Siang ini Sabtu, 19 agustus 2023, seniman Residensi Lumbung Kelana, yakni Devi dan Cenks, – juga dua teman dari Komunitas Gubuak Kopi yaitu Dika Adrian dan Prima Nanda, tentunya saya juga ikut bersama mereka, berencana bertamu ke rumah salah satu tokoh masyarakat kampuang jawa yang biasa kami panggil Buya Khairani. Sesampainya kami di rumah Buya, kami hanya bertemu dengan anak Buya yang saat itu ada di rumah. Anaknya memberitahukan kepada kami bahwa Buya sedang tidak ada di rumah. Jadi kami memutuskan untuk terlebih dahulu mengunjungi rumah Pakde Tekno.
Pakde Tekno adalah seorang tokoh masyarakat yang banyak mengerti tentang pengobatan alternatif dan herbal. Ia juga masuk kedalam daftar tokoh masyarakat yang ingin kami temui selama Residensi Lumbung Kelana tahun ini. Sesampainya di kediamannya, kami disambut dengan ramah oleh istri pakde Tekno. Pakde yang saat itu baru selesai makan, mengajak kami masuk ke dalam rumahnya dan tak lama kami duduk, kami disuguhi teh panas. Nanda, memperkenalkan seniman residensi Devi dan Cenks. Pakde Tekno juga sudah terbiasa mendapat kunjungan dari tamu-tamu Komunitas Gubuak Kopi, jadi tidak perlu panjang menjelaskan kehadiran mereka di Solok.
Kami menyimak cerita bagaimana Pakde bisa sampai ke Solok di tahun 60-an dari kampungnya di Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Memang di Kelurahan Kampung Jawa banyak dihuni oleh perantau dan diaspora dari etnis Jawa. Pada saat kami berkunjung ke rumah Pakde, beliau juga dalam keadaan kurang sehat karena cuaca beberapa hari ini memang sering hujan, tetapi di saat kami bertanya apa kunci tetap sehat di umur yang sudah sampai 80an, Pakde pun langsung mempraktekkan cara push-up dan olahraga yang benar. Baik itu berguna untuk kesehatan organ dan indra pada tubuh manusia. Beliau mengatakan bahwa olahraga sangatlah penting bagi kesehatan tubuh, maklum pakde dulunya pernah jadi ‘orang kepercayaan militer’ sampai saat beliau pensiun.
Pakde masih aktif bertani dan beternak ikan, itu terlihat dari banyaknya tanaman dan kolam ikan di sekitar rumah Pakde. Beliau menanam beragam jenis tanaman mulai dari; buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat dan juga bunga hias. Kami dibawa ke halaman rumah Pakde yang terdapat tanaman obat bernama daun “wali songo”, karena jumlah daun yang bisa dijadikan obat hanya yang berjumlah 9 helai. Kami juga baru mengetahui bahwa pucuk daun jambu biji bisa mengobati keracunan, dan juga buah sawo bisa untuk mengobati sakit perut. Saat kami mau berpamitan dari rumah Pakde untuk melanjutkan perjalanan kami, Devi membawa beberapa tanaman obat karena dia teringat ibunya di Palu juga sering menggunakan tanaman obat.
Sorenya kami mampir di Kadai Loket tempat salah satu seniman lukis bernama Boy Nistil yang biasa kami sapa Da Boy. Ia juga vokalis dari sebuah Band Hip Rock bernama Project 32, yang sering juga bermain di beberapa acara musik di sekitaran Kota Solok. Da Boy juga pernah berpameran di Rumah Tamera tempat markas Komunitas Gubuak Kopi dalam program TAMERA SHOWCASE ke-4. Kini Da Boy aktif mengadakan sketsa santai setiap hari Sabtu di warungnya, Kedai Loket dan kadang-kadang “on the spot” ke beberapa di daerah sekitaran Solok dan luar Solok. Lokasi Kedai Loket terletak di terminal angkutan umum yang juga menjadi bagian dari pusat Kota Solok. Sore ini kami jadikan ajang untuk berjalan kaki dan berburu kuliner mengitari jalanan kota dan Pasar Raya yang banyak diisi pedagang kaki lima.
Mampir ke hamalan Lumbung Kelana #2 – Gubuak Kopi