Panorama Pandang


Panorama Pandang

Gubuak Kopi x Da Boy (Boy Nistil) x Badikkk (Dika Adrian)
Presented in Kurun Niaga #2 – Lanscape
Desember, 2020

Panorama Pandang adalah salah satu karya yang dipresentasikan dalam proyek seni Kurun Niaga #2 yang bertajuk Landscape oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2021. Karya ini menghadirkan sebuah simulasi landskap (bentangan alam pebukitan Solok oleh Da Boy dan zooming bentang alam modern oleh Badikkk) dalam potongan kain yang kami tata untuk dilihat pada sudut pandang tertentu. Karya ini merefleksi fenomena pariwisata yang belakangan massive membangun menara pandang bentangan alam dari sudut padang pariwisata itu sendiri. Bingkaian ini juga menarik bagi kami untuk merefleksi cara kerja media dan diorama sejarah dalam sensasi 3 dimensi yang terbatas.


Kurun Niaga adalah sebuah studi mengenai sejarah perdagangan di Sumatera Barat, dan Solok secara khusus. Studi ini dikelola sebagai sebuah proyek seni berkelanjutkan melalui metode kolaborasi lintas disiplin dan media, workshop, FGD, dan presentasi publik dalam bentuk pameran. Proyek ini digagas pada tahun 2019 sebagai pengembangan program Daur Subur yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2017, sebuah paltform studi mengenai kebudayaan masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Pada tahun 2019 proyek ini hadir sebagai pameran arsip yang dengan fokus isu pada model-model politis negosiasi kuasa, persilangan budaya. Tahun 2020 Kurun Niaga menyoroti Solok sebagai ruang hidup dan representasi dari orang-orang dan sejarah yang berlangsung di lokasi itu. Dalam tema “Lanskap”, Komunitas Gubuak Kopi mengundang keterlibatan sejumlah seniman untuk berkolaborasi dan mensketsa sejumlah titik. Titik itu sebagian besar adalah pebukitan tinggi, seperti halnya tradisi “mooi indie” sebagian besar skesta menghadirkan keindahan alam yang jelita. Namun, sudut pandang itu juga dibarengi dengan kesadaran pada dua priode transportasi internal di Sumatera Barat. Priode pertama merupakan priode jalan setapak, dan priode kedua adalah priode kereta api yang dipicu oleh penemuan batu bara. Proses sketsa dan diskusi-diskusi mengenai sejarah ini menghadirkan sejumlah temuan-temuan menarik sebagai tindak lanjut proyek Kurun Niaga, seperti kesadaran bahwa rute-rute transportasi turut menentukan titik-titik kumpul peradaban dalam bernegosiasi dengan alam, sementara itu pada priode kereta api, negosiasi antara teknologi transportasi tersebut dengan alam telah merubah paksa lanskap alam yang diikuti dengan perubahaan tata kota. Para kolaborator juga melakukan “zooming” melihat lebih dekat bagaimana masyarakat Solok hari ini memposisikan alam. Seperti kecenderungan rumah-rumah yang dulu menghadap ke sungai dan kini membelakangi sungai, dan seterusnya.

Halaman Proyek: Kurun Niaga #2 – Landskap