Kamis, (05 Januari 2017) kemarin, Batang Lembang kembali meluap. Luapannya menggenangi Solok, Selayo, Koto Baru yang berdekatan dengan daerah-daerah aliran sungai. Ini bukan kali pertama Batang Lembang meluap, semacam fenomenda tahunan. Biasanya terjadi ketika pergantian musim yang beberapa tahun terakhir itu selalu berdekatan dengan hari-hari pergantian tahun: November atau Desember atau Januari atau Februari.
Tahun lalu, banjir itu terjadi di bulan Februari, daerah yang sama selalu ditutupi banjir. Kali ini terjadi di Januari, dua minggu sebelumnya sering hujan di beberapa titik, dan setau saya ini yang paling besar. Tapi tungggu dulu, ini bisa saja tidak se-menyedihkan yang dibayangkan, atau ada hal lain yang lebih menyedihkan.
Percaya atau tidak, banyak warga remaja dan anak-anak menyambutnya dengan suka ria, tim relawan menyambut dengan biasa, hanya bapak-bapak yang terlihat banyak murung mengurusi perabotan rumahnya yang jadi berantakan.
Beberapa pelajar yang sekolahnya yang tergenang banjir mengamini ini, 3 Januari adalah hari ketika liburannya selesai, dan dua hari kemudian mereka tidak belajar lagi!. Anak-anak SD, SMP, dan SMA, di Salayo, kita berkumpul di Sekolah, berbagi cerita tentang liburan, banjir, sambil gotong royong membenahi sekolah.
Tanggal 05 Januari, seperti kata Dolly pelajar SMA Kubung, pagi itu air terus naik, sampai siang hingga akhirnya sekolah dibubarkan, ketika hendak pulang ia terlanjur terkurung di sebuah tempat, tunggu turun sedikit lagi.
Di tempat lain, adik-adik sekolah dasar, langsung pulang ke rumah, berkumpul dengan teman-teman sepermainan, mencari tempat-tempat dalam untuk berenang, berenang di depan rumah-rumah tetangga kita. Kakak-kakak mereka menyetel smartphone, mengangkat kamera lalu berekspresi, ekspresinya bisa sedih, ria, dan lainnya, semuanya juga dicobakan. Tapi, yang jelas kakak-kakak itu sedang menunjukan keberadaan mereka diantara peristiwa yang kemudian ramai dibicarakan di media sosial.
***
Panen Raya
Luasnya jangkauan banjir, mencapai kolam-kolam ikan warga di Koto Baru, Salayo, Solok, dan sekitarnya karamba-karamba jebol. Banyak ikan-ikan yang keluar dan bebas. Hal ini sepertinya sudah disadari oleh banyak orang, yang terkena dampak ataupun orang-orang yang berada di luar lokasi banjir. Mereka melihat ini sebagai kesempatan. Mereka berdatangan dari berbagai daerah di sekitaran Solok lengkap senjata mereka. Bahkan ada yang membawa jala atau jaring. Hampir setiap lokasi terkena banjir menjadi lokasi yang baik untuk mencari ikan.
Banjir yang sudah memuncak sejak pagi, hingga siang mulai surut, lalu sore. Ikan-ikan banyak terperangkap di tempat-tempat air surut, yang bukan aliran sungai.
Di Sawah Tapi, Koto Baru, misalnya sebuah kolam ternak ikan besar, yang berjarak lebih dari seratus meter dari sungai, juga terkena banjir. Ikan-ikannya menyebar di persawahan. Si pemburu ikan yang tahu, berfokus pada tempat ini, mengumpuli ikan-ikan yang tersebar. Warga-warga dari daerah pebukitan, seperti warga dari Batutupang, Kajai, Cupak, dan beberapa warga dari daerah lain yang tidak terkena banjir tidak pula sabar untuk menonton, mereka mulai berjejer di pinggir jalan, menyaksikan para pemburu ikan menuai keberuntungan.
Beberapa penonton menyoraki, menjadi komentator, berlagak bak pelatih sepak bola. Lainnya menyimak pertunjukan siang itu, menyesali kesialan si pemilik kolam.
***
Batang Lembang adalah sungai yang merentang dari daerah sekitaran Gunung Talang terus menjulur ke bawah lebih dari 40 KM melewati puluhan desa, di Kabupaten Solok dan Kota Solok, Melewati pasar-pasar, punggung rumah, serta jembatan-jembatan tempat beberapa orang membuang sampah, melawati ibukota, dan terus bermuara di Danau Singkarak.
Sejak sore air mulai surut, ikan-ikan terdampar mulai habis dikumpuli, banyak remaja laki-laki dan bapak-bapak mulai mencuci kendaraan mereka. Ibu-ibu, bapak-bapak banyak pula terlihat membersihkan isi rumah.
Di sungai air mulai surut walau beberapa hari ke dapan akan masih tetap sedikit lebih besar dari biasanya. Sampai beberapa hari kedapan. Sampah-sampah tersangkut bisa menjadi modal imajinasi orang-orang penasaran yang tidak sempat mengalami. Para pelajar bersorak, besok ke sekolah goro dan bercanda dengan teman-teman, menceritakan liburan dan banjir di sekitar kita.
***
Tahun lalu, banjir itu terjadi di bulan Februari, daerah yang sama selalu ditutupi banjir. Kali ini terjadi di Januari, dua minggu sebelumnya sering hujan di beberapa titik, tidak ada korban meninggal. Setau saya ini yang paling besar. Maaf, maksud saya, selalu meningkat setiap tahunnya. Tapi tungggu dulu, ini bisa saja tidak se-menyedihkan yang dibayangkan, atau ada hal lain yang lebih menyedihkan. Sewaktu kecil rasanya tidak ada tempat untuk bajir di Solok. Kini di hulu, alam tak sanggup lagi mencegah bajir, merayakan kekonyolan kita. Kita yang di bawah tidak tahu kekonyolan apa yang terjadi di hulu, apakah memang salah dari hulu?
Di media, Pak Bupati bilang ini bukan akibat penggundulan hutan, tapi penyempitan dan pendangkalan sungai (baca juga: Banjir di Solok Akibat Penyempitan Sungai Batang Lembang). Pak Ardini Arbain atau pak peneliti bilang, pembukaan hutan di hulu, atau konservasi lahan “dari hutan menjadi perkebunan” yang menjadi penyebab banjir (baca juga: Pembukaan hutan di hulu pemicu banjir Solok). Tenang saja, ia tidak bilang kawasan hutan dan lahan-lahan konservasi di hulu tidak diawasi dengan baik. Pak Khairil, warga setempat bilang, ini bencana dari tuhan.
Ohya.. kata pak DPRD Kota Solok, Batang Lembang menyimpan potensi wisata air.
___
Solok, 9 Januari 2017