Tentang Proyek

Kurun Niaga adalah studi tentang sejarah pertanian dan perniagaan di Solok, Sumatera Barat. Platform ini diinisiasi oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2019, dengan melibatkan partisipan dari beragam disiplin ilmu untuk mengkritisi arsip-arsip dan narasi yang dikelola oleh institusi-institusi besar, seperti pemerintah dan kolonial. Kurun Niaga mengembangkan ide-ide dekolonialisasi, serta perebutan/penciptaan narasi yang mengedepankan perspektif warga.

Serial proyek ini dimulai pada Kurun Niaga #1 – Kala Negeri Dikelola Pemodal. Pada seri pertama ini, Kurun Niaga menyoroti dinamika politik dan perniagaan menjembatani persilangan budaya, kolonialisasi, dan dampaknya pada situasi kebudayaan Sumatera Barat hari ini.

Kurun Niaga #2 – Lanskap. Pada seri kedua, Kurun Niaga berupaya melihat perkembang hubungan manusia dengan alam. Secara performatif, para partisipan melakukan skesta lapangan menyelami sekaligus mengkritisi tradisi lukis mooi indie,dalam rangka medokumentasikan dan merefleksi kontur alam Solok, dalam layer-layer: perniagaan, ekploitasi sumber daya alam, dan invansi teknologi modern pada masa kolonial.

Kurun Niaga #3 – Sureq: Kisah-kisah Tomaradeka. Komunitas Gubuak Kopi bersama kelompok Setangkai Bunga Makka dalang rangkaian Makassar Biennale 2021, berkolaborasi merespon narasi-narasi tentang Kota Parepare dalam sudut pandang sejarah publik. Mengumpulkan narasi yang berkembang di kalangan warga, sebagai upaya mengimbangi narasi besar, dengan mengakselarasi keterlibatan anak muda dan warga dalam menentukan sejarah kotanya.

Pada seri ke-4 ini Komunitas Gubuak Kopi mengusung tema “how is the story told after it’s over?“. Secara spesifik serial ini mengkritisi proses produksi narasi yang disokong lembaga-lembaga besar seperti negara, UNESCO, akademisi, dan lainnya. Sebaliknya, proyek ini mengajak sejumlah partisipan dari sejumlah kolektif, mengembangkan modul kerja artisitik dan metode produksi narasi dalam menyoroti isu-isu di sekitarnya.

Komunitas Gubuak Kopi x Kritsta Jantowski

Pada Kurun Niaga #4, Komunitas Gubuak Kopi dan Krista Jantowski, menginisiasi proyek ‘A Question of Power’, sebuah upaya kolaboratif untuk mempertanyakan narasi sejarah, memori kolektif, dan warisan budaya dari dua bekas wilayah pertambangan batu bara, Sawahlunto (Sumatera Barat, Indonesia) dan de Oostelijke Mijnstreek (Zuid-Limburg, Belanda), melalui masa lalu kolonial mereka yang sama.

Pertanyaan utama dalam proyek ini adalah: Bagaimana cerita tersebut diceritakan setelah selesai? Dengan demikian, A Question Of Power, befokus pada penceritaan dari situs kekuasaan: bagaimana (dan oleh siapa) sejarah dirancang, mengakui berbagai proses dinamis dalam membuat makna, di mana cerita terus-menerus diceritakan (kembali), dibentuk, dan dilembagakan agar sesuai, serta memperbaiki narasi tertentu, sembari mengaburkan narasi lain.

Krista Jantowski
Krista Jantowski (1986) berbasis di Utrecht dan Heerlen, Belanda. Pada bulan September 2023, dia menjadi penduduk di Greylight Projects (Heerlen) untuk program Borderlands Residency, di mana dia memulai penelitian publik tentang memori budaya pertambangan industri di masa lalu di dan sekitar Heerlen dari sonsbeek 20 ←24: Force Times Distance: On Labour dan Its Sonic Ecologies, segi empat seni publik di Arnhem (NL). Dia adalah bagian dari jaringan kios lumbung, dan bekerja sama dengan Rahmat Arham (lumbung.space) sebagai Peneliti di Nieuwe Instituut di Rotterdam, bereksperimen seputar mode transaksi dan desain komersial/administratif sebagai alat untuk koneksi dan akses. Pada bulan September 2023, dia menjadi penduduk di Greylight Projects (Heerlen) untuk program Borderlands Residency, di mana dia memulai penelitian publik tentang memori budaya pertambangan industri di masa lalu di dan sekitar Heerlen, termasuk koneksi kolonial dan kehidupan setelahnya, mendekati masa lalu. sebagai sumber untuk memikirkan masa depan.

Komunitas Gubuak Kopi x Pekan Kebudayaan Nasional

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 sebagai salah satu Rencana Aksi Pemajuan Kebudayaan berupaya menghadirkan paradigma baru dalam memaknai kebudayaan yang dibingkai dalam filosofi “lumbung”. Paradigma ini menekankan metode pemajuan kebudayaan dapat diwujudkan melalui konektivitas, jaringan antar pelaku, semangat berbagi non-moneter, kolaborasi bukan kompetisi, serta inklusi komunitas. Metode ini diharapkan dapat menciptakan ekologi budaya yang mendukung paradigma pemajuan kebudayaan, memperkuat unsur-unsur non-manusia dalam kebudayaan, serta mendorong regenerasi bumi dan membunuh kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam. PKN menjadi simbol dari usaha kolektif dalam merawat bumi dan kebudayaan, dengan menginspirasi perubahan cara hidup menuju praktik yang lebih berkelanjutan dan berpihak pada kearifan lokal.

Dalam merealisasikan paradigma Kebudayaan di atas, bingkaian “lumbung” membagi PKN menjadi 3 fase, yakni fase rawat, fase panen, dan fase bagi. Pada tahun 2024 ini, PKN akan merealisasikan Fase Rawat, yang diekstraksi bersama belasan komunitas yang terdiri dari belasan “hub” yang tersebar di berbagai pulau. Hub tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan menjadi menjangkau kolektivitas dan jaringan antar-pelaku yang lebih luas lagi. Dalam hal ini, Komunitas Gubuak Kopi yang dipilih sebagai bagian dari Hub Sumatera, untuk mendukung upaya dan cita-cita paradigma baru tersebut. Fase Rawat ini, sejalan dengan pengembangan Proyek Kurun Niaga #4 sebagai upaya menjangkau dan membangun jejaring kelompok-kelompok budaya yang lebih luas lagi di Sumatera, khususnya dalam program kerja produksi narasi berbasis kegiatan pengarsipan wilayah, dan pengembangan modulnya sebagai salah satu pilihan model pendidikan kontekstual .

Kurun Niaga: Pendidikan Kontekstual Berbasis Arsip
Belakangan di Sumatera kita melihat banyak praktik pengarsipan yang diinisiasi oleh komunitas, pemerintah, dan institusi pendidikan lainnya. Inisiatif desentralisasi data dan dekolonialisasi narasi ini menjadi aksi menarik dalam menyeimbangkan dan/atau merebut narasi besar sejarah yang diproduksi secara sentral oleh institusi besar.

Proyek ini bertujuan memetakan model-model yang dilakukan pengarsapan yang diinisiasi oleh sejumlah komunitas pelaku budaya di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau. Sejumlah peserta dari wilayah tersebut diundang untuk berpartisipasi dalam lokakarya Kurun Niaga #4 yang akan diselenggarakan secara intens di Solok. Para partisipan diminta saling berbagi metode kerja, mengkritisinya, dan mengembangkannya sebagai salah satu pilihan dalam modul pendidikan kontekstual – dengan tetap sadar akan perkembangan situasi sosial, ekonomi, dan politik dulu dan hari ini.

Lokakarya terdiri dari rangkaian kelas/diskusi terkait desentralisasi ide-ide, dan paradigma pengembangan mengenai arsip tidak terbatas pada dokumen, tetapi juga laku, gestur, arsitektur, bunyi, dan lainnya. Serta bereksperimentasi bagaimana arsip dapat bekerja dalam merespon persoalan kawasan hari ini dengan pendekatan seni-budaya. Para partisipan difasilitasi untuk membuka dan menyusun kerangka kerja bersama (jejaring) antar tetangga wilayah, Sumatera. Hasil lokakarya akan dipresentasikan dalam bentuk pameran “open-lab” di Solok bersama pameran Kurun Niaga #4. Selain itu, catatan proses dan pemikiran terkait kegiatan ini akan didokumentasikan dan didistribusikan dalam bentuk buku digital.

Fasiltator Project

Fasilitator
Albert Rahman Putra, Amelia Putri, Akbar Yumni Biki Wabihmadika, Dika Adrian, Hafizan, Nanda Prima, M. Biahlil Badri, Volta Ahmad Jonneva,  Yeni Wahyuni, Zekalver Muharam

Hub Sumatera Fase Rawat PKN 2024
Kurator: Handoko Hendroyono, Nyak Ina Raseuki (Ubiet)
Koordinator Hub Sumatera: Albert Rahman Putra (Komunitas Gubuak Kopi), Renny Destiani (Komunitas Seni Sarong Budaye), Semi (Sekolah Seni Tubaba)

Partisipan Project

Sandro Lumbantobing (Titik Abdi-Langkat, Sumatera Utara)
Sandro lahir dan besar di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Merupakan lulusan dari sebuah Universitas Negeri di Provinsi Aceh dan sangat menyukai dunia Pendidikan. Sejak menjadi mahasiswa, aktif ikut kegiatan volunteering dan pada akhirnya di tahun 2021 kemudian membentuk Komunitas Titik Abdi. Dengan adanya komunitas tersebut Sandro mempunyai keinginan kaum muda lebih peduli pada masyarakat yang terkhusus daerah 3T. Sandro juga turut menginisiasi beberapa program, seperti program Ekspedisi Sejuta Titik, Ecotopia, Sahabat Leuser, Penanaman Seribu Mangrove dan juga menginisiasi Program Literasi dengan mendirikan Rumah baca. Sandro juga beberapa kali menjadi narasumber di kegiatan kepemudaan. Sandro lebih banyak di Hutan daripada di Kota dikarenakan memiliki hobi membaca buku. Sandro menekuni dunia volunteering sudah 5 tahun. Selain aktif di Komunitas Titik Abdi, juga menjadi sekretaris di Komunitas Mewarnai Indonesia. Sebuah Komunitas yang berfokus pada isu pendidikan melalui media seni dan mural. Komunitas Titik Abdi merupakan sebuah gerakan kepemudaan yang berdiri sejak 2021, dengan fokus kegiatan berupa pengabdian masyarakat dibidang pendidikan, lingkungan dan literasi. Titik Abdi berdomisili di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Salah satu pengabdian yang dilakukan Titik Abdi ialah mendirikan Rumah Belajar di daerah 3T yang terletak di Aras Napal.

Mellya Fitri (Gajah Maharam Photography – Solok, Sumatera Barat)
Mellya Fitri adalah nama lengkapnya. Lahir di Solok, 13 Juni 1986. Keseharian dipanggil Mellya. Pendidikan terakhir Sarjana Hukum. Saat ini berdomisili di Solok. Memiliki ketertarikan di dunia Kreatif dan Inovasi. Aktif di komunitas Gajah Maharam Photography dan Bareh Solok Creative City Network, serta mengikuti berbagai pertemuan, menjadi tim kerja, narasumber dan lainnya. Semua aktivitas terekam pada media sosial pribadi. Komunitas Gajah Maharam Photography merupakan wadah atau organisasi tempat berkumpulnya para penghobi fotografi dan sinematografi yang bersifat independen. Komunitas ini lahir pada tanggal 04 April 2015 dan beralamat di Komplek Green Hills Raya, K.12, Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok. Nama “Gajah Maharam” berasal dari salah satu nama Rumah Gadang yang ada di Kota Solok dan merupakan Benda Cagar Budaya yang terdaftar pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Rumah Gadang Gajah Maharam terletak di Kelurahan Kampai Tabu Karambia, Kota Solok. Visi dan misi dari komunitas ini adalah mendokumentasikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan budaya, literasi, ekonomi kreatif dan pariwisata serta menelusuri situs-situs dan melestarikan budaya tradisional yang ada di Kota Solok secara khusus, dan Sumatera Barat secara umum.

Riski Ramadani (Non Blok- Pekanbaru, Riau)
Akrab disapa Dani memulai karir sebagai seorang desainer grafis freelance sejak 2011, di saat bersamaan pula sebagai seorang penyiar radio di salah satu stasiun radio swasta di Pekanbaru, berhenti sebagai penyiar radio setelah dua tahun, namun tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai desainer grafis dan creative director hingga saat ini. Selalu ingin terlibat dalam berbagai inisiasi untuk kemajuan kota kelahirannya Pekanbaru, kerap mengajukan diri sebagai relawan di berbagai event dan gerakan yang berfokus pada pemajuan budaya dan pengembangan masyarakat lokal. Melalui tempatnya saat ini berkiprah; Yayasan Sirih Merah Sikukeluang, Non Blok Ekosistem, dan Pekanbaru Heritage, Dani berkeinginan untuk terus berkontribusi lewat pengetahuan yang ia miliki. Rumah Budaya Sikukeluang adalah kolektif seni yang didirikan pada tahun 2011. Kolektif ini diinisiasi oleh sekelompok seniman multidisiplin di Pekanbaru, Riau. Organisasi nirlaba yang berusaha untuk mendukung kemajuan gagasan seni dengan ruang lingkup yang lebih besar, melalui pameran, festival, residensi seni, laboratorium seni, lokakarya, dan penelitian.

Fariz Fadillah Afdhal (Manual Kampar, Bangkinang, Riau)
Lulusan Hukum Bisnis UIN SUSKA Riau yang merambah ke seni visual (photography) dan mulai aktif menjadi penggiat kolektif di Kabupaten Kampar sejak masa covid-19 hingga sekarang. Perhari ini aktif berkegiatan di media kolektif Manual Kampar dalam pemetaan dan pengarsipan seni, sosial dan budaya khusus di Kampar dan sekitarnya. Tahun ini menghadirkan satu ruang diskusi alternatif yang bernama “Corah Kota" untuk membahas isu terkini guna pengembangan diri pemuda – pemudi Bangkinang. Manual Kampar merupakan media kreatif yang dikelola secara kolektif dari tahun 2020. Media kreatif ini merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendukung pengarsipan dan eksplorasi kebudayaan lokal yang berada di wilayah Kabupaten Kampar melalui konten di platform media digital. Manual Kampar dari tahun ke tahun telah berkolaborasi dan berjejaring Bersama seniman lintas disiplin dalam pengembangan kebudayaan lokal melalui praktik pembuatan konten digital, kegiatan diskusi, lokakarya dan kolaborasi lainnya.

Mohammad Irvan (Forum RT 05- Payakumbuh, Sumatera Barat)
Irvan atau biasa juga disapa Spansan lahir dan besar di Payakumbuh. Pada tahun 2019 ia mulai mengembangkan sebuah kelompok belajar berbasis audio visual “Forum Studi RT05" dan aktif melaksanakan program pemutaran film “Gerilayar" serta memproduksi beberapa film pendek. Sebelumnya pernah terlibat sebagai partisipan Lokakarya Daur Subur rangkaian Bakureh Project di Gubuak Kopi, 2018 dan Pameran Circumstance Gubuak Kopi, 2021. Forum Studi RT05 adalah komunitas yang berbasis di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Program-program yang dilaksanakan oleh Forum Studi RT05 adalah mengembangkan kegiatan kreatif di lingkup lokal, pengetahuan media, dan kebudayaan: seperti forum pertemuan dan diskusi seperti; FGD, pemutaran film atau bioskop keliling, pameran arsip). Selain itu Forum Studi RT05 juga melakukan produksi karya audio-visual seperti pembuatan film, vlog, foto, dan lainnya.

M Fauzan (Teater Balai- Bukittinggi, Sumatera Barat) M. Fauzan adalah orang biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari dengan rasa syukur dan keinginan untuk belajar. Saya percaya bahwa setiap pengalaman, baik kecil maupun besar, membentuk siapa saya, dengan latar belakang di bidang seni teater dengan minat pemeranan (aktor). Saya menyukai saat-saat sederhana, seperti berkumpul dengan teman-teman, menikmati keindahan alam, dan mempelajari seni. Teater Balai Corps merupakan komunitas seni pertunjukan yang berdomisili di kota Bukittinggi – Padangpanjang, Sumbar sejak tahun 2017 hingga saat ini. Teater Balai Corps mengusung semangat teater dengan berbagai zaman. Secara filosofis, Teater Balai Corps memiliki arti suka bermusyawarah, mengingat arti kata “balai" adalah sebuah tempat pertemuan atau tempat bermufakat. Teater Balai Corps aktif dalam kegiatan pelatihan pembelajaran keaktoran, penyutradaraan, penulisan naskah dan banyak terlibat sebagai panitia di beberapa event dalam daerah maupun nasional.

Eka Dalanta Rehulina (Ngobrol Buku- Medan, Sumatera Utara)
Penulis dan Editor. Alumnus sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara. Pernah bekerja sebagai managing editor di dua media gaya hidup di kota Medan. Sejak tahun 2020 menjadi penggagas dan ketua komunitas Ngobrol Buku, sebuah komunitas yang fokus memperkenalkan khazanah sastra Indonesia. Ngobrol Buku adalah sebuah komunitas kecil para pecinta buku dari Sumatera Utara. Ngobrol Buku tercetus dari kegelisahan terhadap minat sastra anak-anak muda di Sumatera Utara yang terasa jauh ketinggalan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Untuk itu digagas lah kegiatan Ngobrol Buku yang dilakukan secara online menggunakan media sosial Instagram. Kegiatan Ngobrol Buku ini dilaksanakan secara rutin seminggu sekali setiap Jumat malam, pukul 20.00 – 21.00 WIB. Diskusi rutin ngobrol buku secara khusus membicarakan karya-karya sastra dari penulis Indonesia (bercerita tentang Indonesia) yang menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang pekerjaan dan profesi, terutama anak-anak muda. Sejak dimulai pertama sekali pada 20 Mei 2020, Ngobrol Buku sudah mengajak narasumber dengan latar belakang profesi sebagai dosen, guru, perawat, fotografer, travel vlogger, penulis, penggiat literasi, pegawai BUMN, Aparatur Sipil Negara, hingga penulis karya sastra yang karyanya menjadi pembahasan. Narasumber ini juga berasal dari berbagai kota di Sumatera Utara dan berbagai provinsi di Indonesia (seperti Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dll). Ngobrol Buku juga sudah bekerja sama dengan berbagai komunitas sastra maupun literasi lainnya di Indonesia, termasuk bekerja sama dengan penerbitan seperti Gramedia Pustaka Utama, Indonesia Tera, Penerbit Banana, dan Pustaka Obor Indonesia.

Debora Angelia Pardosi (Solu- Balige, Sumatera Utara)
Pegiat Seni. Penulis dan Filmmaker. Lahir di Hiliweto, Gido pada tanggal 09 Juli 1994. Lulus Sarjana di Universitas Negeri Semarang. Lolos inkubasi Masterclass Pengembangan Skenario FIlm TV dań OTT dari Kemenparekraf, termasuk dałam 10 Terpilih Scene The Next Level di Bogor dan Jakarta. Bergiat di Komunitas Solu dan Komunitas Pena Lingkar Toba. Tergabung dalam kegiatan- kegiatan festival literasi dan budaya. Komunitas Solu Marluga adalah sebuah kelompok belajar seni, literasi dan media, berdiri tahun 2019 dan berbasis di Kota Balige, Toba, Sumatera Utara. Kelompok ini melakukan penelitian riset di lapangan untuk mengumpulkan para pegiat seni, melakukan pengembangan pengetahuan, dokumentasi, pengarsipan. Hasil riset dan pendokumentasiannya akan disalurkan melalui dokumen, buku, sketsa dan film

Yogi Aguswandi (Pondok Belantara- Kab. Kampar, Riau)
Biasa disapa Awang. Lahir di Pekanbaru pada bulan agustus tahun 1991. Sejak 2014 bersama sama penggiat muda ketika itu dalam menginisiasi terbentuknya Pondok Belantara Adventure Riau. Hingga saat ini berproses di pondok belantara secara kolektif dan kolaborasi lintas disiplin dalam penciptaan proses kreatif terbuka. Pondok Belantara (Pembelajaran Tanpa Rasis) Adventure Riau didirikan di pondok (tempat kumpul dan belajar) pada 20 Desember 2014 yang berlokasi di Jalan purwosari pandau Makmur Desa Pandau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar – Riau. Pondok Belantara terbentuk dari ajang berkumpulnya beberapa orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan, pendidikan dan seni.

Riki Rahmad Dani (Paninjauan Saiyo-Paninjauan, Sumatera Barat)
Riki Rahmad Dani merupakan seorang pemuda yang berdomisili di Nagari Paninjauan, X Koto, Tanah Datar, Sumatera Barat. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Saat ini bekerja sebagai seorang pekerja lepas. Memiliki ketertarikan terhadap praktik artistik yang berhubungan dengan media visual. Bergabung dan ikut berproses dengan Kamar Kos di kota Padang, sebuah laboratorium eksperimen yang menggunakan seni sebagai medium seperti street art, ilustrasi, performance art, kolase, fotografi, dan film eksperimental. Baru baru ini juga ikut bergabung belajar, berkumpul dan berkomunitas dengan kawan kawan di Nagari Paninjauan. Paninjauan Saiyo adalah sebuah Komunita kreatif yang bertempat di Nagari Paninjauan, kecamatan X koto, Kabupaten Tanah Datar. Komunitas ini didirikan oleh sejumlah anak Nagari Paninjauan dibentuk dan bergerak secara kolektif, berusaha berjalan di bidang seni budaya, literasi, lingkungan, sosial dan terbuka bagi umum. Saat ini komunitas Paninjauan saiyo mempunyai anggota aktif sebanyak lebih kurang 25 anggota yang terdiri anak-anak Nagari Paninjauan dan dari Padang Panjang, Padang bahkan dari Padang Pariaman.

Rozi Edrus (Trashbag Community DPD- Tikalak, Sumatera Barat)
Rozi Erdus, menyukai puisi. Tak banyak hal istimewa, hanya sebatas suka berkegiatan, belajar dan ingin menjadi seseorang yang syahdu dan candu. Menjadi Daya Desa, pendamping kebudayaan di desa kawasan warisan dunia WTBOS. TC DPD Sumatera Barat adalah ruang gerak konservasi pendakian gunung yang berfokus terhadap penumbuhan kesadaran untuk membawa sampah turun ketika melakukan pendakian gunung. Nah, di sini tidak hanya berkampanye langsung di gunung-gunung di Sumatera Barat, tapi juga melalui beberapa media seperti tulisan, lagu dan video.

Diska Lamtiar Br Manurung (Sekolah Gendre- Padang, Sumatera Barat)
Biasa memperkenalkan dirinya sebagai cung atau discung. Sekarang sedang bergiat di komunitas Sekolah Gender, Sumatera Barat. Sekolah Gender merupakan organisasi nirlaba yang mengusung nilai-nilai feminis, keadilan gender dan inklusi, berdiri pada 18 Januari 2022. Organisasi ini fokus mengusung pendidikan kritis untuk pemimpin feminis muda mengembangkan kepercayaan diri, memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan, menciptakan ekonomi mandiri, dan memperkuat advokasi berbasis bukti yang berkeadilan. Adapun pendalaman pendidikan di kelas Sekolah Gender menerapkan pembelajaran dewasa, menjadikan perempuan dari dan untuk perempuan itu sendiri. Cara belajarnya dengan metoda-metoda pengorganisiran dan mengambil tindakan bersama untuk keadilan dan kesetaraan, paling penting tidak kita tidak melupakan analisis kekuasaan dalam kacamata feminis. Sekolah Gender bersepakat dengan para aktivis feminis mengidentifikasi berbagai faktor penyebab penindasan yang saling interseksionalitas (saling berhubungan/ berkait/berkelindan) dari pengucilan dan penindasan sosial-yaitu gender, kelas,orientasi seksual, usia, kebangsaan, etnisitas, dan identitas lain di mana hierarki sosial di bangun. Dan mereka mengembangkan analisis untuk melihat bahwa banyak tempat dan ruang dimana patriarki beroperasi (bekerja), terutama, di ranah domestic, reproduksi, dan relasi intim.

Narasumber Tamu

Akbar Yumni
Akbar menjadi kurator pada Arkipel (Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival) dari 2013-2018, dan kurator “Indonesian Contemporary Experimental Cinema” pada Experimenta, Bangalore, India 2015. Mengikuti Curator Academy, Theatre Work-Goethe Institut, Januari 2018, di Singapura. Sebagai seniman, Ia bekerja berbasis arsip-arsip film Indonesia yang hilang pada masa rezim otoriter. Beberapa karyanya diantaranya adalah Reenactment Performance “Menonton Film Turang (1957)-Bachtiar Siagian” di Studio Garasi Performance Art Institute, Yogyakarta, 2018; Reenactment Performance “Menonton Film Sedap Malam (1951)-Ratna Asmara” di Art Jog Yogyakarta 2022; Reenactment Performance “Menonton Film Daerah Hilang (1956)-Bachtiar Siagian”, pada Program Film Undone, di Silent Green, Berlin, Jerman, 2023. Meraih Hibah Seni Yayasan Kelola pada2020. Kini menjadi Anggota Komite Teater dan Ketua Komisi Riset dan Kebijakan DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) periode 2023-2026.

Maiza Elvira
Lahir pada tanggal 15 Mei 1987 di Bukittinggi yang akrab disapa dengan Kak El. Ia menamatkan pendidikan pada tahun (2013-2015) dengan gelar Magister Program di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas. Pada tahun (2014-2015) Magister Program di Asian and Global Studies Faculty of Art and Social Sciences National University of Singapore, dan pada tahun (2005-2011) mengambil gelar Sarjana Ilmu Politik di Jurusan Ilmu Politik di Universitas Andalas. Elvira pernah menjadi Visiting researcher di Asia Research Institute, National University of Singapore (Mei-Juli 2014), Dosen di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas (2015-2018). Peneliti pada join research KITLV Leiden University dan Universitas Gadjah Mada (2018-sampai sekarang). Peneliti pada Center for Strategic and International Studies (2020). Dosen di Universitas Islam Negeri Bukittinggi.

Rifandi Septiawan Nugroho
Rifandi Septiawan Nugroho, berdomisili di Tangerang Selatan lahir pada tanggal 26 September 1992. Saat ini aktif sebagai researcher, curator, lecturer. Menamatkan Pendidikan pada tahun 2019-2021 Master of Architecture (M.Arch.) Architecture History and Theory di Universita Indonesia, 2010-2015 Sarjana Teknik (B.Eng.) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 2023 Rifandi juga aktif menjadi kurator dalam kegiatan Temujalar curatorial team Pekan Kebudayaan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebagai Kurator Tua di Jalan: Kisah Jalanan Jakarta 1900an-Sekarang oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta dan kegiatan lainnya.

Krista Jantowski
Krista Jantowski (1986) berbasis di Utrecht dan Heerlen, Belanda. Pada bulan September 2023, dia menjadi penduduk di Greylight Projects (Heerlen) untuk program Borderlands Residency, di mana dia memulai penelitian publik tentang memori budaya pertambangan industri di masa lalu di dan sekitar Heerlen dari sonsbeek 20 ←24: Force Times Distance: On Labour dan Its Sonic Ecologies, segi empat seni publik di Arnhem (NL). Dia adalah bagian dari jaringan kios lumbung, dan bekerja sama dengan Rahmat Arham (lumbung.space) sebagai Peneliti di Nieuwe Instituut di Rotterdam, bereksperimen seputar mode transaksi dan desain komersial/administratif sebagai alat untuk koneksi dan akses. Pada bulan September 2023, dia menjadi penduduk di Greylight Projects (Heerlen) untuk program Borderlands Residency, di mana dia memulai penelitian publik tentang memori budaya pertambangan industri di masa lalu di dan sekitar Heerlen, termasuk koneksi kolonial dan kehidupan setelahnya, mendekati masa lalu. sebagai sumber untuk memikirkan masa depan.

Prasetya Yudha Dwi Sambodo
Lahir di Pemalang 1990 yang biasa disapa dengan nama Pras. Merupakan lulusan Jurusan Fotografi Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2009-2016. Ia merupakan seorang penerbit dan editor foto yang berdomisili di Yogyakarta. Sejak 2018 mengelola platform penerbitan terkait fotografi bernama SOKONG!. Saat ini turut aktif berperan sebagai tim program Kumpul Buku Foto Yogyakarta dan Yogyakarta Art Book Fair. Pras aktif sebagai editor dan Desainer pada tahun 2019-2024, salah satunya adalah (2024) Zine foto FO(U)R NEIGHBORHOOD #1: Ephemeral Bliss, Habitat, Trash Fish, Land of Longing, Buku foto Got Your Back, Aziziah Diah Aprilya, Buku foto As the Road Ends, the Wind Blows, Kurniadi Widodo. (2023) – Zine foto Sebelum Semua Pucat Pasi, Vandy Rizaldi. Pras juga sebgai Kurator pada (2022) Whose Photobooks? “Media Sirkulasi Ide: Studi Awal tentang Publikasi dan Komunitas Fotografi di Bandung” di Bandung Photography Month. (2021) pada kegiatan Dialog Lensa “Bunga Tidur Kala Terjaga” di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta dan banyak kegiatan lainnya.