Hari Ketiga di Padang Sibusuk

Catatan hari ke­tiga Lokakarya Daur Subur di Padang Sibusuk

Selasa, 09 Januari 2018 adalah hari ketiga Lokakarya Daur Subur yang diadakan di Padang Sibusuk oleh Gubuak Kopi bersama PKAN. Lokakarya ini mengundang beberapa partisipan dari kelompok dan latar belakang pendidikan yang berbeda, guna memberi keberagaman pandangan dalam membaca isu di Padang Sibusuk.

Sekita jam 10.20 WIB, Volta dan salah satu partisipan yang bernama Zaky pergi ke pasar untuk melihat aktivitas pasar sambil membeli beberapa keperluan masak. Pasar tersebut tidak terlalu jauh dari sekretariat PKAN. Pasar mingguan itu hanya buka pada hari selasa saja. Volta dan Zaky berkesempatan melihat aktivitas warga dan pedagang yang berada di sana. sesampainya di sana Volta dan Zaky mulai membaur dengan warga sekitar, maklum mereka bukan orang sini, dia tertarik kepada orang yang menjual salak, dari kejahuan si pedagang menyorak-nyorakkan dagangannya sambil menyebutkan harga dagangannya. Setelah dihampiri ternyata menurut mereka harga yang disorakkan tadi tidak sesuai dengan barang yang dijualnya. Selain itu mereka juga menghampiri penjual tembakau, yang membawa tembakau Taram dari Sigantuang, Payakumbuh.

Setelah membeli salak dan beberapa bahan masakan, mereka langsung kembali ke markas PKAN. Kebetulan sore ini Volta akan memberikan materi tentang membajak teknologi media melalui aksi kesenian. Sesampainya di sekre, Volta lansung mempersiapkan presentasinya.

Volta memaparkan materinya dan membahas beberapa aksi yang sudah dilakukan dalam kerangka melawan pengaruh media dan konglomerasi media. Nam June Paik adalah bapak seni video dari Korea, yang awal-awal sangat aktif mengkritisi televisi dan konglomerasi melalui pratek seni video. Lalu ada Pierre Scaeffer, salah seorang komposer dari Prancis, ia aktif memproduksi karya-karya eletro-akustik, dan bereksperimen melalui medium radio. Dan yang cukup dekat dengan kita ada Minang Kocak, kita belum bisa melihat lebih jauh apa yang dilakukannya adalah kesenian atau tidak, namun kosistensinya dalam memberdayakan fitur-fitur yang di tawarkan media sosial untuk main-main menjadi aksi yang menarik. Dari paparan tadi saya bisa mengambil kesimpulan, bagaimana kita bisa mencari kelemahan dari teknologi yang serba canggih ini dengan mempermainkannya untuk hal kesenian dengan tetap sadar akan fungsinya.

Sesudah sholat Isya fasilitator dan partisipan berkunjung ke rumah bapak Jorong untuk melaporkan kegiatan kita yang diadakan di sekre PKAN. Setibanya di rumah beliau kita lansung menyampaikan maksud dan tujuan. Respon dari beliau sangat baik dan ia siap membantu semampunya. Kita juga diajak untuk datang pada hari Jumat kebetulan akan diadakan pelatihan menanam bibit sayuran dan membuat pupuk organik bersama ibuk-ibuk Kelompok Wanita Tani (KWT), bekerjasama dengan Dinas Pertanian. Setelah beberapa lama di rumah beliau kita lansung balik ke sekre PKAN.

Setibanya di sekre agenda dilanjutkan dengan membaca berjemaah, pada kali ini kita membaca cerpen dari salah satu sastrawan terkenal juga yaitu Ali Akbar Navis atau lebih dikenal dengan A.A. Navis. Ini juga menjadi program harian selama lokakarya. Gaya penulisan dan isu-isu yang dibicarakannya, menjadi modal untuk kita menulis, terutama dalam membicarakan dan mengkritisi diri sendiri.

Muhammad Riski (Solok, 1995), adalah salah satu pegiat seni di Komunitas Gubuak Kopi. Ia menyelesaikan studi di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang (UNP). Selain itu ia juga aktif memproduksi karya seni mural dan stensil. Sebelumnya ia juga aktif menggarap program Minang Young Artist Project. Ia juga tengah sibuk mengelola karakter artist @sayhallo dan menjadi gitaris di band Papan Iklan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.