Alegory dari Persitiwa Massa Mahasiswa ISI Padangpanjang 2014
Sejak 24 Februari 2014 Mahasiswa Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melakukan aksi “mogok PBM” sebagai respon atas re-strukturalisasi dan re-oragnisir oleh Rektor yang menjabat pada masa itu (2010-2014). Kebijakan tersebut memberikan dampak berupa tidak efesiennya proses pembelajaran dan turunnya akreditasi Fakultas Seni Pertunjukan. Aksi yang dipelopori mahasiswa jurusan seni karawitan ini akhirnya berlanjut sebagai aksi Keluarga Besar Mahasiswa ISI Padangpanjang.
Priode 2010 hinggga 2014 diberitakan sebagai revolusi besar-besaran dalam intern perguruan tinggi seni terbesar di Sumatera ini. Hal ini juga berkaitan dengan peningkatan status dari sekolah tinggi menjadi institusi. Pada tahun 2011, beberapa diskusi dan demonstrasi telah dilakukan menanggapi perubahan yang mendesak itu, namun tidak mengahasilkan banyak hal. Di rentang tahun tersebut, dalam jurusan seni karawitan sendiri juga terjadi pemunduran dua orang dosen yang waktu itu menjabat sebagai pimpinan jurusan (duo pimpinan ini juga menolak reorganisir, terutama karena hilangnya banyak fasilitas). Perubahan yang dilakukan oleh rektor yang mejabat pada waktu itu dinilai tidak “siap”, terlalu terburu-buru. Dampak yang paling terasa adalah turunnya akreditasi pada tahun 2014. Masa ini akhirnya puncak protes mahasiswa.
Peristiwa massa yang telah berjalan kurang lebih dua minggu ini menghantar ISI Padangpanjang pada sebuah kekosongan kekuasaan, hal ini ditandai dengan pengunduran diri Rektor serta pembatu Rektor I dan Rektor III pada 12 Maret 2014.
Hingga halaman ini dipublikasi, ISI Padangpanjang masih dalam kekosongan kekuasaan, dan sejak 12 Maret 2012 itu mahasiswa ISI Padangpanjang mengawal proses pengunduran diri tersebut hingga ke Dirjen Perguruan Tinggi (dikti) serta mempersiapkan pemilihan pemimpin baru dan pemulihan akreditasi bersama perangkat dosen.
Karya GBKPictStory – Grfitus Propogandum ini bukanlah rekaman peristiwa atau sejarah, ia adalah karangan yang berangkat dari isu budaya massa (mass culture) atas realitas yang terjadi pada 24 Februari hingga 12 Maret 2014. Foto pada halaman ini diambil oleh Albert Rahman Putra, beberapa foto juga telah dipublikasi melalui akun media sosial (Facebook) pribadinya menggunakan caption dan hastag. Karya ini disusun sebagai Alegori yang menampilkan cerita atau citra visual sebagai sesuatu (kode) yang menyimpan makna berbeda dibalik makna literal dan eksplisitnya. Kode tersebut disusun kembali menjadi sebuah penanda dan petanda untuk (atau tidak untuk) merujuk realitas yang diusungnya. Karya ini tidak berangkat dari pertanyaan investigatif tentang permasalahan internal apa yang terjadi di ISI Padangpanjang. Karya ini hadir dalam upaya menumukan jawaban, bagaimana massa menaklukan dan memperlihatkan otoritas.
– Red –
____________
Grafitus Propogandum
Grfitus Propogandum I – Belajar bukan untuk bermain. (Janji?) … bukan sekedar puisi.
Di taman ini orasi dibunyikan, aspirasi dipertontonkan, mungkinkah ia akan mati di sini?
Pintu Ajaib, sebut saja sebagai pintu anak bangsa. Kita memasukinya dengan seragam biru, seragam umat yang dipimpin otoritas yang bernaung di atas gedung perkasa ini. lalu?
Kita merasa butuh “pintu yang lebih ajaib” untuk memasuki gedung perkasa ini, di depannya berjejer barisan pertahanan. Benarkah apa yang belakanginya adalah apa yang dilindunginya. Benarkah di atasnya berdiri segelintir orang yang ingin menjadi tuhan?. Lalu pintu ajaib yang mana?
Dinding Aspirasi – Kita masih percaya, kita masih berusaha, dan kita masih bersuara.
The Power Of … ? | #TakeOverTake Over – Ini tidak tentang siapa yang benar atau salah lagi, rumah tuhan telah diduduki.
Emptiness of Power – Kita pecaya pada bahasa. Itulah kenapa kita mendamba situasi ketika kita bisa menolak dusta kemudian memaparkannya.
***
Cakep2 nih konsepnya PictStory. yeye.. Art Do Not Mainstream
Seni merekam sejarah, seni mengawal sejarah