Tag Archives: Pelestarian Tradisi

Pelestarian Nilai-nilai Tradisi Melalui Kesenian

Ada beragam cara melestarikan nilai-nilai kearifan lokal, salah satu yang ditempuh oleh Hendra Nasution adalah melalui penciptaan karya tari. Pada tahun 2016, Hendra bersama timnya, mengembangkan tradisi bakureh di Solok pada beberapa karya tari baru, dan dipentaskan pada sejumlah event. Pada kesempatan ini, Hendra akan menjabarkan proses penelitian dan penciptaan karya-karyanya. Continue reading

Lokakarya Bakureh Project

Bakureh Project merupakan proyek seni ini yang diprakarsai Delva Rahman dan diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam kerja Program Daur Subur, yakni Program Pengarsipan dan Pemetaan Kultur Masyarakat Pertanian — digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tahun 2017.

Didukung oleh Cipta Media Ekspresi, Bakureh Project mengundang tujuh perempuan muda dari beragam latar belakang pendidikan untuk menjadi partisipan yang akan mengikuti serangkaian kegiatan dari awal Juni hingga pertengahan Agustus 2018. Partisipan yang terlibat antara lain: Ade Surya Tawalapi (Pekanbaru), Sefniwati (Pariaman), Nahlia Nahal (Padang), Muslimaniati (Padang), Dyah Roro Puspita Amarani (Solok), Anisa Nabilla Khairo (Payakumbuh), Olva Yosnita (Solok)

Proyek seni ini mencakup kegiatan: Lokakarya Daur Subur, residensi seni dan penelitian, diskusi grup terfokus (FGD), produk media alternatif (teks, foto, dan video), produksi karya multimedia secara kolaboratif, dan presentasi publik (pameran).

Proyek ini nantinya akan dibuka dengan kegiatan Lokakarya Daur Subur, pada tanggal 1-7 Juni 2018 di Kantor Komunitas Gubuak Kopi, dengan menghadirkan sejumlah narasumber baik itu dari kalangan akademisi, budayawan, dan seniman. Lokakarya ini merupakan penyetaraan pemahaman partisipan tentang literasi media, tradisi bakureh sebagai kekuatan sosial dan media kreatif lokal, serta pembahasan rencana pengembangan proyek dalam bentuk residensi seni, dan pameran multimedia — dengan tetap sadar akan sejarah, tradisi, dan perkembangan kontemporernya.


Lokakarya Daur Subur: “Bakureh Project”
1 – 7 Juni 2018
di Markas Gubuak Kopi 
Jl. Tembok Raya, No. 322, Nan Balimo – Kota Solok)


Bakureh Project pada dasarnya adalah sebuah studi nilai-nilai kebudayaan lokal melalui tradisi ‘masak bersama’. Bakureh adalah istilah yang merujuk pada tradisi gotong royong memasak di Solok, negeri yang termasuk dalam wilayah budaya Minangkabau dengan sistem kekerabatan matrilineal. Bakureh secara harfiah berarti “berkuli”, namum dalam konteks ini defenisi bakureh merujuk pada ‘gotong-royong masak’ yang dikomandoi oleh kaum ibu. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu, namun, dalam kondisi tertentu juga terbuka pada keterlibatan kaum laki-laki. Ia hadir dalam konteks pesta nagari (kampung), seperti pernikahan, pengangkatan pimpinan adat, upacara kematian, perayaan panen, dan lainnya.

Tradisi ini memungkinkan terjadinya pertemuan sejumlah perempuan untuk memasak bersama. Proses ini juga melanggengkan sejumlah adab yang sudah tertata menjadi tradisi, mulai dari cara ia dikabarkan, ketentuan menu berdasarkan kegiatan, pendidikan kuliner, serta diperkaya dengan pemahaman filosofisnya.

Ketua Fasilitator Delva Rahman Fasilitator M. Yunus Hidayat, Ogy Wisnu S, Volta A. Jonneva, Muhammad Risky


Didukung oleh Cipta Media Ekspresi


Download Press Release: BAKUREH PROJECT


Info lengkap proyek:

Bakureh Project

Proyek penelitian ini merupakan bagian dari studi nilai-nilai kebudayaan lokal, serta membaca posisi perempuan dalam tatanan sosial masyarakat matrilineal Minangkabau. Penelitian ini diupayakan melalui penelusuran terkait tradisi “gotong royong memasak” di Minangkabau, atau dalam lingkup Solok tradisi ini disebut bakureh.

Proyek yang berlangsung dari Juni hingga Agustus 2018 ini diprakarsai oleh Delva Rahman dalam kerangka kerja Program Daur Subur yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi. Bakureh Project terdiri dari kegiatan lokakarya, riset/residensi, FGD, dan pameran multimedia, dengan melibatkan tujuh orang partisipan dari beragam latar disiplin.

Lokakarya
1-7 Juni 2018
Riset/residensi
8 Juni – 11 Agustus 2018

Presentasi publik
17-19 Agustus 2018

 


Ketua Fasilitator Delva Rahman Fasilitator M. Yunus Hidayat, Ogy Wisnu S, Volta A. Jonneva, Muhammad Risky
Partisipan Ade Surya Tawalapi, Sefniwati, Nahlia Nahal, Muslimaniati, Dyah Roro Puspita Amarani, Anisa Nabilla Khairo, Olva Yosnita


Didukung oleh Cipta Media Ekspresi


Download Press Release: BAKUREH PROJECT



Pengantar Bakureh Project

Bakureh Project adalah sebuah studi nilai-nilai kebudayaan lokal melalui tradisi “masak bersama”. Bakureh secaha harfiah dalam Bahasa Indonesia berarti ‘berkuli’, namum dalam konteks ini defenisi bakureh merujuk pada ‘gotong-royong masak’ yang dikomandoi oleh ibu-ibu dalam satu kampung. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu, namun, dalam kondisi tertentu juga terbuka pada keterlibatan laki-laki. Ia hadir dalam konteks pesta nagari (kampung), seperti pernikahan, pengangkatan pimpinan adat di tingkat nagari, upacara kematian, perayaan panen, dan lainnya.
Continue reading

Duo Tuo Sinpia

Tan Panggak dan Pak Buli adalah dua orang ‘tuo silek’ (guru silat) di sasaran (perguruan) Silat Sinpia. Sebuah perguruan silat yang sangat aktif sejak 2 tahun terakhir. Perguruan yang berbasis di Kelurahan Sinapa Piliang, Kota Solok ini mengembangkan gerak silat khas mereka sendiri. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai gerakan silat khas Solok, namun dari narasi lain juga terdapat sejumlah gaya silat yang turut berkembang di Solok, selain yang dikembangkan oleh perguruan ini. Silat Sinpia, seperti yang dinarasikan Tan Panggak, merupakan pengembangan dari pertemuan ‘langkah tigo’ dari Agam, dan ‘langkah Ampek’ dari Lintau di Solok. Continue reading

Lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi

Lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi merupakan pengembangan dan pelestarian seni tradisi melalui platform multimedia. Lokakarya ini diselenggarakan oleh Gubuak Kopi melalui program Daur Subur, sebagai bagian dalam upaya membaca dan memetakan kultur pertanian di Solok. Kegiatan yang  juga didukung oleh Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia ini, diselenggarakan di Galeri Gubuak Kopi, Kota Solok, pada 18-30 September 2017. Dalam lokakarya ini, Gubuak Kopi mengundang sejumlah partisipan yang teridiri dari seniman, penulis, dan pegiata komunitas dari beragam disiplin. Selain itu, Gubuak Kopi juga menghadirkan sejumlah narasumber dan pemateri untuk memperkaya pembacaan isu maupun praktek pelestarian tradisi, serta membaca posisi kesenian/tradisi dalam masyarakat pertanian di Solok, secara khusus, dan Sumatera Barat secara umum. Continue reading

Manggaro di Ampang Kualo

Vlog Kampuang – Manggaro di Ampang Kualo. Kalau padi sudah mulai berbuah, dan jika musim burung (pipit) tiba, para petani biasanya akan memasang instalasi pengusir burung di sawah mereka. Bentuk instalasinya pun bermacam-macam, orang-orangan sawah, gantungan kaleng, seng, plastik, dan lainnya. Benda-benda ini ditancap di tiang bambu atau kayu, terhubung dengan tali yang mudah untuk ditarik dari satu titik. Di Solok, dan di Sumatera Barat secara umum, aktivitas ini disebut ‘manggaro’. Pada masa sekarang, untuk mengatasi burung yang menjadi hama padi ini sudah beragam, baik itu menggunakan jaring yang mengatapi sawah ataupun teknologi kreatif lainnya. Namun, menarik menyimak praktek manggaro, dengan potensi visual dan bunyi-bunyiannya. Beberapa waktu lalu, Hafizan, salah seorang partisipan lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi, bersama Zaekal menyimak salah satu praktek manggaro di Ampang Kualo, Solok. Silahkan disimak.

Vlog by Hafizan
Ampang Kualo, 21 September 2017

Batampek: Tradisi dan Elektronik

Senin, 25 September 2017, lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi sudah di hari ketujuh. Seperti hari-hari sebelumnya, para partisipan bersama fasilitator paginya sudah mulai mengumpulkan meteri foto, audio, dan video yang dibutuhkan untuk lokakarya, serta melanjutkan riseta terkait isu yang masing-masing partisipan dalami. Namun, hari ini, kita kembali memiliki agenda khusus, yakni kuliah umum “Tradisi dan Elektroakustik” bersama Ade Jhori. Continue reading

Tradisi Marindu Harimau

Catatan hari keenam lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi dan membaca tradisi marindu harimau bersama Rika Wirandi

Minggu, 24 September 2017 adalah hari ke-6 lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi, yang diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi. Sekitar jam 11.20 siang, para partisipan dan fasilitator siap untuk pergi ke lapangan, mencari data yang dibutuhkan terkait minat isu masing-masing. Kiki, salah satu pertisipan, mencari informasi yang ia butuhkan ke rumah datuak Tan Ali. Beliau adalah salah satu tokoh adat di Solok, atau tepatnya ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Solok. Pada beliau, kiki mencari lebih jauh isu tentang bakureh, yakni tradisi masak bersama yang biasa dilakukan oleh masyarakat KTK untuk sebuah pesta di kampungnya. Baik itu pesta penikahan ataupun pesta yang diselenggarakan oleh pemuda atau pesta adat lainnya. Selain Kiki, Apis dan Zekal pergi ke salah satu sawah yang memiliki alat panggaro (alat untuk mengusir hama burung yang memakan padi). Continue reading

Mozaik Isu di Hari Kelima

Catatan hari kelima lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi

Hari kelima Lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi, 22 September 2017, setelah shalat Jumat dan makan siang, para partisipan kembali memulai aktivitas untuk pergi mencari data ke lapangan. Partisipan dibagi menjadi dua tim, yang satu adalah Diva dan Kiki, dan satu lagi adalah saya dan Hafiz. Continue reading