapkan akan menjadi even tahunan yang mampu mendukung promosi wisata Kota Payakumbuh. Dengan menjadikan “PWF” ini agenda tahunan maka Payakumbuh akan menjadi sasaran bagi musisi-musisi dari berbagai daerah di dalam maupun di luar Sumatra Barat sebagai tempat sarana apresiasi musik.
“PWF” yang berjadwalkan 3 hari, yaitu: pada tanggal 5 – 7 Desember 2013 dan pada waktu acara 20.00(WIB)-22.30(WIB) setiap harinya.
Payakumbuh Musik World Festival (05/12/13) Day 1
Mencoba untuk mengundang keramaian di Lembah Ngalau Payakumbuh dengan opening Ansamble Percusion yang di sajikan oleh ruang kreatif (UNP) sendratasik, yang sangat cocok dengan tema openingnya. Alhasil penampilan yang membawakan suasana kesenangan dan kemeriahan pembukaan acara PWF kepada penonton dan peserta PWF serta masyarakat di kota Payakumbuah.
Selanjutnya pada malam pertama ini adalah penampilan Tari Seudati yang berasal dari Aceh Timur. Kata seudati berasal dari bahasa Arab: syahadati atau syahadatain, berarti kesaksian atau pengakuan. Keunikan dari tari ini adalah tidak menggunakan musik melainkan dengan pola ritme yang berasal dari tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan jari. Gerak demi gerak dibawakan mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Beberapa gerakan dalam tarian ini sangat dinamis dan penuh semangat. Namun ada juga beberapa bagian yang nampak kaku, tetapi sepenuhnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan para penarinya. Kemudian, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus sikap kesatria.
Berlanjut dengan penampilan yang ke dua yaitu masih dari ruang kreatif (UNP) Sendratasik. Yaitu karya komposisi musik yang berjudulkan “ROMUSA” dengan merekonstruksi atau menceritakan kembali kejadian pada masa penjajahan dahulu dengan menuangkan ke musik dan teatrikal yang sangat membawa suasana kembali pada masa penjajahan. Serentak penonton terdiam saat teatrikal “ROMUSA” di mulai oleh para pemain dari UNP tersebut. Jeritan dan tangisan membuat penonton sampai ikut terkejud saat klimaks dari karya komposisi musik ROMUSA ini. Penyampaian dalam musik dan teatrikal ini sangat lah bagus apalagi di dukung dengan menggunakan alat seperti rantai, cambuk, seng yang sangat identik dengan masa penajajahan.
Payakumbuh Musik World Festival (06/12/13) Day 2
Jum’at malam (6/12) di lapangan parkir Ngalau Indah, Kota Payakumbuh, Sumbar. Walau pun hujan turun namun tidak mengurangi semangat para pencinta musik dan antusias masyarakat Payakumbuh terhadap acara “PWF” ini. Di malam kedua ini di buka oleh penampilan Collegium Musicum (Medan), yang menampilkan 3 buah karya musik yang menggabungkan musik tradisi dengan musik modern. Yaitu dengan judul (1) Juwita Melayu (2). Palestina, (3) six ti six. Penampilan yang sangat memukau untuk pembukaan acara PWF di hari kedua ini.
Penampilan selanjutnya adalah yang di tunggu-tunggu oleh warga Payakumbuah, yaitu: Komunitas Seni “Intro”(Payakumbuh) dengan judul “The Power OF Kecapi”dengan menjadi tuan rumah warga Payakumbuh turut berbangga karna ikut serta dalam “PWF”. Tepuk tangan yang sangat banyak dari warga dan penonton seakan membuktikan bahwa warga Payakumbuh berbangga karna ke ikut sertaan “INTRO” di acara “PWF” ini. Selanjutnya adalah penampilan Lempia (Aceh)., dan untuk penutupan Parewa (Padangpanjang)
Payakumbuh Musik World Festival (07/12/13) Day 3
Sabtu (7/12) adalah hari terpadat dari semua agenda yang telah dipersiapkan. Diantaranya adalah Taufik Adam Mainsteral (Jakarta), Galiga (Riau), Minanga Pentagong (Padangpanjang), dan I Waya Balawan (Bali). Pada pukul (13.00WIB) Panitia “PWF” juga mengadakan “Coaching Clinic”(pelatihan,biasanya berupa teori tentang musik) yang diadakan di panggung seluas hampir 25 meter di pelataran parkir Ngalau Indah. Sungguh event yang sangat bermanfaat sekali untuk menambah wawasan tentang musik bagi musisi-musisi yang ada di Sumatra Barat dan sekitarnya. Dengan Coacher(Pemberi pelatihan) yaitu “Iwaya Balawan”. musisi mana yang tidak tau dengan Iwaya Balawan seorang guitaris yang asal Bali. Dengan karya yang menggabungkan dua unsur musik yang berbeda yaitu musik etnik dan musik modern jazz menghasilkan musik baru dan menjadi sorotan bagi negara lain.
Salut buat mahasiswa ISI(Padang Panjang) dan UNP(sendratasik) yang tidak menyia-nyiakan kesempatan yang berharga untuk menambah wawasan, pengetahuan tentang musik secara Gratis(saut Rudi Guitaris Geliga).merasa tak mau ketinggalan “Coaching Clinic” juga di ikuti oleh para bintang tamu di acara ‘PWF’ seperti Rudi(guitarisGeliga) Ryan(bassistGeliga) Indra(DrummerMinangPentagong). Dan para player dari UNIMED.
Materi yang di berikan pada “Coaching Clinic” sangat menambah wawasan tentang seputar musik diantaranya adalah pemakaian Voicing Cord, Passing Cord, Progres Cord. Manfaat pemakaian dua neck di satu gitar dan juga berbagi pengalaman perjalanan menjadi seorang musisi yang langsung di berikan oleh I Waya Balawan.
Pada malamnya Taufik Adam Mainsteral (Jakarta) membuka penampilan dengan bertemakan “BEYOND THE SACRED’’. Sebuah karya Musik yang berjudul “Identitas Hibrid’’ yaitu penggabungan dua identitas. Dengan, menggabungkan musik etnik dengan musik posmodern. Karya ini mengemas kembali musik etnik tersebut supaya tidak ketinggalan dengan musik pada masa sekarang ini. Dengan memakai alat musik telempong, sarunai, beberapa alat musik brass dan pemakaian syntaizes. Alhasil, sungguh karya yang menakjubkan, suatu karya yang patut di tampilkan di acara “PWF” ini. Dan juga bisa memanggil penonton untuk merapat di area parkir lembah Ngalau.
Penampilan kedua yaitu dari geliga(Riau) dengan karya musik yang berbau smooth jazz. Kemudian penampilan selanjutnya adalah Minang Pentagong dari ISI (Padang Panjang) dengan menampilkan 2 reportoar musik yang berjudul “Rabab In Blues”. Penampilanya sangat menarik untuk di kupas. Seperti tanya jawab saya dengan bapak Muklis, Composer sekaligus dosen ISI (Padang Panjang) “Pabab In Blues” berbentuk dua penyajian dengan garapan musik blues. Yang pertama adalah bakaba, yaitu rabab bermain solo yang seperti biasa penampilan rabab. Namun di sini yang berbeda adalah pengiring dari rabab “bakaba” ini di garap dengan musik blues sehingga menjadi kemasan baru dalam penampilan rabab. Kemudian bentuk penyajianya adalah “Raun Sabalik” dengan di iringi gandang oyak dan lagu minang populer contohnya Takicuah Di Nan Tarang. Karya kedua berjudul “Palayaran Impromtu” dalam artian, bermain bebas seperti tanpa persiapan atau konsep. Dengan di iringi reportoar dendang ganto sori. Sungguh kemasan musik yang baru dan berbeda.
Diantara semua penampilan selama 3 hari ini, ada satu musisi muda yang menjadi sangat di tunggu-tunggu oleh para musisi yang berada di acara “PWF” ini. Dia adalah I Waya Balawan (Bali). Salah satu personil dari band project “TRISUM” . Tidak di ragukan lagi, Balawan menjadi sorotan bagi negara-negara lain. Dengan karakter bermain gitarnya yang khas, di sini Balawan bisa memainkan berbagai alat musik hanya dengan media gitar. Seperti gandang tabla, gamelan, angklung, piano dan keyboard. Dengan beberapa karya yang berjudul “Morning Alarm” Balawan membuktikannya.
___________
Penulis adalah Mahasiswa Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Universitas Negeri Padang.
*Artikel ini juga dipublikasi di BUJANGKATAPEL