Senin, 28 Desember 2020 Komunitas Gubuak Kopi menggelar pameran Kurun Niaga #2 bertajuk “Lanskap”. Pameran ini merupakan presentasi publik dari proyek seni “Kurun Niaga”, sebuah studi tentang sejarah perniagaan di Solok secara khusus dan Sumatera Barat secara umum. Pameran ini melibatkan partisipan dari berbagai macam disiplin, untuk membaca kembali arsip-arsip, baik itu berupa arsip fisik, ingatan, serta narasi yang berkembang di kalangan warga. Kemudian pembacaan ini dipresentasikan dalam medium seni, buku, dan peristiwa seni. Ini adalah seri kedua, sedangkan Kurun Niaga pertama bertajuk “Kala Negeri Dikelola Pemodal” diselenggarakan tahun 2019 lalu.
Pameran dibuka oleh Albert Rahman Putra selaku kurator proyek, di Galeri Rumah Tamera, Solok. Dalam pengantarnya Albert menyampaikan, bahwa dalam pameran ini para seniman diundang untuk mengamati perubahan “garis-garis” alam yang dipantik oleh perubahan jalur transportasi internal di Solok. Tidak hanya itu, para seniman yang terlibat juga menemukan catatan-catatan antropologis, sosiologis dari fenomena geografis tersebut.
Selama berproses para seniman diajak untuk mengunjungi beberapa titik pebukitan di Solok, seperti Payo, Aripan, Gantung Ciri, dan lainnya. Juga beberapa wilayah yang cukup signifikan terkait priode “Kurun Niaga” yakni Sawahlunto, kota tambang yang memantik hadirnya jalur transportasi baru, juga Singkarak, sebagai wilayah yang dilewati jalur keluar batu bara pada masa kolonial. Jalur-jalur ini menghadirkan titik-titik pemukiman baru, pusat baru, dan juga persoalan-persoalan baru.
Dalam penyataannya Albert menyampaikan, kuasa pemangku kebijakan terhadap jalur transportasi turut menentukan dinamika sebuah wilayah. Isu ini cukup signifikan untuk dibahas, mengingat kita di Indonesia sejauh ini masih saja bertemu dengan persoalan lingkungan industri, jalur transpotasi niaga, sirkulasi ataupun akses antar kota. Selain memproduksi sketsa, seniman partisipan juga melakukan diskusi terarah untuk memahami aspek pengetahuan dari “keistimewaaan” alam Sumatera Barat.
Para seniman yang terlibat antara lain Dika Adrian, Boy Nistil, Verdian Rayner, Anggraeni Widhiasih, Volta Ahmad Jonneva, dan Teguh Wahyundri. Selain Albert, proyek ini juga difaslitasi oleh Biki Wabihamdika dan Biahlil Badri. Pameran ini menghadirkan lebih dari seratus sketsa yang dibuat pada bulan November hingga Desember 2020, dalam bingkaian seni sebagai metode riset. Pameran berlangsung hingga 2 Januari 2020. Infromasi lainnya terkait proses dan pameran dapat diakses di Kurun Niaga #2 – Lanskap.