Tag Archives: Kuliner

Suara-suara Bakso Bakar

Bakso Bakar adalah salah satu jajanan favorit anak-anak di Solok. Biasanya ia bergabung dengan kategory jajanan (streetfood) lainnya, yang mangkal di sebuah tempat yang ramai anak-anak, semisal taman kota, gerbang sekolahan, dan lainnya. Ada juga yang menjajakannya menggunakan gerobak. Tetapi belakangan sejak motor sudah cukup gampang dibeli dan dicicil ada banyak pedagang jajanan seperti ini beralih menggunakan sepeda motor dan mendatangi keramaian anak-anak. Berbeda dengan kue putu yang menggunakan serine uap, atau sate yang menggunakan terompet, pedangang yang saya temui ini menggunakan rekaman digital dan pengeras suara untuk meneriakan dagangannya. Seingat saya, yang paling awal, sekitar tahun 2016-an dulu adalah tahu bulat, tapi kemudian banyak yang menggunakan teknologi serupa, termasuk bakso bakar ini.

Continue reading

Perangkat Kue Putu

Kue Putu adalah salah kuliner atau cemilan favorit anak-anak di Sumatera Barat, dan mungkin juga di berbagai daerah di Indonesia. Kue ini selalu disajikan secara segar, langsung dibuat oleh penjual dengan perangkat yang selalu dia bawa. Sebelum tahun 90an, sebagian besar perangkat ini dipikul pada bahu, belakangan para pedagang putu menyiasati kendaraan sepeda motor mereka untuk dapat menopang perangkat tersebut. Tidak hanya kue putu sebenarnya banyak jajanan lain melakukan hal yang sama, sehingga penjual cemilan bisa mendatangi anak-anak di tempat-tempat mereka berkumpul. Seperti dulu dan kini, dalam perangkat kue putu juga terdapat teknologi uap untuk menghasilkan bunyi melengking seperti bunyi peluit, yang juga menjadi petanda untuk anak-anak segera membujuk orang tuanya untuk memberi uang. Tradisi kostum (custom)/akal-akalan ini juga banyak dijumpai di berbagai daerah di Asia Tenggara.

Vlog by @albertrahmanp
Kampung Jawa, Solok, 2021

Mengenal Makan Baradaik

Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok

Hitungan hari para partisipan residensi Lumbung Kelana di Gubuak Kopi akan meninggalkan Kota Solok. Hari ini, Rabu, 26 Januari 2022, kami semua dapat undangan makan siang di Rumah Suhey, sebuah rumah kreatif di Solok. Pada hari sebelumnya Sufty bertemu dengan Uni Patrisia dan Uni Amelia di Naluri Coffee. Ketika saya, Albert, Sufty dan Badri sedang mengganti suasana untuk bekerja dari cafe dengan akses internet yang lebih baik, Uni Patrisia dan Uni Amelia menyusul ke Naluri untuk menemui Albert, ketua Komunitas Gubuak Kopi. Uni Patrisia dan Uni Amelia merupakan pejabat Dinas Pariwisata Kota Solok, dan juga ikut nongkrong di markas kami, di Rumah Tamera. Ketika pertemuan kemarin Albert mengenalkan Sufty ke mereka, bahwa Komunitas Gubuak Kopi lagi kedatangan tamu, selain Sufty juga ada Yoan dari Komunitas Kahe, Maumere. Uni Pat dan Uni Mel mengobrol panjang. Saya tidak terlalu mendengarkan karena sedang menulis, tapi sepertinya mereka langsung akrab. Diakhir obrolan, uni-uni ini mengundang Sufty dan kawan-kawan Gubuak Kopi untuk makan siang esok hari di Rumah Suhey. Kami pun semangat menerima ajakannya.

Continue reading

Kita Menyapa

Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok

Kamis, 20 Januari 2022 menjadi hari keempat dalam pelaksanaan program Lumbung Kelana. Kita melanjutkan silaturahmi di Kampung Jawa dan sekitarnya. Hari ini kita berencana untuk bertukar cerita ke rumah produksi batik khas Solok: Tarancak, atau yang lebih dikenal dengan Batik Mimi. Sufty bersama saya bergerak menuju Batik Mimi seusai shalat dzuhur, sekaligus mengantarkan produk Batik Mimi yang masih tersimpan di Gubuak Kopi setelah pameran ekonomi kreatif dalam rentetan perayaan Ulang Tahun Kota Solok pada Desember 2021 lalu. Kita juga mengajak Yoan, partisipan residensi lainnya, tapi ia tidak bisa karena ada pertemuan online yang harus diikutinya.

Continue reading

Memasak Nasi Lamak jo Gulai Cubadak

Senin, 1 Oktober 2018, masih dalam rangkaian acara presentasi publik Bakureh Project, tim Bakureh Project mengadakan acara memasak bersama dengan ibu-ibu di sekitar lokasi Gubuak Kopi, dengan menu utama yaitu gulai cubadak dan juga nasi lamak juga luo. Hari ini merupakan hari ke-empat sejak pameran dibuka secara resemi pada 28 September 2018 lalu. Presentasi publik ini merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari peluncuran buku Bakureh Project, pertunjukan, dan pameran multimedia yang berlangsung sampai tanggal 4 November nanti. Continue reading

Tradisi Bakureh

*Tulisan ini adalah bagian dari buklet publikasi post-kegiatan Lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi (Gubuak Kopi, 2017), dipublikasi kembali sebagai bagian dari distribusi arsip


Masyarakat Minangkabau dari zaman dahulunya, diriwayatkan sudah terbiasa hidup bergotong-royong. Hal serupa sepertinya juga diriwayatkan di etnis-etnis lain di Nusantara. Lalu seperti yang pernah disinggung dalam sejumlah diskusi di Gubuak Kopi, adanya persekusi di Solok pada Mei 2017 lalu yang menimpa seorang dokter perempuan, sebagai respon dari ciutannya di media Sosial dari sejumlah ormas. Ia merasa dikucilkan, tidak ada tetangga yang datang menolong, perspektif publik yang tunduk pada suara mayoritas (yang belum tentu benar), bermacam teror di media sosial dan telepon genggam menghampirinya. Untuk menunjukan kekuatan hukum, Kapolres dicopot, dengan alasan tidak bisa menjamin keamanan masyarakatnya. Hal ini selain mempertanyakan kita yang gagap media, juga mempertanyakan sikap gotong-royong dan toleransi yang selama ini kita banggakan. Dan ini membuat saya tertarik membaca kembali gotong royong pada esensi, apakah memang pengakuan kita saja, atau memang begitu adanya, atau mungkin kini porsinya telah bebeda. Narasi kekuatan kolektif di Minangkabau sendiri, salah satunya bisa kita soroti dari tradisi Bakureh. Kebetulan tradisi ini cukup dekat dengan saya. Continue reading

Jajanan Tusuk

Jajanan tusuk adalah salah satu kuliner yang kembali ramai kita temukan di Kota Solok. Di jajanan yang sama, sebenarnya kini menunya tidak hanya telur gulung, ragamnya antara lain: sosis tusuk, bakso bakar, nuget, bakso kripsi, dll. Beberapa jajanan ini bisa kita temukan di depan Taman Kota Solok atau yang sekarang dikenal dengan nama Taman Syekh Kukut. Satu tusuk seribu saja.

Vlog by @albertrahmanp
Solok, 19 Desember 2017