Deprecated: Optional parameter $atts declared before required parameter $content is implicitly treated as a required parameter in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php on line 147

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893
{"id":17459,"date":"2020-12-15T21:55:00","date_gmt":"2020-12-15T14:55:00","guid":{"rendered":"https:\/\/gubuakkopi.id\/?p=17459"},"modified":"2022-08-21T19:52:46","modified_gmt":"2022-08-21T12:52:46","slug":"tenggara-street-art-festival-upaya-merespon-kota","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/gubuakkopi.id\/2020\/12\/15\/tenggara-street-art-festival-upaya-merespon-kota\/","title":{"rendered":"TENGGARA STREET ART FESTIVAL: UPAYA MERESPON KOTA"},"content":{"rendered":"\n

<\/h2>\n\n\n\n

Awal Desember lalu, seorang kawan dari Palu mengirimkan tangkapan layar dari sebuah berita daring tentang berdirinya Little Eropa <\/em>di Lembah Harau, Sumatra Barat. Di gambar tersebut, terlihat pemandangan hijau dan kelabu khas Lembah Harau menjadi latar belakang bangunan-bangunan miniatur, menyerupai sejumlah bangunan ikonik di Eropa, seperti Menara Eiffel dan piramida kaca Museum Louvre. Kawan saya menyayangkan pembangunan miniatur-miniatur yang menurutnya malahan mengganggu keindahan asli Lembah Harau yang sudah sedari dulu ikonik dan indah meski tanpa tambahan visual. Di jagad maya, banyak netizen yang memberikan respon serupa terkait hal ini, meski sebetulnya Little Eropa <\/em>di Lembah Harau sudah berdiri sejak tahun 2019. Memang, sekarang ini di berbagai lokasi di Indonesia sedang menjamur didirikannya miniatur-miniatur landmark<\/em> ikonik atau lokasi wisata di luar negeri yang khas muncul pada laman influencer <\/em>Instagram. Kencangnya sirkulasi visual di media sosial telah membuat orang-orang melihat semakin banyak referensi visual dari negeri seberang dan mendorong keinginan untuk memproduksi hal serupa. Swafoto di depan landmark<\/em> ikonik, sekalipun hanya miniaturnya, menjadi sebuah tren yang belakangan pun dijadikan fitur wisata. Kebutuhan komersial wisata dan konsumsi visual ala Instagram pun telah mendorong segelintir pihak mencomot visual dari antah-berantah dan meletakkannya di berbagai titik di negeri ini dengan dalih memperindah dan menarik minat pengunjung.<\/p>\n\n\n\n\n\n\n\n

Upaya memperindah lanskap kota atau lanskap suatu wilayah memang tidak baru-baru ini saja terjadi. Adalah hal yang alamiah bagi manusia untuk merespon tempat yang ia huni, baik dengan dalih kebutuhan komersial, fungsional, keindahan, dan lain sebagainya. Selain arsitektur dan desain, seni jalanan juga adalah salah satu ranah praktik visual yang bermain dalam koridor \u2018merespon kota\u2019. Menjelang akhir November 2020 lalu, saya berkesempatan hadir dalam sebuah festival seni jalanan di kota Solok, Sumatra Barat.  Dapat dikatakan bahwa festival yang bernama Tenggara Street Art Festival ini adalah festival seni jalanan pertama yang pernah saya hadiri. Sebelumnya, festival ini bernama Solok Mural Competition, diselenggarakan pada tahun 2019 oleh Komunitas Gubuak Kopi bersama komunitas foto Gajah Maharam. Saat memperluas wacana baik secara penyelenggaraan maupun artistik dirasa perlu, nama festival ini pun diubah menjadi Tenggara Street Art Festival pada pelaksanaannya di tahun 2020, dengan tim penggagas yaitu Gubuak Kopi dan Rumah Tamera. Di tahun 2020, festival ini mengundang sembilan seniman residensi dari berbagai kota di Indonesia untuk merespon kota Solok melalui produksi visual. Kesembilan seniman tersebut adalah Autonica dari Yogyakarta; Bujangan Urban, Adi Dhiegel, dan Blesmokie dari Jakarta; Genta Rekayasa dari Medan; Masoki, Rumah Ada Seni (RAS), dan Minang Typers dari Padang; serta Verdian Rayner dari Solok.<\/p>\n\n\n\n

Kesembilan seniman residensi tersebut dibagi ke enam lokasi utama, yaitu GOR Tanjung Paku, Terminal Bareh Solok, Lapas Klas II B Kota Solok, Taman Bidadari, KODIM Solok 0309, dan Pos Ronda Pusat Kampung Jawa. Beberapa seniman seperti Verdian, Genta, dan Dhiegel memutuskan untuk merespon kanvas beton di lokasinya bersama-sama. Dalam perjalanan melihat karya-karya mural dan graffiti para seniman residensi, saya mencatat bahwa setidaknya terdapat tiga bentuk upaya respon visual yang terjadi: merespon bidang visual, merespon lokasi visual, dan merespon platform visual yang telah memungkinkan peristiwa produksi visual ini terjadi \u2013 Tenggara Street Art Festival.<\/p>\n\n\n\n

MERESPON LOKASI VISUAL<\/strong><\/h6>\n\n\n\n