Tag Archives: Albert Rahman Putra

Resituating Colonial Archives

Resituating Colonial Archives (Simpang Susun Arsip Kolonial) adalah sebuah proyek seni berbasis arsip kolonial yang digagas oleh arsitekturindonesia.org, Gudskul Ekosistem, dan Nieuwe Instituut. Proyek ini berlangsung sepanjang Desember 2022 – Maret 2023, terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti, lokakarya, kelas, produksi, dan pameran (presentasi publik). Proyek ini secara spesifik membaca ulang arsip-arsip arsitektur sejumlah arsitek, yakni: Albert Frederik Aalbers, Liem Bwan Tjie, Hendrik Petrus Berlage, Johannes Martinus Groenewegen, Henri Maclaine Pont, Adolf Eibink, dan Johannes Theodorus van Oyen.

Continue reading

Mengajak Sadar Melihat Sekitar

Tulisan ini merupakan catatan peluncuran buku “Sore Kelabu di Selatan Singkarak” karya Albert Rahman Putra yang digelar di Galeri Kubik Koffie, Padang, pada 21 Februari 2018 lalu. Artikel yang ditulis oleh Rendy Hakimi Sadry (Wartawan Haluan) ini sebelumnya telah dipublikasi di rubrik budaya Koran Haluan, edisi 25 Februari 2018, dan dipublikasi kembali di gubuakkopi.id sebagai pendokumentasian dan distribusi arsip.  Continue reading

Inspirasi Menulis bersama Albert Rahman Putra

Pada Selasa, 27 Februari 2018 lalu, Padang TV melalui program Sumbar Rancak Bana (SRB) menghadirkan Albert Rahman Putra sebagai narasumber dalam tajuk “Inspirasi Menulis”. Pada kesempatan ini Albert diperkenalkan sebagai salah seorang penulis muda yang aktif mengangkat isu-isu bermuatan lokal dan kontekstual dengan situasi kebudayaan Sumatera Barat sekarang. Selain pengalaman menulis, program ini juga mengulas aktivitas Albert bersama Gubuak Kopi, serta buku terbarunya “Sore Kelabu di Selatan Singkarak” (Forum Lenteng, 2018). Albert merekam fragmen-fragmen kejadian dan kisah yang bergulir di sekitaran Danau Singkarak, sebagai otokritik terhadap masyarakatnya sendiri. Albert mengamati situasi ini sejak tahun 2010 yang kemudian dibingkai ke dalam 11 tulisan. Isu-isu tersebut antara lain tentang kondisi lingkungan, peseteruan warga, keberadaan tambang dan dampaknya pada situasi sosial masyarakat, kebijakan dan respon pejabat pemerintah, serta jalur dagang warisan kolonial melalui penelusuran sejumlah arsip sejak tahun 1818.  Continue reading

Peluncuran dan Diskusi Buku: Sore Kelabu di Selatan Singkarak

Pada Rabu, 21 Februari 2018 lalu, Komunitas Gubuak Kopi bekerja sama dengan Forum Lenteng (Jakarta) menggelar kegiatan “Peluncuran dan Bedah Buku –Sore Kelabu di Selatan Singkarak, karya Albert Rahman Putra, di Galeri Kubik Koffie, Kota Padang, Sumatera Barat. Buku kumpulan tulisan ini diterbitkan oleh Forum Lenteng. Di dalamnya penulis merekam fragmen-fragmen kejadian dan kisah yang bergulir di sekitaran Danau Singkarak. Albert mengamati situasi ini sejak tahun 2010 yang kemudian dibingkai ke dalam 11 tulisan sejak 2015 hingga 2017. Isu-isu tersebut antara lain tentang kondisi liungkungan, peseteruan warga, keberadaan tambang dan dampaknya pada situasi sosial masyarakat, kebijakan dan respon pejabat pemerintah, serta jalur dagang warisan kolonial melalui penelusuran sejumlah arsip sejak tahun 1818. Continue reading

Lingkung Singkarak dalam Retrospeksi

Hampir keseluruhan fenomena sosial dalam catatan Albert Rahman Putra di buku Sore Kelabu di Selatan Singkarak (Forum Lenteng, 2018) dekat dengan saya secara personal. Saya menghabiskan masa kecil hingga dewasa di nagari Saniangbaka, bagian selatan Danau Singkarak. Saya masih bisa mengingat amis ikan Bilih yang baru dikeluarkan dari lukah, mengingat bagaimana bentuk putaran arus di muara pertemuan Batang Lembang dengan Danau Singkarak, dan merasakan manisnya limau dari Kacang yang dibawakan teman-teman saya sewaktu sekolah menengah atas di daerah Singkarak. Continue reading

Meneguk Film Menyelami Kehidupan

Artikel ini sebelumnya telah diterbitkan (cetak) oleh Harian Haluan, edisi 4 September 2016, dalam rubrik Budaya. Artikel ini ditulis oleh Juli Ishaq Putra (pengasuh rubrik budaya Harian Haluan) terkait presentasi Albert Rahman Putra dalam forum komunitas di rangkaian “Social/Kapital – ARKIPEL: Jakarta International Documentary and Experimental Film Festval, 2016”. Artikel ini dipublikasi kembali sebagai bagian dari digitalisasi koleksi arsip Gubuak Kopi.


SEJAUH ini, di manapun, baik di rumah melalui televisi, di layar bioskop, di layar tancap, maupun lewat saluran kanal youtube, banyak penikmat film yang memosisikan diri sebagai pribadi yang butuh hiburan dari beragam sinema yang mereka saksikan atau tonton. Padahal, menurut Albert Rahman Putra, Peneliti Seni dan Media dari Komunitas Gubuak Kopi yang berbasis di Kota Solok, sudah waktunya film dipahami sebagai cara alternatif untuk memahami berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan.

Continue reading