Menanggapi isu-isu seputar silaturahmi, Kifu mempelajarinya secara performatif bersama sejumlah anak muda Solok pengguna media sosial. Mereka berkumpul dalam sebuah grup media sosial mengagendakan sebuah silaturahmi sederhana, menerima dan berbagi. Partisipan menyeleksi benda (gambar) di sekitarnya, dan membawakannya secara “japri" kepada Kifu sebagai buah silaturahmi. Para partisipan melakukannya tanpa skeptis dengan instruksi itu, melanggarnya, dan bersenang-senang. Sebab “Grup percakapan ini adalah kesepakatan…”, kata Kifu, untuk basuo jo babagi (bertemu lalu berbagi).

Anggota grup melakukannya selama satu minggu, sembari menyadari representasi benda yang “dekat" itu bisa membuat Kifu senang.

Mengumpulkan dan menyeleksi. Berbagi dan menerima

Menjalani instruksi ataupun melanggarnya.

… Kifu menerima benda itu dengan senang hati, mengintervensi dan mereproduksinya menjadi sebuah imajinasi benda baru yang “entah". Dan kini ia bagikan kembali ke publik media sosial.

Kito Basuo, kata Kifu… dan berbagi.

Dalam tradisi Minangkabau, beragam perlakuan khusus diberlakukan dalam merayakan silaturahmi. Kita mengenal penamaan-penamaan spesial untuk aktivitas ini, seperti manjalang mintuo (mengunjungi mertua), manjalang induak bako (mengunjungi keluarga ayah), pulang basamo (mudik), dan lainnya. Semua ditata sebagai bahasa untuk tradisi menunjukan martabatnya. Mulai dari penetapan hari khusus, simbol makanan, pakaian, dan seterusnya. Simulasi sederhana ruang silaturahmi “Basuo jo Babagi”, mengajak kita melihat kembali dan mengalami secara singkat, serta berspekulasi tentang bagaimana praktik tradisi itu muncul, beradaptasi pada situasi zaman dan kesadaran pelakunya. Tentang “benda-benda" yang menjadi sakral dengan perlakuan khusus terhadapnya.

" Lakukan lagi … sampai kalian terbiasa", Kifu mengingatkan.

Curatorial Team

Buah Pertemuan

Tentang Seniman

Taufiqurrahman "Kifu"
Palu
(b. 1994). Kifu adalah seniman dan desainer grafis berbasis di Kota Palu. Ia menyelesaikan studi ilmu komunikasi di Universitas Tadulako. Ia juga salah satu inisiator Forum Sudutpandang, organisasi non-profit yang dikelolah secara kolektif oleh pegiat seni di Palu. Sejak 2018, ia bergabung di MILISIFILEM Collective dan 69 Performance Club. Beberapa karyanya dan pameran yang pernah ia ikuti, diantaranya “Hello Red: Photography Series” di ICAD X: Indonesian Contemporary Art & Design, 2019. “Proyek Bunga Matahari” Pekan Seni Media: Local Genius, 2018. “TYPING” On Stage: Imagining Objects, 69 Performance Club, GoetheHaus Jakarta, 2019. “Soundscape Project: Bunyi di Zona Terlarang” Recollecting the Unfinished, 2020. “Self Portrait & Distancing”, Milisifilem, 2020. “Montage: Found Objects”, Milisifilem, 2020. “Domestic Formation”, 69 Performance Club, 2020.

Kolaborator

Dika Adrian; Veronica P. Kirana; Adi Holil Ashabul Yamin; M. Riski; Zekalver Muharam; M. Biahlil Badri; Ogy Wisnu Suhandha; Volta A. Jonneva; M. Panji Nugraha
Leni Marlina; Biki Wabihamdika; Septian Fernandus S; Ade M.s; Alif Ilham Fajriadi

Produksi

Komunitas Gubuak Kopi, September 2020

____

Tim Kuratorial: Albert Rahman Putra (Kurator), Biahlil Badri, Volta A. Jonneva.

Fasilitator: Biki Wabihamdika, Zekalver Muharam, Veronica Putri Kirana, Verdian Rayner, Muhammad Riski “Layo"

Design Publikasi: Teguh Wahyundri

____

Tentang LLD #3

Lapuak-lapuak Dikajangi (LLD) adalah sebuah perhelatan dari kegiatan studi nilai-nilai tradisi melalui proyek seni berbasis media yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi.

Terima kasih telah berkunjung

Tinggalkan kesan kamu di bawah ^^

Seikhlasnya saja

Mantap!

9 comments

  1. Selamat Ufik-Kifu, kolasenya boleh bikinin t-shirt kan?.

    Mantap aku ngirimnya seiklasnya, jadi terbiasa, meskipun kesepakatan.

  2. yuhuuuu,, selamat dan sukses untuk kifu.
    teruslah berkarya dan ditunggu kedatangannya di Gubuak Kopi =))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.