Deprecated: Optional parameter $atts declared before required parameter $content is implicitly treated as a required parameter in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php on line 147

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-content/uploads/kc_extensions/clients-logo/index.php:147) in /home3/forlen99/public_html/gubuakkopi/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893
{"id":18669,"date":"2023-05-08T17:36:05","date_gmt":"2023-05-08T10:36:05","guid":{"rendered":"https:\/\/gubuakkopi.id\/?page_id=18669"},"modified":"2023-06-14T21:40:53","modified_gmt":"2023-06-14T14:40:53","slug":"daursubur8-downshifting","status":"publish","type":"page","link":"https:\/\/gubuakkopi.id\/daursubur8-downshifting\/","title":{"rendered":"Daur Subur #8 – Downshifting"},"content":{"rendered":"

<\/div><\/div><\/div><\/div><\/div><\/section>
\n

<\/span><\/i> Pengantar<\/a><\/h3>
<\/p>\n

Situasi pandemi yang sama sekali baru bagi warga dunia ini mengantarkan kita pada pengalaman yang sangat berbeda dalam berbagai aspek, diantaranya mengantarkan kesadaran kita pada daya bertahan mandiri \u2013sekaligus gotong royong dalam jarak yang sangat terbatas. Di sisi lain, krisis yang menimpa berbagai kelas sosial ini memberi kita peluang untuk melihat momen ini sebagai kesempatan menata ulang gagasan mengenai ruang hidup yang lebih baik.<\/p>\n

Seperti pandangan Hilmar Farid dalam sebuah diskusi online (ARKIPEL, 2020), gagasan mengenai \u201cNew Normal\u201d sering kali bermuara pada upaya mempertahankan kebiasaan lama dan apa-apa yang mungkin bisa dipertahankan, dengan ide sentral keberlangsungan ekonomi. Biaya sosial yang muncul dari krisis kapital, oleh kapital itu sendiri diekstraksi kepada masyarakat \u201ckelas rendah\u201d dan lingkungan hidup. Alih-alih menempatkan biaya sosial ekologi di depan, kita masih tetap mengekstraksi kerugian-kerugian kapital dengan cara membebankan biaya sistem ekologis pada daur hidup sosial dan daya dukung lingkungan. Sebaliknya, seharusnya dengan meletakan biaya sosial pembangunan ekologis di hulu sebagai tali kekang, untuk mengatur laju akumulasi kapital yang tidak terkendali. Mempersiapkan keselamatan masa depan; kedaulatan pangan, keselamatan kolektif, pemukiman dan tata ruang, serta perbaikan sistem pendidikan dan tata kelola kebudayaan.<\/p>\n

Dengan demikian desa, ataupun wilayah yang menyimpan beragam sumber daya alam ini penting untuk kita tinjau lagi sebagai model pembangunan masa depan. Seperti pandangan Arif Yudi (New Rural Agenda, 2022), pembangunan yang selama ini dicanangkan pemerintah mengadopsi logika urban, telah merubah lanskap geografis, budaya, sosial, dan sistem ekonomi yang mengabaikan keselamatan masa mendatang. Sementara itu desa menunjukan kebertahanannya selama masa krisis, dari pandemi satu ke pandemi lainnya. Kemampuan warga mengelola sumber daya alam menjadi modal kultural yang efektif dan masuk akal untuk kita dalami bersama sebagai perangkat pembangunan. Melihat bagaimana tradisi bekerja mengelola, mendayagunakan, merawat keberlangsungan sumber daya alam, dan daur hidup antar sesama, serta dibicarakan bersama-sama.<\/p>\n

Metode Artistik dan Konteks Lokasi:
Daur Subur #8 – Downshifting
<\/b><\/p>\n

Agenda besar di atas, tentu saja tidak dapat diselesaikan dengan sebuah proyek seni di kota kecil, seperti Solok. Perlu pengoragisasian yang besar dan intensitas yang panjang. Proyek ini adalah langkah kecil dari ambisi itu dan merupakan bagian dari platform Daur Subur: sebuah studi yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi, sejak tahun 2017, dalam mengkaji kebudayaan yang berkembang di masyarakat pertanian dan praktik-praktik kolektif melalui praktik seni sebagai media. Studi ini meliputi upaya pemetaan dan mengkaji isu-isu yang berkembang di masyarakat melalui sejumlah kegiatan seperti, lokakarya, proyek seni, pameran, pengarsipan, dan lainnya. Daur Subur berupaya menggali aspek pengetahuan dari berbagai peristiwa kebudayaan dan mengemasnya untuk memahami persoalan hari ini, dengan tetap sadar akan kearifan lokal, isu sosial, politik, ekonomi, dan perkembangan kontemporernya.<\/p>\n

Secara spesifik, proyek kali ini, memperluas terma Downshifting (melambat) sebagai pilihan tindakan dalam mengupayakan keselamatan warga, termasuk lingkungan dan ruang hidupnya. Terminologi Downshifting merujuk pada gerakan sosial yang berkembang di masyarakat urban, sebagai respon gaya hidup industri yang serba cepat dan instan. Fenomena ini menarik, sebab nilai-nilai ini pada dasarnya tertanam dalam kearifan lokal di berbagai wilayah kultural di dunia, termasuk di Minangkabau, atau secara spesifik di Solok, Sumatera Barat. Lebih dari itu ia dilengkapi dengan narasi spiritual dan kearifan lokal sebagai konsepsi kebahagian kita masyarakat timur.<\/p>\n

Pertanian di Indonesia, yang tadinya ia dilihat sebagai bagian dari sirkulasi hidup, kemudian pada masa kolonial, dan diulang pada masa Orde Baru, pertanian beralih pada motif ekonomi semata, yang memposisikan petani sebagai mesin produksi industri pangan, demi ambisi mencapai swasembada. Sirkulasi tani di Solok, yang tadinya berlangsung satu kali dalam setahun, didorong untuk memenuhi kebutuhan statistik menjadi 2 -3 kali dalam setahun.<\/p>\n

Percepatan ini berdampak pada banyak perubahan pola sosial, kearifan lokal, persepsi mengenai alam, dan paradigma mengenai pertanian itu sendiri sebagai bagian dari daur hidup. Seperti ritual kolektif sebelum menanam dan setelah panen, pupuk yang aman, gotong-royong, memberi jeda terhadap tanah, dan pengetahuan lainnya pun menjadi terlupakan. Peleburan jerami pasca-panen yang tadinya dirayakan dengan berbagai ritual, yang kaya akan nilai-nilai kolektif, digantikan dengan pupuk subsidi yang tidak bertahan lama dan industrinya terpusat di kota-kota besar. Tanpa bermaksud melihat tradisi-tradisi ini sebagai sesuatu yang eksotis, namun, bersamanya turut terkikis beragam pengetahuan lokal, yang berpihak pada pangan nan aman, tata kelola lingkungan dan kebudayaan.<\/p>\n

Proyek ini dikerjakan melalui metode lokakarya dan berkolaborasi dengan komunitas warga \u2013sebagai bagian dari warga. Para partisipan diajak merespon isu di atas, dengan menyoroti narasi kecil yang berkembang di Kota Solok, Sumatera Barat. Proyek ini mengajak kita untuk melihat sejauh mana kejeniusan lokal, secara konsep dapat memperbaharui bentuknya, membangun inisiatif dan spekulasi mengenai masa depan yang lebih baik. Melibatkan warga sebagai aktor utama dalam memproduksi wacana tersebut.<\/p>\n

\n<\/div><\/div><\/div><\/div>

<\/span><\/i> Tim dan Kolaborator<\/a><\/h3>
<\/p>\n

Daur Subur #8 \u2013 Downshifting<\/strong>
Komunitas Gubuak Kopi (Albert Rahman Putra, Biki Wabihamdika, Hafizan, M Biahlil Badri, Muhammad Riski, Volta Ahmad Jonneva, Zekalver Muharam) dan kolaborator:<\/strong> Ryan Kelana, Mimi Batik, Pesantren Darut Thalib, Kelompok Badunsanak Sampai Gaek.<\/p>\n

Project ini didukung oleh Festival Komunitas Seni Media, ARKO Art Center Korea, dan Jakarta International Literary Festival (JILF) 2023<\/p>\n

\n<\/div><\/div><\/div><\/div><\/div>\n

\n\n \"\" <\/div>\n\n
\n\t
\n\t\tKabar Proyek<\/span>\t<\/div>\n<\/div>\n\n
\n\t\n\t\t\n\t\t\t\t
\n\t\t\t\t\t
\n\t\t\t\t\t\t
\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\"Dimulai\n\t\t\t\t\t\t\t\t<\/a>\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t
\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t
\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\tDaur Subur: Downshifting<\/a>, Post Ronda Project<\/a>\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t07.September.2022<\/a>\n\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t\t<\/div>\n\t\t\t\t\t\t\t\t\n\t\t\t\t\t\t\t\t

\n\t\t\t\t\t\t\t\t\tDimulai dari Kerinduan Bersilaturahmi<\/a>\n\t\t\t\t\t\t\t\t<\/h2>\n\t\t\t\t\t\t\t<\/div>\n\t\t\t\t\t\t<\/div>\n\t\t\t\t\t<\/div>\n\t\t\t\t<\/div>\n\t\t\n\t\n<\/div>\n\n
\n\t
\n\t\tDokumentasi <\/span>\t<\/div>\n<\/div>\n
\n

<\/span><\/i> Proses<\/a><\/h3>