Halaman dalam pengembangan
Pada pertengahan 2024 lalu, Komunitas Gubuak Kopi diundang untuk terlibat pada proram residensi Bangsal Menggawe. Sebuah festival warga yang diinisasi oleh Yayasan Pasirputih, Lombok Utara. Tahun ini, Bangsal Menggawe mengusung tema kuratorial Montase Air, yang dipandu oleh Luthfan Nurahaman dan Muhammad Sibawaihi selaku kurator. Kuratorial ini mengusung tema ‘air ’sebagai ‘gagasan’, serta menggunakan air sebagai kerangka kerja dalam memicu eksperimentasi dan penciptaan dari bagaimana posisi air dalam wadah sosio-kultural masyarakat Lombok Utara. Ide ini muncul dari kesadaran bahwa Lombok Utara sendiri memiliki potensi air baku yang melimpah dengan banyaknya mata air maupun sungai yang memiliki debit air yang mencukupi dan melintasi hampir seluruh wilayah yang ada. Selain potensi air permukaan yang berlimpah, Kabupaten Lombok Utara juga memiliki potensi air tanah yang cukup besar yang terdapat pada Cekungan Air Tanah (CAT). Namun 4-5 tahun belakangan ini, kekeringan menjadi ancaman nyata di Lombok Utara. Kerugian materi dan non materi atas kondisi ini cukup memprihatinkan: sawah dan ladang mengering, panen gagal, mengancam kemandirian pangan. Sementara itu, perebutan atas air sebagai sumber daya memicu konflik besar yang mengancam pesatuan mempolong-merenten. Yang lebih mengkhawatirkan adalah, berkurangnya mata air berarti hilangnya kualitas spriritual masyarakat. Sebab, mata air adalah situs penting bagi lapisan spiritual dalam tubuh masyarakat Lombok Utara. – Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah kelompok belajar untuk seni dan media di lingkup lokal Kota Solok, Sumatera Barat. Sejak berdiri pada tahun 2011, kelompok ini memiliki ketertarikan dalam mengembangkan isu-isu lokal dan narasi yang berkembang di kalangan warga, sebagai sikap kritis dalam memahami persoalan kebudayaan yang kompleks. Lima tahun terakhir, kelompok ini secara spesfik mengkaji kebudayaan yang berkembang di masyarakat pertanian, sebagai alternatif memahami pembangunan kota yang aman dan mengikat kepetingan masyarakat pertanian yang bermartabat, melalui program yang kami namai, Daur Subur. Sejalan dengan tujuan di atas, Komunitas Gubuak Kopi, menyambut baik undangan dari Yayasan Pasirputih untuk melibatkan kami sebagai seniman-kolektif dalam program residensi festival “Bangsal Menggawe 2024” dalam tema kuratorial “Montase Air”, yang akan berlangsung pada 20 Mei-22 Juni 2024 di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Yayasan Pasirputih sendiri, bagi kami adalah salah satu institusi budaya yang cukup penting, menghadirkan kajian-kajian kritis terhadap perkembangan seni kontemporer berbasis komunitas dan kewilayahan di Indonesia. Adalah kesempatan yang menantang bagi kami, untuk bisa terlibat dalam residensi ini, sebab kerja-kerja Yayasan Pasirputih dan apa yang menjadi perhatian kuratorial proyek ini, sejalan dengan apa yang kami kerjakan bersama program Daur Subur sejak tahun 2017, dalam mengkaji praktik dan kegeniusan lokal sebagai alternatif berkontribusi pada masa depan ruang hidup yang lebih baik. Kuratorial festival ini, secara spesfik mengajak kita kembali memahami sebuah ruang hidup yang tidak hanya terbentuk secara geografis, tetapi juga ruang yang mengikat keragaman kepentingan untuk ruang hidup yang lebih baik. Dalam hal ini, “Montase Air” tidak hanya sebuah gagasan yang filosofis, tetapi juga persoalan krisis air yang nyata dirasakan oleh masyarakat Lombok Utara. Untuk itu menarik untuk terlibat mengembangkan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan melalui praktik residensi, dalam menawarkan perspektif yang spekulatif dan kritis dalam merespon persoalan sekitar, di samping kerja-kerja institusional yang barangkali belum menunjukan dampaknya. Sebagai tindak lanjut dari undangan ini dan proyek yang sedang berjalan, Komunitas Gubuak Kopi mengusung konsep Platform Daur Subur, sebagai tindak lanjut “Pusako Tinggi Project”, yang berforkus pada isu seputar pengelolaan lahan sebagai upaya komunal dalam mengupayakan keberlangsungan dan keselamatan masa mendatang. Dalam proyek ini Platform Daur Subur meninjau hubungan sosial sesama warga dan lingkungan.
Dalam konteks residensi pada Bangsal Menggawe 2024: Montase Air, Komunitas Gubuak Kopi ditempatkan di Desa Kerujuk, Kecamatan Pemenang Lombok Utara. Kerujuk adalah salah satu wilayah hutan yang cukup besar di Lombok Utara. Pohon-pohon besar dan keadaan geografis di hutan Kerujuk memproduksi banyak sumber mata air kecil yang menyatu menjadi bentangan sungai Kerujuk. Sungai ini mengalir ke banyak desa di wilayah Lombok Utara. Kerujuk pernah mengalami bencana seperti longsor dan krisis sumber daya alam akibat aktivitas penebangan yang masif di masa lalu. Sehingga muncul pemberlakuan peraturan ketat terhadap wilayah hutan yang menjadi sumber ekonomi dan kehidupan warga. Namun, bagi warga Kerujuk hutan tidak hanya sumber ekonomi dan air, tetapi juga sumber kehidupan. Lebih dari 5 tahun terkahir warga mengembangkan sejumlah insiatif untuk mengelola hutan dengan cara yang bijaksana, termasuk menyusun sejumlah “awig-awig” (kesepakatan adat) untuk menjaga kelestarian hutan. Proyek ini menjadi bagian dari memperkuat dan melengkapi inisiatif tersebut melalui kesadaran kebudayaan dan melihat kawasan hutan secara sprititual. Selama berproses, Komunitas Gubuak Kopi mengunjungi sejumlah kepentingan yang bergantung pada ekosistem hutan, serta mengumpulkan inisiatif dan ide-ide pelestarian dari perspektif warga. Pemangku kepentingan tersebut antara lain kepentingan terhadap hutan, seperti Kelompok Tani Hutan, Kepala Dusun, Ketua Remaja, Kelompok Ekowisata, dan tokoh lainnya untuk merealisasikan musyawarah “awig-awig” baru sebagai kesepakatan bersama menjaga hutan dan kebudayaan hutan. Selain itu, proyek ini juga mengaktivasi tradisi waran (dongeng/cerita rakyat) sebagai upaya internalisasi nilai-nilai pewaris kebudayaan hutan yang bermartabat. Aktivasi waran ini melibatkan Ibu Sa’adah seorang pewaris tradisi waran di Kerujuk, untuk berdialog bersama sekelompok anak muda lokal dalam menyusun kisah-kisah warga mengenai mata air. Rangkaian aktivasi ini dibingkai dalam kegiatan yang disebut Merowah Gawah (selamatan atas hasil hutan). Merowah Gawah ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan (baik dalam bentuk yang sama atau dikembangkan kembali oleh warga), sebagai moment meninjau kembali kepentingan dan inisiatif warga dalam menjaga hutan sebagai ekosistem utama dari daur kehidupan di Kerujuk. Selain itu, kegiatan ini juga berupaya membangun inisiatif produksi dan regenerasi kegiatan budaya (muatan lokal), seperti dongeng, yang berangkat dari potensi dan persoalan kebudayaan lokal, yang melibatkan anak muda, pewaran yang juga pengajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). – Komunitas Gubuak Kopi (Albert Rahman Putra & Hafizan) berkolaborasi dengan warga kerujuk (Ibu Sa’adah, Ibnu, Isbul, Pak Guru Idris, Agus, Pak Sabah)
Komunitas Gubuak Kopi x Bangsal Menggawe 2024
Merowah Gawah