Mengaktivasi Perpustakaan Nagari Melalui Kesenian

Sabtu malam, 21 Januari 2017 lalu, Komunitas Gubuak Kopi bersama kelompok pemuda Kelurahan Kampung Jawa Solok, menggelar pentas kesenian remaja kelurahan di Persputakaan Nagari Kelurahan Kampung Jawa, Solok. Kegiatan ini terdiri dari pertunjukan kesenian talempong pacik, beatbox, pembacaan puisi, serta pameran gambar, mural (melukis dinding), dan buku-buku.

Perhelatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, para orang tua remaja, dan sejumlah tamu undangan, baik itu dari kalangan pegiat komunitas ataupun organisasi kepemudaan lainnya. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan oleh Bapak Riko selaku Kepala Lurah Kampung Jawa, Solok. Riko, menyampaikan kebanggannya atas keberadaan Komunitas Gubuak Kopi di Kelurahan ini, yang mampu menggerakan dan membimbing generasi muda ke arah yang positif.

Hal senada juga disampaikan oleh Haji Eri selaku tokoh masyarakat setempat yang turut memberikan sambutan dalam kegiatan tersebut,

“kami sangat berterima kasih pada Komunitas Gubuak Kopi, telah membimbing adik-adiknya di sini, yang sebelumnya keluyuran tidak jelas, kemudian kini hadir dengan kreativitas.” Puji Haji Eri dalam sambutannya.

Dalam perhelatan tersebut hadir pula Ibu Rosmini, ketua Bundo Kanduang dan pengelola perpustakaan Nagari, yang menyampaikan terimakasih atas renovasi wajah perpustakaan yang dikerjakan oleh pegiat Komunitas Gubuak Kopi.

Albert Rahman Putra, selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi meyebutkan bahwa, ada beberapa tujuan utama yang ingin dicapai oleh Lembaga penelitian penegembangan seni dan media ini. Di antaranya, mengaktivasi ruang publik yang dalam hal ini ada perpustakaan. Menurut Albert, Perpustakaan adalah ruang distribusi pengetahuan yang sangat strategis dalam menyebarkan pengetahuan, serta memperkuat masyarakat sipil.

“Pustaka kelurahan tidak hanya gudang penyimpanan buku, tetapi juga terminal pengetahuan, ruang untuk kita bertemu, berdiskusi, berinteraksi, berbagi informasi, dan berkreativitas, untuk itu kita ingin semua elemen masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan ini,” Ungkap Albert saat diwawancarai.

Albert menegaskan, perpustakaan tidak hanya milik para orang tua, pemuda, tapi juga milik remaja dan anak-anak. Dari riset sebelumnya kita melihat, ada rasa malu bagi remaja kelurahan untuk berkunjung dan berkegiatan di perpustakaan. Tiga minggu sebelumnya, remaja-remaja dan anak-anak yang berhasil dijangkau, lalu dikumpulkan dan diberi penjelasan tentang potensi-potensi perpustakaan. Untuk itu lah, kakak-kakak mereka di Komunitas Gubuak Kopi membimbing remaja ini melakukan sejumlah kreativitas di perpustakaan ini, seperti membaca puisi, mural, berlatih talempong pacik, dan daur ulang. Hal ini pertama sekali bertujuan untuk menghilangkan jarak antara perpustakaan dengan mereka.

Selain itu tidak tertutup pula para orang tua untuk berkegiatan di perpustakaan. Desember lalu, Komunitas Gubuak Kopi, bersama ibu-ibu Bundo Kanduang juga berlatih talempong pacik atas inisiatif ibu-ibu ini. Serta dalam perhelatan ini, selain memamerkan karya gambar-gambar, juga memamerkan buku-buku pertanian, perkebunan, dan peternakan yang berpotensi di kelurahan ini.

“Berdasarkan riset kita sejak Agustus 2016 lalu, kita melihat potensi-potensi pertanian maupun peternakan yang dimiliki oleh kelurahan ini, dan ternyata semua referensi itu ada di perpustakaan ini.”

Kegiatan yang bertajuk “Pesta Babaliak Ka Pustaka Nagari” ini dikerjakan secara gotong royong antara Komunitas Gubuak Kopi, pemuda, dan remaja. Dalam kegiatan ini di antaranya terlibat Albert Rahman Putra selaku kurator, serta terdapat sejumlah seniman partisipan yang menyumbangkan pikiran dan waktu mereka untuk membimbing remaja Kelurahan Kampung Jawa, yakni: Volta Ahmad Joneva, Delva Rahman, Dhela Pertiwi, Raenaldi Andrean, Zola Alfiatra, Zekalver Muharam, Teguh Wahyuandri, Tiara Sasmita, Muhammad Risky, dan Rafli Hidayat.

Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah lembaga nirlaba yang berkerja mengembangkan pengetahuan seni dan media bagi warga, serta mengaktivasi ruang public sebagai ruang berbgai pengetahuan, melalui kegiatan kesenian dan kreatif. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2011, berbasis di Solok dan dikelola oleh pemuda yang terdiri dari pegiat seni, penulis, jurnalis, dan mahasiswa. Sejak tahun 2016, Komunitas Gubuak Kopi berbasis di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok.***


Artikel ini sebelumnya telah dipublikasi di media online infosumbar.net, dengan judul Komunitas Gubuak Kopi; Komunitas yang Mengaktivasi Perpustakaan Nagari Melalui Kesenian, tanggal 29 Januari 2017.

Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah kelompok belajar seni dan media yang berbasis di Kota Solok, sejak tahun 2011. Kelompok ini berfokus pada pengembangan seni sebagai metode riset. Serta menjembatani kolaborasi profesional (seniman, peneliti, dan penulis) dan warga dalam mendedah persoalan-persoalan budaya lokal di Solok secara khusus dan Sumatera Barat secara umum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.