Repotase Hari Kedua FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia
Hari kedua dimulai oleh penyegaran kembali materi hari sebelumnya oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan materi dari Dr. Sri Setiawati. Beliau adalah Pengajar di studi Antropologi dan studi Pembangunan di Universitas Andalas (UNAND), Padang. Ibu Sri sebelumnya aktif melakukan penelitian di sejumlah wilayah di Sumatera Barat, termasuk Kota Sawahlunto, dan memiliki ketertarikan pada isu-isu perempuan, serta pernah menginisiasi sejumlah gerakan pemberdayaan perempuan di Kota Sawahlunto. Ibu Sri berbagi mengenai metode antropologis dalam memetakan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) serta mendedah persoalan sebuah wilayah melalui pengalaman risetnya. Serta bagaimana wawasan antropologis digunakan dalam menginisiasi agenda design sosial ataupun gerakan berbasis komunitas warga. Pada sesi ini para partisipan juga diminta untuk menuliskan “siapa anda dalam satu kata”, jawaban para partisipan digunakan sebagai pintu untuk membongkar perspektif peserta dalam memposisikan diri dalam agenda Daya Desa ini.
Materi berikutnya dilanjutkan oleh Esha Tegar Putra, ia merupakan seorang sastrawan dan peneliti. Selain menulis banyak karya sastra puisi dan prosa, Esha juga memiliki ketertarikan pada pengelolaan arsip. Beberapa tahun terakhir, ia terlibat pada sejumlah proyek penelusuran pengetahuan terkait tokoh-tokoh budaya dan menyajikannya dalam bentuk pameran arsip. Pada sesi ini narasumber mengajak peserta untuk mengenal cara kerja arsip, dengan berbagi pengalaman pengelolaan arsip. Sesi ini juga mengajak para peserta memperluas definisi arsip pada benda ataupun tak benda yang dekat dengan warga, seperti benda-benda, bahasa, karya kesenian, dokumen, termasuk OPK. Para peserta diundang untuk mencontohkan data arsip yang ia petakan pada hari sebelumnya, kemudian menata berlatih narasi arsip dan data menjadi wacana atau pengetahuan baru, khususnya kemungkinan melalui praktik seni-budaya.
Solok, 2 Juli 2024
Tentang Program Daya Desa
Program Daya Desa Warisan Dunia adalah upaya penguatan ekosistem kebudayaan di desa-desa kawasan warisan dunia, salah satunya di wilayah Solok-Sawahlunto. Program ini merupakan pengembangan khusus dari Program Daya Desa yang diinisasi oleh Direktoran Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Secara spesifik program kali ini diselenggarakan di desa-desa yang termasuk dalam kawasan warisan dunia, salah satunya “Warisan Tambang Batu Bara Ombilin” (WTBOS) di Solok dan Sawahlunto. Salah satu upaya penguatan ekosistem tersebut direalisasikan melalui focus group discussion (FGD) dan lokakarya penguatan aktor-aktor kebudayaan di pedesaan, sebagai bekal partisipan dalam melakukan riset 4 bulan kedepan di kampungnya masing-masing.
Program Daya Desa Warisan Dunia untuk bagian Solok dan Sawahlunto (yakni 5 desa di Kabupaten Solok: Kacang, Tikalak, Singkarak, Sumani, Tanjung Bingkuang dan 6 desa di Kota Sawahlunto: Silungkang Tigo, Muaro Kalaban, Rantih, Salak, Sikalang, dan Silungkang Oso) ini difasilitasi oleh Albert Rahman Putra. Pada kegiatan FGD ini Albert, bekerjasama dengan Komunitas Gubuak Kopi melalui platform Kurun Niaga, untuk memperkaya bagasi dan penguatan presepsi kritis mengenai warisan dunia tersebut. Para peserta diajak untuk terlibat dalam dialog mendalam dan menyusun strategi penggalian narasi kebudayaan yang tersebar di kalangan warga, melakukan pemetaan potensi dan persoalan, melakukan kolaborasi serta meresponnya melalui pendekatan seni-budaya. Selain itu, para peserta juga menyiapkan sasaran (ruang temu) pertukaran pengetahuan dalam perluasan wacana pembangunan berbasis seni-budaya.