Dinego Tengkulak

Pertanian merupakan salah satu komoditi unggulan di Solok. Selain terkenal dengan persawahan yang luas, Solok juga dikenal dengan hasil sayuran dan buah-buahan yang melimpah, dan juga memiliki hasil yang baik jika disandingkan dengan sayuran atau buah-buahan di pasar-pasar modern seperti foodcourt. Namun, hasil tersebut tidak menggambarkan keberhasilan petani-petaninya dalam segi penghasilan. Nyatanya saja, pendapatan petani di daerah Solok masih sangat kecil dikarenakan banyaknya tengkulak atau pedagang yang membeli hasil pertanian dengan harga yang sangat rendah. Contohnya saja untuk jenis sayuran bunga bawang atau di daerah lokal disebut tombak bawang yang sering kita temui di pasar tradisional dengan harga penjualan sekitar dua sampai tiga ribu per-ikat atau kurang lebih seperempat kilogram. Sayuran ini dibeli kepada petaninya langsung oleh tengkulak seharga 10.000 per karung ukuran besar, dan itu sudah termasuk biaya transportasi yang harus dikeluarkan petaninya.

“Iko tapaso kami buang se nak, kalau dijua haragonyo sapuluah ribu sakaruang isi ampek belek. Alun biaya ojek nan ka kami pikian lai, kalau dari siko (kebun) sae ojek e kanai agak 15.000 pulo. Ma ka tacabuik an dek kami” demikian tutur salah seorang petani tersebut, saat saya tanyakan – kenapa sayuran yang tergolong mahal dipasaran tersebut dibuang begitu saja di pinggir-pinggir kebunnya. Kalau jenis sayur tersebut sudah sangat murah harganya, lalu bagaimana dengan sayuran yang tergolong mahal seperti bawang dan cabai? Ternyata ketika kita tanyai, hal tersebut sama saja. Kenaikan harga di pasaran pada periode-periode tertentu – seperti lebaran – ternyata tidak mempengaruhi secara nyata terhadap penjualan oleh petaninya langsung.
“Harago dipasa naiak alun tau di kami naiak pulo nak. Apolai dakek ka rayo, dipasa alah labiah 50.000 sakilo. Kok ka di jua ka toke samo se haragonyo jo biaso nyo” ujar petani tersebut. Ada banyak image yang menggambarkan kondisi pertanian di Solok, di antaranya saya memilih tujuh foto yang diunggah oleh para pengguna media sosial instagram, dan di repost oleh akun @solokmilikwarga

 


@solokmilikwarga: Program pendayagunaan hashtag #solokmilikwarga di media sosial. Program ini dikembangkan dalam rangka mengumpulkan image-image yang berhubungan dengan Solok, sebagai bagian dari penelitian untuk membaca perkembangan kota sekaligus untuk mengarsipkan peristiwa-peristiwa kontemporer yang terjadi. Secara khusus, hashtag ini akan difokuskan pada Instagram.

Rafly Hidayat (Muaralabuh, 1993) biasa disapa Adek. Ia merupakan lulusan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas. Selain itu Adek juga aktif berkegiatan ini di UKOS, Gubuak Kopi, dan Takasiboe.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.