Tag Archives: Seni Rupa

Kejelitaan yang Disunting

Romantisisme alam yang jelita, atau yang biasa dikenal dengan terma mooi Indie, menjadi piihan estetika utama yang cukup populer di kalangan pelukis Eropa pada masa penjajahan di Indonesia. Banyak para pelukis Eropa yang merekam keindahan alam Hindia-Belanda (Indonesia) untuk dibawa atau mungkin juga dipamerkan ke kampung halaman mereka. Ernts Haeckel, misalnya, salah seorang profesor biologi berkebangsaan Jerman, yang juga dikenal sebagai salah satu pelukis naturalis yang setia pada filsafat Darwinisme, sempat mengabadikan beberapa keindahan alam tropis Indonesia di sela tugasnya mendata spesies makhluk hidup. Beberapa karya lukisnya itu pernah ia publikasikan dalam bentuk buku yang berjudul Wanderbilder atau dalam bahasa Inggris disebut Travel Images, diterbitkan oleh salah satu penerbit Jerman pada tahun 1905. Dalam buku itu, terdapat lukisan-lukisan keindahan alam di wilayah yang pernah ia kunjungi, termasuk Indonesia. Continue reading

MENGGAMBAR BENTUK BERSAMA MR LAYO

Melihat hasil dari kegiatan Bubart yang diselenggarakan Komunitas Gubuak Kopi dan Kelompok KKN dari UNAND di bulan sebelumnya (Juni), banyak sekali adik-adik seusia Sekolah Dasar yang tertarik dengan kegiatan menggambar. Untuk itu, MR Layo alias Muhammad Risky, mengundang adik-adik ini untuk mengenal beberapa metode menggambar yang bisa mereka kerjakan untuk melatih kemampuan mereka.

Melalui KelasWarga edisi Juli, MR Layo melatih adik-adik ini untuk menggambar objek yang mereka lihat, dalam hal ini bukan apa yang mereka imajinasikan, melainkan hal yang benar-benar mereka lihat saat itu, meliputi sudut mereka melihat objek, pantulan cahaya, dan seterusnya. Kegiatan itu dinamai Risky dengan “Menggambar Bentuk”

 

 


Muhammad Risky atau juga dikenal dengan MR Layo, adalalah salah seorang pegiat seni rupa Komunitas Gubuak Kopi yang masih menempuh studi di Fakultas Bahasa dan Seni, Univ. Negeri Padang (UNP), selain aktif berkarya bersama Gubuak Kopi dan BSG, MR Layo, juga mendalami praktek seni visual di jalanan. Beberapa karyanya selain dalam pameran, seperti mural dan stencil juga tersebar di berbagai sudut kota, di Sumatera Barat.

BUBART: Warga Menggambar Warga Berpameran

Pada Sabtu, 18 Juni 2016, lalu Gubuakopi bersama kelompok KKN Unand di Kampuang Jawa menggelar kegiatan melukis dan berpameran bersama dalam tajuk BUBART: Warga menggambar, warga berpameran. Kegiatan ini ditujukan untuk menarik atensi warga, khususnya anak-anak teradap aktvitas menggambar. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman parkir Gubuakkopi. Berikut dokumentasinya:

video

 

Katalog Moods of May

*Moods of May, adalah sebuah rangkaian pagelaran seni oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam memperingati hari buruh nasional. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 05-07 Mei 2016 ini respon atas minimnya pemberitaan mendalam media terkait isu mengenai buruh di Sumatra Barat. Pemberitaan yang menim tersebut membuat publik masih bergantung dan tekatung dalam konstruksi menganai buruh dan peringatan hari buruh; pembangkangan, penolakan, dan penindasan. Kegiatan ini dihantar oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam agenda “menolak kontruksi media: menjadikan seni sebagai media” dengan tujuan utama mengajak warga dan seniman profesional memperkenalkan seni sebagai media bagi setiap persoalan dan spirasi disekitar mereka.

Direktur Kegiatan: Muhammad Riski.
Kurator Pameran: Fadlan Fahrozi //

Download Katalog “Moods of May” Gubuakkopi

Downoad Pengantar Ketua Organisasi Gubuakkopi (Albert Rahman Putra)

Download Pengantar Kurator Undangan (Fadlan Farozi)

MERENUNGKAN JEJAK KAPITALISME

Dalam perhelatan “Moods of May”, Komunitas Gubuak Kopi mengundang Fadlan Fahrozi, salah seorang kurator muda Padang, untuk mengkurasi pameran seni rupa yang beraitan dengan isu buruh. Berikut pengantar dari kurator, silahkan dibaca: 

Pengantar Kurator: Pameran “Moods of May”*

MERENUNGKAN JEJAK KAPITALISME**

Oleh: Fadlan Fahrozi***

Asalamualaikum Wr.wb

Semangat budaya!

Penetapan 1 Mei sebagai hari buruh dunia diawali dengan berbagai rentetan aksi perjuangan kelas pekerja di dunia sebagai bentuk pemberontakan terhadap kapitalisme industri yang mewarnai kondisi ekonomi-politik pada awal abad ke-19. Perjuangan kelas pekerja yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers yang melakukan mogok kerja untuk menuntut penurunan jam kerja. Aksi perjuangan hak buruh selanjutnya dilakukan di berbagai belahan dunia (yang dipelopori oleh Peter Mc Guire dan Matthew Maguire) dengan gerakan-gerakan terorganisir, yang pada intinya menuntut kenaikan upah dan penurunan jam kerja. Pada tahun 1886, Federation of Organized Trades and Labor Unions menetapkan 1 Mei sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia. Tanggal 1 Mei dipilih karena  terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, yang menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat. Selain untuk memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, peringatan ini juga memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Continue reading

PELAJAR SOLOK BELAJAR SENI GRAFIS BERSAMA GUBUAKKOPI

Sabtu, 27 februari 2016, Komunitas Gubuak Kopi menggelar “Workshop Seni Grafis” yang diikuti berbagai pelajar, anak-anak, dan umum di Kota dan Kabupaten Solok. Kegiatan ini tepatnya diselenggarakan di Gallery Gubuakkopi, di Kelurahan Kampung Jao, Kota Solok.

 

Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian dari program Kelas Warga edisi Februari, yang diagendakan oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam distribusi pengetahuan seni, dan memperkenalkan seni sebagai media bagi warga. Kegiatan ini mulai pada siang hari dan berakhir hingga sore hari. Diawali dengan pengantar Seni Sebagai Media oleh Albert Rahman Putra. Para peserta diajak mengenal praktek berkesenian sebagai media setiap orang dalam mengkomunikasikan apa yang menjadi ekspresi dan aspirasi mereka. Hal ini terutama ditujukan sebagai respon atas minimnya koten muatan lokal yang memperpanjang suara warga di media arus utama. Menurut Albert, sebagian besar konten media lokal lebih mengedepankan kepentingan citra ‘kalangan atas’ dan pemilik modal. Dan ini salah satunya berdampak pada keapatisan warga dalam membangun daerahnya.

DSC_2126

Albert  saat memberi pengarahan pada peserta workshop

Albert, selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi juga mengajak para peserta, yang sebagian besar mewakili sekolahnya, untuk membentuk kelompok belajar ataupun kelompok seni untuk mengembangkan kemampuan berkesenian yang ia dapat dari kegiatan hari itu. Selain itu juga mengajak para peserta ini nantinya mampu mengembangkan segala bidangnya untuk berpihak pada kepentingan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

Rangkaian kegiatan ini dilanjutkan dengan pengenalan seni grafis oleh Volta Ahmad Joneva. Merupakan salah satu anggota dari Komunitas Gubuak Kopi yang mendalami seni rupa grafis. Dari sekian banyak gaya dan teknik seni grafis yang diperkenalkan Volta, ia memilih gaya dan teknik grafis manual untuk dikenalkan pada para pelajar. Selain teknik ini sederhana, teknik ini juga merupakan teknik yang cukup jarang didapatkan oleh pelajar di sekolahnya.

DSC_2142

Volta dan Roro saat memberikan materi workshop seni grafis

Di bawah arahan Volta dan kakak-kakak Komunitas Gubuak Kopi, para peserta diajak untuk menetukannya sket gambar yang mereka ingikan. Kemudian mentrasnfernya secara miror (cermin/terbalik) ke karet lino yang telah disediakan oleh panita. Gambar yang telah ditransfer, ‘dicukil’ dan kemudian diberi cat untuk ditempel (sablon) ke media mereka, seperti kertas, kaos, atau tas. Seperti yang telah diundangkan para peserta, dianjurkan membawa masing-masing satu buah kaos.

Peserta dibebaskan untuk membawa pulang cetakan (cukilan di karet lino) mereka. Dan juga peserta diberi kesempatan untuk menyablon sendiri kaos yang mereka bawa. Selain itu setiap cetakan juga ditempalkan pada media kertas sebagai arsip bagi Komunitas Gubuak Kopi. Seperti yang telah disepakati sebelumnya karya yang dicetak pada media kertas ini juga akan dipamerankan sewaktu-waktu oleh Komunitas Gubuak Kopi.

 


Lihat dokumentasi foto lainnya:

Dokumentasi Video

Lukisan Lampau: Kabar Indah di Singkarak

Tahun 1905, Eugen Koehler dan putranya Woldemar Koehler pemilik sebuah penerbitan di Jerman, menerbitkan beberapa karya lukis Earnts Haeckel dengan judul Wanderbilder, atau dalam bahasa Inggris “Travel Images”. Haeckel adalah seorang profesor biologi di University of Jena. Ia juga dikenal sebagai pelukis naturalis berkebangsaan Jerman yang juga pengikut setia, pelestari, dan pengembang filsafat Darwinisme di Eropa. Wanderbilder adalah sebuah kumpulan lukisan pemandangan dari tempat-tempat indah yang pernah ia kunjungi di daerah tropis selama melakukan pendataan spesies makhluk hidup. Salah satu dari banyak lukisan itu, terselip sebuah pemandangan kampung di tepian danau dengan latar bukit yang berdempetan. Saya menemukannya secara terpisah di internet. Danau itu adalah Danau Singkarak, tertulis di sisi kiri lukisannya dengan tanda tahun 1901.1 Kalau ditanya, sejak kapan masyarakat dunia mengenal Singkarak, mungkin itu adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi setidaknya publikasi lukisan Haeckel ini menunjukan bahwa keindahan visual danau Singkarak sudah terkabar hingga Jerman sejak 1905.2 Continue reading