Author Archives: Gabriella Melisa

Gabriella Melisa, atau biasa disapa Igeb, adalah seorang petualang dari Nagari Cupak, Solok, yang juga aktif memproduksi karya-karya fotografi dan catatan perjalanan. Kini Igeb menetap dan bekerja di salah satu perusahan audit di Jakarta, dan terus bertualang.

Trip Korea Selatan Part 2; Shinheungsa Temple dan Mount Seorak

Berikut kelanjutan dari cerita perjalan Gabriella Melisa atau biasa disapa Igeb di Korea Selatan. Silahkan Disimak!


Hari kedua di Korea Selatan, saya sudah cukup menyesuakan diri. Saya memang seringkali bermasalah dengan cuaca dingin. Untungnya Korea Selatan baru memasuki musim gugur jadi cuaca pagipun belum terlalu dingin. Setelah hari pertama mengunjungi pulau, hari kedua agendanya adalah trip ke Mount Seorak. Hanya dibutuhkan sekitar 30 menit menuju Mount Seorak dari resort tempat kami menginap.

Mount Seorak yang dalam Bahasa korea disebut Seolsan yang berarti gunung salju. Karena memang Mount Seorak terletak di ketinggian dan disaat musim dingin seluruh bagian gunung tersebut ditutupi salju. Musim dingin di Mount Seorak-pun sebulan lebih cepat dan sebulan lebih lama dari kota Seoul. Di Seoul musim dingin berkisar dari Desember sampai Februari, sedangkan di Mount Seorak musim dingin sudah dimulai dari Bulan November dan berakhir di Bulan Maret.

IMG_9640 IMG_9645 IMG_9597

Untuk naik ke Peak of the mountain kita mesti menggunakan cable car. Wow, that’s amazing dan sayapun awalnya sedikit takut. Sebelum ke cable car station kita lebih dulu diajak mengunjungi Shinheungsa Temple yang disana terdapat Golden Bronze Big Buddha Statue. Penduduk Korea sendiri mayoritas tidak mempunyai agama. Sisanya Buddha sebagai agama paling banyak, Christian dan juga beberapa menganut Islam.

IMG_9547 IMG_9542 IMG_9538

Setelah cukup foto-foto di kuil perjalanan dilanjutkan menuju cable car station. Disarankan kalau pergi dengan rombongan untuk reserve dulu tiket cable carnya karena kalau berakhir pekan di Mount Seorak antrian untuk naik cable car cukup ramai. Salah satu tour leader local kami juga mengatakan dia pernah mengantri sekitar 2-4 jam untuk meniki cable car. Untunglah rombongan kami sudah me-reserve jauh hari jadi tidak perlu mengantri lagi.

IMG_9559 IMG_9622

Nah, naik cable car ini juga cukup membuat saya merinding. Bayangkan, kita menaiki sebuah kendaraan kaca yang jalurnya menggunakan tali untuk menaiki puncak dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Walaupun Cuma lima menit namun cukup memacu adrenaline. Kapasitasnya bisa memuat sekitar 50 – 60 orang.

Setelah sampai di Gunungnya, kita juga harus menanjak lagi sekitar 10 menit menuju puncak. Jangan khawatir, disini disediakan tangga dan dipagari, jadi cukup aman untuk menuju puncak.

Untuk pemandangan diatas jangan ditanya. Saya seperti sedang berada di Swiss (walaupun sebenarnya belum pernah ke Swiss). Puncak gunung ini sendiri adalah batu-batu kapur. Duh, saat saya kesana musim gugur-pun sudah dingin apalagi pas puncak in bersalju.

Mount Seorak

IMG_9428 IMG_9578

Satu lagi yang membuat saya impress dengan orang-orang Korea ini. Mereka semua kuat-kuat jalan. Sepanjang jalan menuju puncak saya selalu berpas-pasan dengan pasangan-pasangan lanjut usia, yang saya taksir umur mereka sudah mencapai 60an.

Setelah puas di Mount Seorak perjalanan dilanjutkan menuju kota Seoul yang berjarak sekitar 3 jam dari Mount Seorak.

Bye Mount Seorak

  • Gabriella Melisa, 2015

ke artikel sebelumnya : Trip Korea Selatan Part 1

Trip Korea Selatan Part 1; Pulau Nami dan Teddy Bear Farm

Kali ini kita akan menyimak nomor pertama tentang perjalan rekan traveler kita, Gabriella Melisa atau yang biasa disapa Igeb, di Korea Selatan. Perempuan tangguh yang sering mendapatkan perkerjaan sambil jalan-jalan ini seperti biasa akan berbagi pengalamannya kepada kita tentang cara menarik menikmati keindahan dunia ini. Semoga bisa menginspirasi rekan-rekan traveler semua! silahkan disimak! Continue reading

Merah Putih di Papandayan

Sudah sangat lama saya berharap bisa bergabung dengan teman-teman saya yang pencinta alam untuk mendaki gunung. Selain kendala fisik, mendapat izin dari orang tua menjadi masalah utama saya saat itu. Lalu, ajakan datang tiba-tiba dari salah satu teman kuliah saya untuk ikut mendaki pada tanggal 15-17 agustus 2014 yang merupakan hari kemerdekaan Indonesia. Awalnya, saya sempat ragu akan mendapat izin dari orang tua. Namun setelah menjelaskan panjang lebar akhirnya saya bisa meyakinkan orang tua saya bahwa akan banyak orang yang akan melakukan pendakian pada tanggal tersebut. Continue reading

Perjalanan Ke Danau Talang

Danau Talang: Surga Tersembunyi di Salah Satu Sudut Gunung Talang

Tahun ini bisa dibilang tahun keberuntungan saya. Saya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat yang ingin saya kunjungi dari lama. Selain kesempatan dadakan ada juga kesempatan yang benar-benar sudah terencana. Salah satunya adalah mengunjungi Danau Talang, the place that I’ve been put on the top 3 of my bucket list instead of Dieng and Tangkuban Perahu. Berbeda dengan Dieng dan Tangkuban Perahu yang saya kunjungi dalam rangka curi-curi kesempatan saat business trip, kali ini saya benar-benar telah merencanakan untuk mengunjungi tempat ini. Continue reading

Mengenang Mendung

Suatu ketika, disaat langit menggelap mencari makna. Aku terdiam di bawah sudut kelam yang menghitam. Bayang awan yang menutup tabir mengingatkanku akan takdir. Lihatlah langit itu… Bukankah gelap menghanyutkan?, mendekap terang pada suatu petang. Kali ini aku bertanya pada mendung. Kenapa setiap kali dia datang hujan seakan berteriak untuk turun?. Kadang biru tak selalu haru, putih pun belum tentu menyaru. Kenanglah.. Mendung takkan pernah mau memberi hangat Continue reading

Merekam Senja

Merekam Senja adalah proyek foto esai berikutnya dari teman kita Gaberiella Melisa, setelah sebelumnya memaparkan pada kita sebuah prespektif tentang hujan. Kali ini Igeb memulai susunan karya ini dengan sebuah pertanyaan yang sekan dilemparkan padannya sendiri, kemudian menjawabnya dengan narasi (sastra) dan citra visual (fotografi). Pertanyaan-pertanyaan baru ternyata terus saja muncul. Senja dan misterinya terus ia temui di banyak tempat, di banyak kota yang ia lalui. Mempertanyakannya dan mencoba menemukan hal-hal yang membuatnya menjadi misteri. (RED)

Continue reading

Lukisan Hujan

#GBKPictStoryLukisan Hujan adalah seri puitis lainnya yang gagas oleh Gabriella Melisa yang sempat melahirkan karya sajak “Tentang Hujan“. Kali ini masih dengan tema yang sama, Gabri menghadirkan reinterpretasi (baru) yang ia tangkap dari fenomena hujan melalui rajutan caption dan citra visual (fotografi). Berikut ini adalah rajutan prespektiv itu yang disusunnya sendiri, dengan bahasanya khas dan puitik. Selamat mengapresiasi. (Red)


 Hujan itu magis. Menari di bawah hujan memberikan sebuah sensasi yang menyihir. Hujan adalah nyanyian alam, nyanyian merdu yang bercerita tentang alam. Hujan identik dengan mendung, gumpalan awan yang menetaskan rintik demi rintik. Dan lagi aku memaknai hujan sebagai nyanyian alam yang menderu merdu, seperti bisikan rindu yang tertahan di saat awan marah pada langit. Seringkali aku bertanya-tanya, kenapa setiap kali hujan turun, rindu-rindu seperti ikut datang bersama hujan. Menyentuh ke hati yang paling dalam.

Continue reading

Kawah Putih Bandung Episode Nyari Wangsit

Oleh: Gabriella Melisa

Judul diatas mungkin membuat sebagian orang salah kaprah. Nyari wangsit? Hari gini?. Dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas masalah-masalah mistis atau semacamnya. Judul ini terlintas begitu saja mengingat perjalanan saya ke Bandung waktu itu memang perjalanan untuk mencari pencerahan untuk SKRIPSI.

Continue reading

Dengar Senandungku

Senandung Indah Untuk Solok

Dengarkan lah wahai sahabat
Kuingin bersajak tentang kisahku
Kaki kecil yang menapak halus
Ketika pagi masih berpagut dengan mimpi
Disaat burung mulai menyuarakan sunyi
Sepenggal masa yang aku lalui disebuah sudut alam
Keindahan yang maha agung
Keajaiban alam yang memukau
Bertaut dalam masa indah yang membayang Continue reading