Monthly Archives: April 2016

RESPON PERNYATAAN KELIRU RONI DANIEL DI BAKI-NEWS

berikut adalah komentar yang disampaikan pada halaman berita BAKI-NEWS.com yang mengutip penyataan Roni Daniel:

Halo redaksi,

Kita dari Komunitas Gubuak Kopi, ingin mengkomfirmasi ada opini dan pernyataan yang keliru: Kita dari Komunitas Gubuak Kopi sudah beridiri sejak 2011 atas inisiatif pemuda dan seniman Solok, artinya tidak dibentuk oleh Rumah Kreatif (yang kita saja baru tahu keberadaannya sejak Februari 2016) atau kelompok lainnya. Berkaitan dengan kegiatan di pasar itu, Komunitas Gubuak Kopi sejak September tahun 2015 telah punya program panayangan dan dikusi filem reguler (1x2minggu) yang kami sebut Sinema Pojok, dan kebetulan pada hari itu merupakan hari perayaan Film nasional dan teman-teman “rumah kreatif” meminta kita bergabung untuk ikut mengisi kegiatan “yang awalnya” ada agenda pembukaan pasar, tapi itu tidak berjalan dengan baik, jadi teman-teman sepakat untuk melakukan kegiatan perayaan Hari Film Nasional saja. Dan Soal Albert Rahman Putra, sudah bergiat di bidang perngkajian dan produksi film sejak awal berdirinya Komunitas Gubuak Kopi, tentunya juga bekerjasama dengan berbagai kelompok dan institusi lainnya, seperti Forum Lenteng dll, jadi kalau dikatakan: Albert sudah mendapatkan pembekalan dari “sang instruktur” (?) Fuaddy Rossa itu terlalu berlebihan atau tidak sesuai.

link berita: DPORKP Kota Solok Gelar Layar Tancap di Pasar Semi Modern

ttd,
Komunitas Gubuak Kopi

 

13020073_10206254362225558_1702728817_n12992918_10206254362585567_560864127_n13020394_10206254363225583_924718635_n13022211_10206254363345586_1635520905_n

berikut beberapa berita dan publikasi Kegiatan dan keberadaan Komunitas Gubuak Kopi saat awal terbentuk.


Pernyataan ini juga dirilis, mendengar banyaknya pencatutuan nama Komunitas Gubuak Kopi di proposal-proposal permintaan dana tanpa sepengetahuan Komunitas Gubuak Kopi.

Pernyataan ini juga dirilis sebagai permintaan maaf kepada pendiri Komunitas Gubuak Kopi lainnya yang sudah telanjur mambaca berita kelirur tersebut.

PERKENALAN TEATER DI KAMPUNG JAWA

Sabtu, 16 April 2016, Komunitas Gubuak Kopi kembali menggelar agenda berkesenian di tengah-tengah masyarakat. Kali ini melalui program Kelas Warga yang ke tiga, dalam rangka memberi pendidikan seni dan mendekakan seni dengan masyarakat, Komunitas Gubuak Kopi bekerja sama dengan Pemuda Kampung Jawa Solok, menghadirkan “Teater di Kapung Jawa”. Kegiatan ini menghadirkan dua kelompok seni profesional untuk berbagi ilmu dengan masyarakat Kampung Jawa, Solok.

Kegiatan ini digelar di Gelanggang Gubuakkopi, atau sebelumnya dikenal halaman TK Alquran lama. Kegiatan ini dihadiri oleh warga Kota Solok dan Kampung Jawa Khususnya, dan tidak kalah, di buku tamu terilat hadir pengunjung dari Guguak Solok, Batu Sangkar, Kota Padang, Padangpanjang, dan sebagainya. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Syahroni selaku Ketua RT. Menurut bapak RT, kegiatan ini adalah gebrakan baru untuk Kampung Jawa sendiri, yang sangat awam dengan istilah yang berkaitan dengan Teater. Continue reading

KELAS WARGA: TEATER DI KAMPUNG JAWA

Dalam rangka mendekatkan seni dengan warga Komunitas Gubuak Kopi bersama Pemuda Kelurahan Kampung Jawa Kota Solok menggelar “Kelas Warga” yang terdiri dari serangkaian kegiatan, diantarnya: Workshop Pengenalan Seni Teater & Pertunjukan (monolog, pembacaan puisi, dan pantomime) dengan menghadirkan kelompok teater KOTAK KOTAK GANAS dari Padangpanjang dan kelompok teater BANGSAT dari Kota Padang.
dilaksanakan pada:
Sabtu, 16 April 2016
15.30 – 17.30 (workshop)
19.30 – 23.00 (pertunjukan)
di Galanggang Gubuakkopi
Jalan Yos Sudarso, no 427, Kelurahan Kampung Jawa
Kota Solok / TK Alquran lama.
*free tiket
info lanjut
instagram; @gubuakkopi | e: gubuakkopi@gmail.com
Didukung oleh LEMBAGA SENI BUDAYA – ATOK SOLOK

Praktek berkesenian di Indonesia hadir dalam beragam dimensi ruang, waktu, dan konteks. Kadang ia membatasi diri dari komunitas di luar mereka, kadang mereka melebur dengan segala elemen di sekitar mereka. Kita sebagai “warga biasa” pernah merasa minder memasuki ruang pameran, atau komplek Taman Budaya, yang seakan kita tidak akan mampu ikut campur di dalamnya, membaca bahasa visual “para seniman besar” yang begitu metaforis dan sebagainya. Beberapa juga kita temukan di perhelatan musik, tari, teater, dan sebagainnya.

Kali ini Pemuda Kampung Jawa, bersama Komunitas Gubuak Kopi, sebagai salah satu kelompok studi yang berfokus pada pengembangan pengetahuan/literasi seni dan media, berupaya mendekatkan seni pada setiap kalangan masyarakat. Melebur batas-batas konvensional yang membuat seni terpisah dari masyarakat atau komunitas lain di sekitarnya. Kini kita sepakat berupaya agar praktek berkesenian yang terbuka untuk setiap lapisan masyarakat, bahkan melibatkan masyarakat itu sendiri. Seni, kita perkenalkan tidak mentok untuk dikonsumsi orang-orang sekolah seni, ataupun kritikus saja, melainkan juga milik warga.

Tema “Teater di Kampung Jawa” kita rumuskan sebagai kegiatan atau langkah awal, dari pengembangan pengetahuan seni secara terbuka untuk warga Kampung Jawa, Kota Solok. Kegiatan ini nantinya akan diiringi dengan beragam kegiatan seni lainnya, yang akan melibatkan masyrakat secara aktif. Baik secara oragnizer ataupun sebagai pelaku seni.

  • Maksud dan Tujuan

Teater di Kampung Jawa, yang diselenggarak oleh Pemuda Kampung Jawa dan Komunitas Gubuak Kopi, diantaranya memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:

  1. Memperkenalkan dan memberikan pengetahuan dasar seni teater pada masyarakat Kampung Jawa.
  2. Menghadirkan pertunjukan seni teater yang disajikan oleh pelaku profesional dan masyarakat sebagai bentuk perayaan seni di Kampung Jawa.
  3. Mendekatkan seni dengan masyarakat
  • Waktu dan Tempat Kegiatan
    • Hari: Sabtu
    • Tanggal: 16 April 2016
    • Pukul: 15.30 – 23.00 WIB
    • Lokasi: Jalan Yos Sudarso, no 427, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. (TK Alquran lama)
  • Bentuk dan Rincian Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan secara “merakyat: dari masyarakat dan untuk masyarakat”, dalam konteks ini, artinya melibatkan masyarakat secara aktif untuk belajar dan mengorganisir pentujukan teater. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut

  1. Workshop Seni Teater di Taman Belajar Komunitas Gubuak Kopi (TK Alquran lama)
    • Materi: Teater & Monolog
    • Pemateri: Kelompok Teater KOTAK-KOTAK GANAS (Padangpanjang)
    • Waktu: pukul 15.30 WIB
  2. Workshop Seni Puisi dan Pantomime
    • Materi: Pengenalan seni berpuisi dan berpantomime
    • Pemater: Teater Bangsat (Padang)
    • Waktu: 16.30 WIB
  3. Pertunjukan Teater
    • Materi Pertunjukan: Monolog, Pembacaan Puisi, dan Pantomime
    • Pemain: Kelompok Teater KOTAK KOTAK GANAS dan Teater BANGSAT
    • Waktu: 19.00 – 23.00 WIB

 

“MOODS OF MAY” PAGELARAN SENI SPESIAL HARI BURUH

Pagelaran Seni Spesial Hari Buruh Internasional

Dalam rangka memperingati Hari Buruh pada 01 Mei mendatang, Komunitas Gubuak Kopi mengajak teman-teman: warga, aktivis, dan seniman berpatisipasi untuk membaca persoalan terkait keadaan buruh disekitar kita, dengan segala kemungkinan prespektif untuk dituangkan dalam berkesenian. Tujuanya sederhana, dukungan untuk buruh yang sejahtera. Tentu ouput dari kegiatan ini bukanlah hal-hal yang bersifat finansial, melainkan sebuah dukungan dan pernyataan tegas bahwa kita berdiri bersama untuk keadilan warga, terutama buruh.

Mari berpartisipasi dengan mengusulkan karya anda dengan tema terkait pembacaan dan dukungan keadilan terhadap Buruh, khususnya di Sumatra Barat.


 

Latar Belakang

Praktek berkesenian di Indonesia hadir dalam beragam dimensi ruang, waktu, dan konteks. Kadang ia membatasi diri dari komunitas di luar mereka, kadang mereka melebur dengan segala elemen di sekitar mereka. Kita sebagai “warga biasa” pernah merasa minder memasuki ruang pameran, atau komplek Taman Budaya, yang seakan kita tidak akan mampu ikut campur di dalamnya, membaca bahasa visual “para seniman besar” yang begitu metaforis dan sebagainya. Beberapa juga kita temukn di perhelatan musik, tari teater, dan sebagainnya. Baik itu seni-seni tradisi, klasik, modern, kontemporer, dan seterusnya yang dipahami masyarakat sebagai ‘misteri’.

Komunitas Gubuak Kopi, sebagai salah kelompok studi yang berfokus pada pengembangan pengetahuan/literasi seni dan media, berupaya mendekatkan seni pada setiap kalangan masyarakat. Melebur batas-batas konvensional yang membuat seni terpisah dari masyarakat atau komunitas lain di sekitarnya. Hal tersebut telah diaktualkan sejak tahun 2011, dengan menghadirkan beragam praktek berkesenian yang terbuka untuk setiap lapisan masyarakat, bahkan melibatkan masyrakat itu sendiri. Seni, kita perkenalkan tidak mentok untuk dikonsumsi orang-orang sekolah seni, ataupun kritikus saja, melainkan juga milik warga. Seni, kita perkenalkan sebagai media bagi mereka yang tidak memiliki akses terhadap ‘media massa’ – yang banyak diantaranya hanya menyuarakan kepentingan pemilik modal.

Pada tahun 2016 ini, adalah kali pertama Komunitas Gubuak Kopi, mengagendakan sebuah rangkaian pagelaran seni peringatan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 01 Mei. Agenda ini merupakan respon ataupun perayaan atas minimnya praktek berkesenian yang bergaul dikalangan ini. Kita tidak tahu persis, minimnya pemberitaan media mengenai buruh di Sumatra Barat adalah petanda sesuatu yang baik-baik saja, keterbatasan dalam beraspirasi, atau hal lain. Kali ini, masyarakatlah yang akan menjawabnya. Kita mengajak warga, termasuk seniman, sastrawan, aktivis, dan buruh itu sendiri untuk mengumpulkan karya mereka, sebagai “pembacaan” atas situasi buruh di sekitar mereka.


sampul katalog 1

Poster design: Sandy

PAMERAN, KURASI FILM, PERTUNJUKAN dan DISKUSI.

Dengan Rincian Sebagai Berikut:

  • Pameran: memamerkan karya seni lukis, fotografi, pahat, patung, dan sebagainnya. Karya yang masuk dikurasi berdasarkan kesesuian tema. Pameran yang akan berlangsung selama tiga hari ini, akan diiringi dengan kegiatan lainnya, yakni: Pembagian Katalog, Dikusi Seni: Pengatar oleh Kurator dan Presentasi Pengkarya.
  • Kurasi Film: Komunitas Gubuak Kopi melalui program Sinema Pojok akan menayangkan pilihan film yang dianggap menarik sebagai pengantar persoalan buruh dunia dan diiringi dengan agenda diskusi.
  • Kurasi Pertunjukan: kita mengajak para pegiat seni pertunjukan untuk mempresentasikan sebuah karya yang mampu mewakil tema kegiatan. Kita menyediakan empat pertunjukan untuk diisi oleh setiap partisipan.
  • Diskusi Seni: persentasi tema kegiatan dihadapan publik, dalam agenda mengembangkan pengetahuan seni sebagai bagian dari setiap lapisan masyarakat.

Kontribusi dan Karya dapat berupa:
A. Seni Pertunjukan:
– peformance art
– tari kontemporer
– monolog
– Pembacaan Puisi
– Pantomime


*durasi karya maksimal 15 menit, berkaitan dengan tema: pembacaan mengenai situasi buruh di sekitar kita.
*silahkan kirimkan konsep, deskripsi, atau naskah melalui email gubuakkopi@gmail.com dengan Subjek “Moods of May” (termasuk kebutuhan perlengkapan). 
*karya yang memungkinkan untuk tampil adalah karya yang dianggap mewakili tema kurasi dan dihubungi panitia paling lambat seminggu sebelum acara.

B. Pameran/seni rupa 
– Foografi
– video art
– lukis
– grafis
– patung
– instalasi
– dll
*karya yang dikirimkan adalah karya yang siap untuk dipajang (sudah dibingkai), dikirimkan ke Gallery Gubuakkopi disertai donasi minimal 20K IDR. Setiap pengirim berhak mendapatkan tanda terima.
*karya yang akan dipamerankan diseleksi oleh kurator. Karya yang dipajang ataupun tidak dipajang akan dikembalikan oleh Panitia, paling lambat seminggu setelah pameran.

Download Formulir: 

FORMULIR PESERTA PAMERA N – MOODS OF MAY (FORMAT DOC)

FORMULIR PESERTA PAMERA N – MOODS OF MAY (FORMAT PDF)


 

Peluang Sponsor dan Partner

Kita sangat terbuka, malah dengan senang hati, mengajak teman-teman untuk berdonasi atau mensponsori kegiatan ini. Namun perlu ditekankan, pastikan instansi/lembaga/usaha anda tidak terlibat dalam praktek diskriminasi, ketidakadilan atau kekerasan terhadap buruh.

  • WAKTU KEGIATAN

Hari/tanggal: 5-7 mei 2016

Waktu: 09.00 : selesai

  • TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan ini bertempat di Gallery Gubuakkopi, Jalan Yos Sudarso, no 427, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok.


 

Kontak:
gubuakkopi@gmail.com atau telpon/WA 085355348539

Alamat Kantor/Gallery: GALLERY GUBUAKKOPI (Jalan Yos Sudarso, no 427, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok, Sumtara Barat/bekas TK Alquran)

info update di:
www.gubuakkopi.wordpress.com
fb: Komunitas Gubuak Kopi / page: Gubuakkopi Community
ig: @gubuakkopi

(*informasi ini di-update terbaru pada 10 April 2016)

Di Pasar, Kita Bersinema

Sinema di Pojok Pasar Kita, adalah perayaan sinema yang bertepatan di Hari Film Nasinonal. Dalam hal ini, Komunitas Gubuak Kopi, menjadikan perayaan Hari Film Nasional ini, sebagai check poin untuk mengevaluasi perkembangan sinema kita dari tahun ke tahun. Sinema di Pojok Pasar Kita, adalah perayaan pertama yang dilakukan oleh Komunitas Gubuak Kopi. Kali ini Komunitas Gubuak Kopi merealisasikan kegiatan ini bersama Rumah Kreatif, salah satu kelompok yang juga berbasis di Solok.

Doc. Ngobrol Santai Soal Film Bersama Paul Agusta, kuliah umum Kelas Warga, masih bagian dari perayaan "Sinema di Pojok Pasar Kita di Gubuak Kopi, 24 Maret 2016. (foto: dokumentasi Komunitas Gubuak Kopi)

Doc. Ngobrol Santai Soal Film Bersama Paul Agusta, kuliah umum Kelas Warga, masih bagian dari perayaan “Sinema di Pojok Pasar Kita di Gubuak Kopi, 24 Maret 2016. (foto: dokumentasi Komunitas Gubuak Kopi)

Dalam kesempatan pertama ini, kita mengajak masyarakat para pecinta film ataupun umum, untuk membaca kembali situasi perkembangan kebudayaan sinema di Solok, secara khusus, dan Sumatera Barat, secara umum. Kita mengajak publik menyoroti keberadaan bioskop terakhir di Kota Solok, yakni Bioskop Karia yang telah dirubuhkan pada tahun 2014, dan kini telah berganti dengan bangunan toko. (baca juga: Nostalgia Layar Kejayaan, 2014) Bioskop ini dirubuhkan atas rembukan berbagai pihak, baik itu dari si pemiliki perusahaan, pegawai, investor, dan pemberi subsidi. Bioskop Karia Solok, dalam hal ini hanyalah salah satu bioskop yang kalah dalam monopoli distribusi film di Indonesia. Menarik pula, tidak ada keinginan dari pemerintah untuk mengambil alih gedung ini.

Dalam hal ini kita tidak pula ingin menyebut-nyebut bioskop yang tua ini adalah ‘barang antik’, ataupun dulu bioskop ini lah sumber pendapatan terbesar di Solok, seperti yang sering disebut orang yang menyayangkan keruntuhan bangunan itu. Berdasarkan wawancara saya bersama bapak Haji Nasionalis, seorang projectionis Bioksop Karia Solok, sempat ada usaha negosiasi dari pihak perusahaan bersama pemerintahan untuk mengambil alih gedung ini. Namun, pemerintah atau pemangku kebijakan saat itu, menilai bahwa Bioskop ini tidak lagi memiliki lagi nilai ekonomis, malah sering kali disebut sebagai tempat maksiat. Saya sendiri, menilai persitiwa ini pertanda ketidak-berpihakan pemerintah terhadap kebudayaan sinema, dan yang lebih malang lagi adalah ketidaksadarannya pemerintah untuk melihat sinema sebagai sebuah kebudayaan. Mungkin akan berbeda kalau “bioskop” lebih dikenal dengan “taman budaya” atau “taman belajar” atau “gedung kebudayaan” dst.

 

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daiel)

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daniel)

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daiel)

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daniel)Sulit pula menyalahkan pemangku kebijakan begitu saja. Di sini bioskop atau kebudayaan sinema memang semata-mata hanya dipahami sebagai “industri komersil” semata. Hal ini juga dipahami serupa oleh sebagaian besar masyarakat dan pemangku kebijakan di berbagai daerah di Indonesia. Di sini pemahaman mengenai sinema sebagai sebuah “kebudayaan” hampir tidak mendapat tempat. Pendidikan sejarah dan perkembangan sinema, itu barang kali yang kita tidak dapat selama itu. Infrastruktur, barang kali ada, namun prakteknya selalu mendahulukan kepentingan komersial semata. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan tradisi rezim sebelum reformasi yang sangat lama membungkam kritik dan hal-hal yang bersifat aktivisme. Seiring dengan itu, kita sadar kebudayaan yang tidak eksotis, menjual, membangun mental kritis, hampir tidak mendapatkan tempat. Bahkan latah itu masih kita rasakan hingga sekarang.

Sengaja kita memilih Hari Film Nasional, untuk mengkampanyekan kesadaran ini: terlepas dari term film komersil atau tidak, film dan sinema juga harus kita sadari sebagai sebuah kebudayaan. Setidaknya pada kesempatan ini, kita bicarakan kembali cita-cita mulia “bapak perfilman” kita Usmar Ismail, tentang apa itu film Indonesia. Di antaranya, cita-cita mengembangkan sinema sebagai pembangunan kebudayaan dan persatuan. Kita bisa melihat kondisi saat itu, Indonesia sebagai negara baru membutuhkan yang namanya “kebudayaan bersama” yang bisa meningkatkan rasa persatuan kita. Lebih dari itu, kita sangat mengapresiasi kesadaran Usmar Ismail yang melihat dan mengkampanyekan sinema sebagai kebudayaan. Dari sini kita bisa tarik kembali secara runut apa itu sinema, film, dan perkembangannya di berbagai belahan dunia. (baca juga: Kurangnya Budaya Diskusi Film di Kota Kami, 2015)

Berangakat dari kesadaran itu, Komunitas Gubuak Kopi melalui program penayangan ‘bioskop alternatif’: Sinema Pojok, berupaya menghadirkan ruang berbagi pengetahuan sinema itu. Di sini kita menayangan sinema-sinema yang akui secara kritik maupun riset sebagai sinema-sinema penting di dunia. Selain itu kita juga berupaya mengembangkan kebudayaan sinema atau kebudayaan menonton kita dalam bentuk “layar tancap” yang memberi kita peluang untuk berakrab-akrab dan bertemu. (baca juga:Nostalgia Kultur Sinema di Batu Kubung)

Malam itu, di depan pasar semi modern Kota Solok, diseberang RTH Kota Solok, ratusan masyarakat mampir, mampir untuk menonton, sekedar beramai-ramai, mencari hiburan, dan sebagainya. Tidak lupa, selebaran dan orasi film sebagai kebudayaan selalu kita galakan.

Daftar dan pengantar film yang ditayangkan, baca disini: (Poster) Sinema di Pojok Pasar Kita

Sampai bertemu di penayangan reguler kita berikutnya, maupun di perayaan tahun mendatang.


Koleksi foto lainnya:

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daiel)

Doc. Sinema di Pojok Pasar Kita. (foto: Rony Daniel)

12439441_208671079509694_1019947303066623476_n

Sinema di Pojok Pasar Kita, Merayakan Hari Filem Nasional

12472450_208671126176356_8704009580733779629_n12495091_208671402842995_5587602572770735194_n12512402_208671212843014_5145640093917254537_n12512672_208671892842946_3307136200522977463_n12919873_208671112843024_2898393481506900537_n12923223_208671059509696_447543117575641457_n12923238_208671609509641_465643295559716328_n12928431_208671646176304_5344149188955099201_n12936733_208671096176359_4433226739973927311_n

Koleksi Foto: Roni Daniel


12885980_593193500845485_5271279836998687727_o12891149_593193507512151_447930775805996813_o12440605_593194807512021_810362862850346923_o

Koleksi foto dari Papa Dzaki

Baca juga: hariansinggalang.com: Komunitas Gubuk Kopi Adakan Nonton Bareng