Tag Archives: Kultur Sinema

Realisme Kotor Iran dalam Sebuah Taksi

Catatan Sinema Pojok spesial sinema Iran

Pada penayangan reguler Sinema Pojok kali ini, kita kembali memutarkan filem yang di sutradarai oleh Jafar Panahi, Taxi Tehran. Filem ini adalah sebuah bentuk protes Jafar Panahi terhadap dunia perfileman di negaranya itu pada tahun 2015. Dialog dan narasi yang di bangun di filem ini terasa sangat mengkritik pemerintah Iran yang sangat mengontrol ketat masalah perfileman.

Continue reading

Mengenali Lingkungan Parak Kopi

Selasa, 18 Juni 2019, adalah hari ke-2 Lokakarya Daur Subur di Kelurahan Alai Parak Kopi, Kota Padang. Kegiatan ini adalah bentuk kerja kolaborasi Gubuak Kopi bersama Surau Tuo AMR. Lokakarya ini adalah kelanjutan dari Silahturami di bulan Ramadhan dahulunya. Di hari ini saya melakukan aktivitas observasi lapangan atau mengenal lingkungan di sekitar Kelurahan Alai Parak Kopi bersama Risky, Zekalver, Dayu, dan Holil. Selama perjalanan riset, kami mengabadikan beberapa hal yang kami anggap menarik untuk dibicarakan dan juga dianggap penting untuk dikaji nantinya, atau beberapa tahun kedepan.

Continue reading

Gotong Royong Enam Jam di Jogja

Catatan Penayangan Sinema Pojok: Enam Djam di Djogja (Usmar Ismail, 1951)

Sabtu, 28 Juli 2018, Komunitas Gubuak Kopi melalui program Sinema Pojok memutarkan filem Enam Djam di Djogja karya sutradara Usmar Ismail yang diproduksi tahun 1951. Filem Enam Djam di Djogja memang dihadirkan dengan cara fiktif. Alasannya dibuat dengan cara fiktif karena merasa dokumen-dokumen yang ada masih belum lengkap dan takut akan berpotensi menyinggung berbagai pihak nantinya, akan tetapi keberadaannya saat itu sangat diterima oleh masyarakat Indonesia dengan masih ditayangkannya filem ini hingga era tahun 1980-an di TVRI. Filem ini dikatakan sebagai filem perjuangan Indonesia kedua, setelah filem perjuangan pertama yang juga disutradarai oleh Usmar Ismail dengan judul Darah dan Doa diproduksi satu tahun sebelumnya (1950). Continue reading

Ruang Alternatif Sinema

Teks ini merupakan tulisan pengantar dalam simposium yang bertajuk Ruang Apresiasi Alternatif dan Penontonnnya dalam rangkaian Andalas Film Exhibition – Denyut Baru yang digagas oleh Relair.

Untuk memberikan pandangan terkait ruang apresiasi alternatif, saya akan menjabarkannya melalui apa yang saya dan kawan-kawan di Komunitas Gubuak Kopi lakukan di bidang itu. Sejak tahun 2015, Komunitas Gubuak Kopi mengusung sebuah program studi kebudayaan melalui film dan studi film itu sendiri, yakni: Sinema Pojok.   Continue reading

Andalas Film Exhibition – Denyut Baru

Andalas Film Exhibition (AFE) 2017 adalah salah satu festival atau ajang apresiasi sinema berskala nasional, yang digagas oleh kelompok RELAIR Cinema FIB Unand. AFE pertama ini digelar pada tanggal 18 November – 3 Desember 2017, di Kampus Universitas Andalas, dan tour kuratorial di sejumlah kampus di Sumatera Barat. Ajang apresiasi ini mengangkat “Denyut Baru” sebagai tema sentralnya. Dalam perayaan ini juga terlibat sejumlah pegiat Komunitas Gubuak Kopi, antara lain: Albert Rahman Putra, selaku kurator film mahasiswa dan umum; dan Delva Rahman selaku pembicara dalam Simposium yang bertajuk Komunitas dan Ruang Apresiasi Alternatif. Continue reading

Penayangan Hippes Lokal

Jumat, 29 September 2017
20.00 WIB
di Galeri Gubuak Kopi

Sutradara: Benyamin Sueb
Tahun: 1976 // Bahasa Indonesia

Sinopsis
Saat Ujang dan adiknya Udin sedang angon domba seperti biasanya, mereka diberi tahu bahwa ibunya sakit. Mereka nekat pergi ke kota untuk membeli obat. Di perjalanan pulang mereka dihadang anak-anak nakal. Obat rusak dan kakak beradik tadi jadi terpisah. Sepulang ke rumah Ujang mendapati ibunya meninggal. Maka pergilah Ujang mencari Udin, yang ternyata dipelihara seorang gelandangan dan dilatih cara cari makan, sambil memanggil bos pada pelatihnya itu. Ujang berusaha sendiri sambil terus mencari adiknya. Pertemuan terjadi dalam sebuah kebetulan di emper toko. Saat mereka masih berbincang, sang bos datang untuk mengambil Udin pulang. Ujang memanggil aparat penertiban, hingga ia bisa berkumpul dengan adiknya sementara para gelandangan dibawa ke tempat penampungan. (wikipedia)

Diskusi Sinema, Roda dan Gerakan

Pada Rabu, 12 April 2017 lalu, Delva Rahman salah seorang pegiat Komunitas Gubuak Kopi menjadi salah satu pembicara dalam rangkaian Malang Film Festival 2017. Dalam hal ini Delva mengisi diskusi umum, panel Sinema: Roda dan Gerakan, sebuah pengembangan wacana sinema sebagai kebudayaan dalam upaya memahami persoalan di sekitar. Selain Delva, dalam diskusi ini juga terdapat seorang pembicara lainnya yakni, Ramadhani Fauzi, pegiat komunitas Layar Kemisan (Jember), dan dimoderatori oleh Baruna Ary Putra (Kine Klub UMM). Continue reading

Sinema di Pojok Kampung Kita

Pada 25-26 Maret 2017 lalu, di beberapa titik, di Kelurahan Kampug Jawa, Solok, berlansung kegiatan “Sinema di Pojok Kampung Kita” Penayangan ini diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi, bersama Pusat Pengembangan (Pusbang) Film, Kementrian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia, dalam rangka merayakan Hari Film Nasional 2017.

Kegiatan ini dibuka dengan penayangan Darah dan Doa, karya Usmar Ismail (1950), pada pukul 16.00 WIB di Galeri Gubuak Kopi, di Kelurahan Kampung Jawa. Darah dan Dan adalah film yang pertama kali dibuat (diproduseri dan disutradarai) oleh orang Indonesia. Usmar Ismail sendiri adalah seorang kelahiran Bukittinggi, 21 Maret 1921. Ia dikenal sebagai pelopor perfilman Indonesia. Pada tahu 1950, ia mendirikan PERFINI (Perusahaan Film Nasional), serta memproduksi film pertama, yakni Darah dan Doa di bawah nama PERFINI pada tahun yang sama. Tanggal 30 Maret 1950, adalah hari pengambilan gambar pertama dari film Darah dan Doa, yang kini disebut sebagai Hari Film Nasional oleh Dewan Perfilman Nasional pada taun 1962. Continue reading

Tentang Terminal dan Bioskop yang Konon Pernah Ada di Solok

Siang  itu, 7 Maret 2017, sekitar jam 10.20 di Terminal Angkot Kota Solok, cuaca sangat bersahabat. Tampak suasana terminal yang sudah ramai dan menimbulkan kebisingan akibat suara mesin angkutan kota (angkot). Tidak hanya angkot yang ada di terminal itu, tetapi banyak juga ojek dan pedagang d ipinggiran Terminal Solok yang mengisi ruang-ruang di area tersebut. Kurang-lebih sudah 50 tahun terminal ini berdiri dan menampung ribuan kendaraan bermotor yang melewatinya. Di dalamnya, banyak juga gedung-gedung tua berdiri di sekitar Terminal Angkot Kota Solok. Ada sebuah gedung di tengah terminal yang dulunya merupakan tempat menjual karcis angkutan bus kota, tapi sekarang sudah menjadi toko-toko kecil, terlihat dari tekstur bangunan yang berada di tengah-tengah Terminal Angkot Kota Solok. Dan juga pos penjaga terminal, yang menjadi saksi bisu dari kerasnya kehidupan di terminal. Sementara itu, gedung pertokoan yang berada di sebelah pos penjaga Terminal Angkot Kota Solok tersebut, dahulunya adalah sebuah bioskop lokal di Kota Solok. Warga menyebutnya “Bioskop Karia”. Continue reading

Rapat Koordinasi Komunitas Film Indonesia

Berkaitan dengan peringatan Hari Film Nasional 2017, Pusat Pengembangan (Pusbang) Film, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, menggelar Focus Grup Discussion (FGD) dan rapat koordinasi komunitas film Indonesia di Hotel Akmani, Menteng, Jakarta Pusat pada tanggal 16-18 Maret 2017. Kegiatan ini mengundang 30 perwakilan kelompok/komunitas/organisasi yang aktif berkontribusi dalam perkembangan film di Indonesia. 30 Kelompok ini terdiri dari 3 panel FGD yakni, forum produksi; forum eksibisi dan festival, serta forum apresiasi dan kajian. Dalam hal ini, Albert Rahman Putra mewakili Komunitas Gubuak Kopi, ikut mengisi bagian forum apresiasi dan kajian filem. Dalam forum ini, diksusi difokuskan pada pembacaan tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap budaya sinema di berbagai daerah, serta strategi-strategi yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok untuk mengembangkan pengetahuan sinema sesuai dengan situasi kebudayaan lokal. Kegiatan ini di antaranya juga ditujukan untuk menemukan rekomendasi kebijakan yang berkaitan dalam pengembangan pengetahuan sinema dan perfilman di Indonesia. Continue reading