Memberdayakan tenaga hewan untuk membantu pekerjaan manusia sebenarnya bukan hal baru lagi oleh masyarakat Sumatera maupun masyarakat timur. Pada dasarnya, hal ini telah ditinggalkan, karena selain telah muncul berbagai teknologi mesin bermotor, juga dianggap membebaskan hewan-hewan seperti kerbau dari beban berat. Namun beberapa praktik masih ditemukan di daerah-daerah di Sumatera Barat. Salah satunya adalah memanfaatkan tenaga kerbau untuk menganggkut mesin dompeng (don feng) untuk keperluan pertambangan emas. Video ini diambil pada tahun 2017 lalu, oleh Yovi, di Padang Sibusuk. Di beberapa lokasi di Minangkabau, pengangkut menggunakan tenaga kerbau ini disebut: Isoh/Esoh/Kabau tarek (kerbau penarik) Continue reading
Tag Archives: Teknologi Pertanian
Ketapel Mak Etek
Banyak cara yang dilakukan petani dalam mengusir hama burung pemakan padi, salah satunya adalah “manggaro”. Namun untuk musim burung yang tidak banyak, bisa dilakukan dengan cara sederhana. Seperti yang dilakukan oleh Mak Etek, yaitu dengan ketapel, ia menjaga sawah nya dari hama burung menggunakan ketapel karena cukup ampuh menjangkau dari jarak jauh dan cara ini tidak terlalu memakan tenaga. Mak Etek dapat menjaga sawahnya dari hama sambil bermain ketapel.
Vlog by Ade Mukhlas
Padang Sibusuk, 11 Januari 2018
Vlog ini bagian dari edisi khusus lokakarya Daur Subur di Padang Sibusuk, oleh Gubuak Kopi dan PKAN.
Tembak-tembak di Batang Aia
Sepulang sekolah Edo dan Teguh mempersiapkan alat pancing yang biasa ia sebut “tembak-tembak”. Alat ini merupakan salah satu dari beragam jenis penangkap ikan yang biasa dipakai oleh warga. “Tembak-tembak” bukanlah alat rutin untuk menangkap ikan, tapi biasa dipakai petani sepulang ke sawah sambil membersihkan badan, atau anak-anak sepulang sekolah sambil bermain di sungai. Alat penembak ini berbobot ringan dan mudah dibawa kemana-mana, terbuat dari kayu dan pelontar besi. Didesain menyerupai senapan, dapat dibawa dengan cara disandang atau diselipkan pada pinggang. Continue reading
Kala Senja Bersama Mak Etek
Semakin ditelusuri semakin banyak yang tampak, dan semakin banyak pula hal-hal menarik yang ditemukan. Begitulah kira-kira kesimpulan yang bisa kuambil dengan kembali berkeliling menelusuri Nagari Padang Sibusuk ini. Ya, hari kelima Lokakarya Daur Subur pada Kamis, 11 Januari 2018, kembali peserta lokakarya melakukan aksi “jalan-jalan” mengelilingi kampung untuk observasi. Kali ini kami dibawa oleh Fadlan Fachrozi, salah seorang penggagas sekaligus Ketua Komunitas PKAN (Penggerak Kreatifitas Anak Nagari) Padang Sibusuk, menelusuri wilayah yang lebih luas dari sebelumnya yaitu Jorong Kapalo Koto. Daerah-daerah kecil yang kami telusuri di Jorong Kapalo Koto ini diantaranya Darek Sindayan, Sontu, Muik, Jambu dan Paik. Continue reading
Kincir, Riwayatmu Kini!
Hari kedua Lokakarya Daur Subur di Padang Sibusuk, Senin, 8 Januari 2018. Hari ini kegiatan diisi dengan “jalan – jalan” menyusuri Batang Lasi yang berada di daerah Gurun, Jorong Tapi Balai, Nagari Padang Sibusuak. Kegiatan “jalan – jalan” yang hanya diikuti oleh beberapa peserta ini menjadi semacam pengantar untuk materi riset, yang nanti akan dijalankan oleh setiap peserta lokakarya. Diajak “jalan – jalan” tentu saja aku senang. Tujuan jalan – jalan ini cuma ingin meninjau dan melihat–lihat kondisi di sekitar Batang Lasi dengan aliran airnya yang tak lagi deras, dan menurutku sedikit berbau. Di atas sungai berdiri kokoh sebuah jembatan permanen yang menjadi penghubung ke seberang sungai, yang oleh warga setempat dijadikan jalur alternatif dari Pasar Padang Sibusuk menuju Perumnas. Tak banyak hal yang dilakukan oleh rombongan kecil kami di tempat itu. Kami hanya berdiri di atas jembatan sambil memperhatikan keadaan sekitar. Continue reading
Kering di Seberang Kincia
Di Jorong Tapi Balai dulunya terdapat hamparan sawah yang luas mengikuti aliran sungai. Di sana dulunya juga terdapat banyak kincir air. Beberapa tahun terakhir kincir sudah semakin jarang kita temui. Selain karena banyak petani yang memilih menggunakan mesin, banyak juga sawah-sawah di sekitaran lokasi itu telah kering karena ditambangi emas. Siang, itu kami mengunjungi beberapa kincir yang masih berjalan. Continue reading
Kincir Pak Pono
Catatan hari kedua Lokakarya Daur Subur di Padang Sibusuk
Senin, 8 Januari 2018, menjelang siang kami berangkat dari markas PKAN menuju tempat bekas area tambang emas di Cicingan, Jorong Kapalo Koto, Padang Sibusuk. Di sana katanya masih ada beberapa kincir air yang masih aktif. Sebelum menuju lokasi, kami singgah dulu ke rumah nenek bang Albert yang berada di belakang pasar. Pasar ini tak begitu jauh dari markas PKAN, sekitar lima menit. Hanya saja pada saat itu tidak ada aktivitas warga yang berjualan dan seluruh toko yang berada di pasar tersebut masih tutup. Pasar ini sebenarnya adalah pasar pakan atau pasar mingguan, yang biasanya jatuh pada hari Selasa. Continue reading
Kincia di Pulau Masojik
Pulau Masojik adalah sebutan untuk sebuah kampung kecil di Padang Sibusuk, Kab. Sijunjung. Di sana dulunya terdapat banyak kincir air, untuk mengaliri air dari sungai ke sawah. Beberapa tahun terakhir kincir sudah semakin jarang kita temui. Selain karena banyak petani yang memilih menggunakan mesin, banyak juga sawah-sawah di sekitaran lokasi itu telah kering karena ditambangi emas. Continue reading
Mangipeh Padi
Vlog Kampuang – Mangipeh padi, adalah salah satu proses pengolahan dari padi menjadi beras. Pada proses mangipeh, dengan alat khusus, membantu petani memisahkan padi ampo (hampa/kosong), daun-daun, dan lainnya setelah padi dilambuik (dipukul/dipisahkan dari batangnya). Suatu sore Albert dan Koto, menyimak aktivitas ini di Munggu Tanah, Salayo, dan tertarik mendokumentasikan visual dan bunyi yang dihasilkannya. Continue reading
Manggaro di Ampang Kualo
Vlog Kampuang – Manggaro di Ampang Kualo. Kalau padi sudah mulai berbuah, dan jika musim burung (pipit) tiba, para petani biasanya akan memasang instalasi pengusir burung di sawah mereka. Bentuk instalasinya pun bermacam-macam, orang-orangan sawah, gantungan kaleng, seng, plastik, dan lainnya. Benda-benda ini ditancap di tiang bambu atau kayu, terhubung dengan tali yang mudah untuk ditarik dari satu titik. Di Solok, dan di Sumatera Barat secara umum, aktivitas ini disebut ‘manggaro’. Pada masa sekarang, untuk mengatasi burung yang menjadi hama padi ini sudah beragam, baik itu menggunakan jaring yang mengatapi sawah ataupun teknologi kreatif lainnya. Namun, menarik menyimak praktek manggaro, dengan potensi visual dan bunyi-bunyiannya. Beberapa waktu lalu, Hafizan, salah seorang partisipan lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi, bersama Zaekal menyimak salah satu praktek manggaro di Ampang Kualo, Solok. Silahkan disimak.
Vlog by Hafizan
Ampang Kualo, 21 September 2017