Tersirat: Ilham Ajarkan Menolong Tanpa Harapkan Pamrih
Oleh: Frikel Adila M
Hari itu, Minggu 22 April 2012, setelah siang yang melelahkan, ditengah acara Aku Kita Dan Kota yang menyimpan kekesalan. Kesal karena kurangnya antusias dari mereka yang “seharusnya peduli”, terhadap Kota Solok ini. Siang telah berlalu, matahari telah menemukan belahan dunia lainnya. Gelap mulai mengurung kota kami. Dan sudah waktunya kami mempersiapkan acara berikutnya yaitu pemutaran film pada program Becak Bioskop dari komunitas Sarueh Padang Panjang yang sengaja diundang oleh komunias Gubuak Kopi.
Disela-sela persiapan, orang tua saya nge-sms apakah saya sudah sampai di Padang. Karena sebelumnya saya sempat kerumah untuk mengambil tas dan pamitan ke bonyok buat pergi ke Padang. Tapi bukannya langsung berangkat, malah nongkrong dulu di Taman Kota (Solok) untuk menghadiri dan membantu persiapan acara pemutaran film oleh komunitas Gubuak Kopi dan Sarueh. aduhh, sms balasan gak terkirim,pulsa saya mentok di Rp.0,-. Dan akhirnya saya mengajak Ilham, bocah sebelas tahun, jalan keliling nyari counter pulsa terdekat.
Ilham adalah salah satu dari anak-anak yang tadi siang kami ajak bermain dan sosialisasi lingkungan hidup. Awalnya sih dia tidak mau diajak jalan kaki keliling, tapi gara-gara tampang saya yang pasrah banget, Ilham pun luluh. Dia mau nemenin saya jalan kaki nyari penjual pulsa.
“Biasanya senja gini cuma di dekat terminal ada yang jual pulsa bang”. sahut Ilham.
Waah, deket sih dari Taman Kota ke Terminal, tapi kami memperjauh perjalanan dengan jalan dulu ke Bioskop Karia. Di perjalanan kami bercerita, sempat saya menanyakan apakah tiap malam Ilham dibolehin keluar malam? (sambil mengingat jaman SD dulu, saya gak boleh keluar malam).
”Enggak juga sih bang, biasanya kalau ada ujian disekolah, saya dipaksa belajar oleh orang tua”.
”Berarti Cuma belajar saat ujian doang dong?.”
“Haha, iya sih, tapi kalau tidak ujian cuma baca buku pelajaran aja kok bang”.
“Emang belajar sama baca buku pelajaran, beda ya?”
“beda-beda dikit bang. Kalau membabaca, karena memang pengen, kalau belajar karena dipaksa”. Dan,”capee deee” imbuh saya dalam hati.
“sebenarnya saya keluar cuma buat bantuin bapak membawa barang dagangannya ke tamankota”. tambah Ilham.
Bapak ilham adalah penjual bola di taman kota. Saya salut pada ilham,walaupun katanya dia belajar karena terpaksa,tapi dia langganan lho masuk 5 besar di sekolah.
Setalah kaki mulai berat untuk dilangkahkan, akhirnya kami menemukan tempat penjual pulsa. Setelah itu saya ngajakin Ilham minum, namun dia menolak. ”Gak usah bang, Abang aja yang minum”. Lalu saya beliin kue, lagi-lagi dia menolak, entah apa yang ada dibenak Ilham waktu itu. Sedikit ngerasa aneh, lalu kami lanjut jalan ke Taman Kota, dan Ilham pun dipanggil bapaknya buat merapikan tatanan bola yang akan dijual. Saya pun mengucapkan terima kasih pada anak kleas 5 (lima) SD tersebut. Dalam keadaan tertegun, saya berpikir, Ilham diam-diam mengajari saya untuk tidak mengharapkan pamrih / imbalan ketika menolong seseorang. (FAM/GBK)
Terimkasih Tuhan, sudah pertemukan saya dengan Ilham!. Salut buat Ilham. Don’t forget me, Ilham. Hehe!!
Hore.. selamat ya buat Ilham yang diam2 telah menjadi guru… ;D
teruslah berbuat baik Ilham.. kalau tidak mau jadi orang yang baik, lalu mau jadi apa???
nice teman 😀
satu kutipan dari saya…
belajar itu bisa d mana saja dan bisa sama siapa saja…
walaupun anak kecil kita juga bisa mengambil suatu pelajaran “tampa pamrih” 😀 😀
apalagi blajar demi kebaikan 😀 WHY NOT ???
hahaha..trus lah berbuat baikk ilhamm..
semogaa..jadilah generasi penerus bangsa yang baikk..hahah
thx ya buat ilham yg sudah membantu kmi semua,, 🙂
namanya sama ama saya.. esehh…
ayoook yg sampe sekarang kalo dimintain bantuannya masih minta tumbal… hahaha *jleb! ketusuk waktu baca artikel ini, sampe sekarang saya masih sering ngucapin mantra kalo ada temen yg mintol. haha
o iya, temen2… kalo bisa (ga maksa, bukan sok pinter, cuma agak ngganjel aja, haha), kalo ada kutipan kalimat dari subjeknya, kaya di tulisan ini, kayanya itu si ilham jawabnya pake bahasa minang yak? agak aneh aja baca kalimat terjemahan “Biasanya senja gini….”. coba kalo disertakan bahasa minang asli ato yg mendekati aslinya deh, pasti jadi tambah enak bacanya.. jadi biar sekalian buat temen2 yg belum bisa berbahasa minang ato buat temen2 yg udah lupa sama bahasa minang bisa sambil inget2 juga. tapi kalo bisa dan temen2 ga sibuk aja sih… hehehehe *ampun baaaaang 😀
teruskan temans 😀
terimakasih tambahannya lulu. Konten dari karya yang dipajang adalah karya orisinil penulis. semoga tambahan dari lulu juga dibaca oleh penulisnya. mungkin tuliisan dengan bahasa daerah yang lulu maksud juga ada di tulisan-tulisan sebelumnya. silahkan lihat juga tulisan-tulisan sebelumnya. ;D
ohya… kami tunggu juga kontribusi tluisan dari lulu terkait Solok.
salam..