Beberapa waktu lalu, melalui program penayangan filem reguler “Sinema Pojok” Komunitas Gubuak Kopi bersama kelompok anak-anak di Aia Mati, menayangkan filem Indonesia Calling atau Indonesia Memanggil. Sebuah dokumenter karya Joris Ivens yang dirilis pada tahun 1946. Filem ini merekam penggalangan solidaritas buruh pelabuhan di Australia, membantu buruh Indonesia dalam mempertahankan negara baru Indonesia. Continue reading
Author Archives: Tiara Sasmita
Peluncuran Sinema Pojok
Sinema Pojok adalah sebuah bioskop non-komersial yang berbasis di Kota Solok, Sumatra Barat. Program ini merupakan inisiatif dari Komunitas Gubuak Kopi atas kebutuhan akan pengetahuan sinema, serta mendistribusikannya melalui kegiatan pemutaran film reguler. Film-film yang akan diputar oleh program Sinema Pojok ini adalah film-film yang bisa menjadi pilihan lain / alternatif untuk ditonton oleh publik. Program ini akan banyak menyediakan berbagai jenis film mulai dari film klasik, kontemporer, film panjang maupun pendek, film lokal maupun luar negri, film aktifisme, film experimental, film non arus utama, serta film-film yang dianggap penting dalam sejarah dunia. Ruang ini juga diadakan sebagai tempat bertemunya para pencinta film dan berbagi kecintaan tentang film serta sejarah sinema dunia.
Jum’at yang lalu, tepatnya pada tanggal 02 Oktober, Komunitas Gubuak Kopi menggelar acara grand opening program Sinema Pojok di Ruang Terbuka Hijau, Kota Solok. Dengan mengandalkan sosial media yang sedang marak dikalangan anak muda jaman sekarang, program ini cukup dikenal oleh media berkat bantuan @infosumbar, forum lenteng, dan juga Radio Fanesha 5 FM. Acara ini dibuka dengan pertunjukan perkusi oleh group Ethnic Percussion, Padang Panjang, dimeriahkan juga dengan penampilan arkustik pengamen jalanan pada acara penutupannya. Film yang ditayangkan pada malam pertama Sinema Pojok ini adalah Harimau Minahasa yang disutradarai oleh Andang Kelana & Syaiful Anwar. Film Harimau Minahasa ini berdurasi 63 menit. (lihat poster terkait: Poster Harimau Minahasa)
Film Harimau Minahasa sendiri berkisah tentang seorang pemuda rantau dari Jember yang bernama Ateng, bekerja di perkenbunan Pala, Minahasa Utara. Kultur Minahasa Utara sendiri mayoritas berupa identitas homogen dalam sebuah sistem keyakinan tertentu: tampak dari simbol-simbol yang menghiasi sepanang jalan pada halaman rumah-rumah penduduk. Namun, Budiono, nama asli pemuda tersebut, bisa diterima oleh warga untuk bekerja, dan tinggal di sebuah rumah perkebunan. Di perantauan, ia tak bisa mngungkiri keterikatan identitas asl muasal leluhurnya. Hal itu terungkap dalam alam bawah sadarnya; ia dirasuki leluhurnya sendiri. Dialog dalam peristiwa kesurupan itu mempertegas identitas asal tersebut; komunikasi yang tak terjembatani akibat perbedaan bahasa, identitas asal merupakan hal yang selalu hadir dan menyertai Ateng di manapun ia berada. Inilah sekilas ringkasan dari film Harimau Miahasa yang ditayangkan perdana oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam program barunya Sinema Pojok.