BAGAMAIK DAN PRAKTEK DEMOKRASI DI KAMPUNG JAO, SOLOK

Pada Kamis, 18 Februari 2016 ini, Komunitas Gubuak Kopi berkesempatan menjadi saksi sejarah praktik pembelajaran demokrasi di Kelurahan Kampung Jao (Kampung Jawa) Kota Solok. Malam itu di Galeri Gubuakkopi, berlangsung penyampaian visi-misi calon Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kampung Jao untuk priode 2016-2019. Kegiatan ini dihadiri oleh pihak kecamatan, kelurahan, niniak mamak, alim ulama, ketua pemuda, PKK, bundo kanduang, RT/RW, tokoh masyarakat, dan warga Kelurahan Kampung Jao umumnya.

 

P_20160218_211446.jpg

Bapak Delfianto (bediri) menyampaikan arahannya selaku camat yang akan melantik LPMK nantinya.

Menurut Bapak Camat Kelurahan Kampung Jao, ini adalah kali pertama diselenggarakannya pemilhan terbuka mengenai posisi ketua LPMK.

“Di Kecamatan Tanjung Harapan, yang terdiri dari enam kelurahan. Ini adalah kali pertama saya menyaksikan agenda pemilihan LPMK yang sangat demokratis ini…” ujar Bapak Delfianto selaku, Camat Tanjung Harapan, Kota Solok dalam sambutanya.

Menurut Bapak Camat, sebelumnya dia hanya menerima laporan langsung dari kelurahan menenai siapa ketua LPMK terpilih. Malah, ia pernah mendengar, sebelumnya untuk pemilihan ketua LPMK dipanitiai langsung oleh mantan ketua LPMK, dan menurutnya itu tidak patut.

“memang harus ada panitia khusus yang menyelenggarakan pemilihan ini, bukan dari mantan.” demikian pujinya mencegah adanya aksi ‘kongkalikong’.

 

Malam itu bapak camat cukup luas menjabarkan peranan LPMK bagi warga, terutama sebagai media aspirasi warga mengembangkan kelurahannya. LPMK akan bekerja berdampingan dengan kelurahan, semacam DPRD-nya Pemerintahan daerah, namun tidak politis. Hal ini menjadi acuannya dalam mengevaluasi kegiatan malam itu.

Sebelumnya oleh panitia diagenda kepada Camat dan Lurah untuk memberikan tanggapan atau pendalaman dari visi-misi dari 3 kandidat. Dengan alasan yang jelas ia menolak, sekaligus mencegah kelurahan mengutarakan penilannya. Baginya tanggapan membuka peluang untuk terjadinya penilaian yang sabjektif dan memihak. Makan dalam agenda itu seperti yang sepakati warga agenda mengenai “tanya-jawab, tanggap menanggapi, debat, komentar,” dihilangkan. Dan hal ini disepakati warga.

“saya hanya bisa memenuhi undangan untuk memberikan arahan, tidak untuk memberikan penilaian,”

Camat juga menjelaskan bahwa peran LPMK nantinya akan menjadi alat warga, untuk itu siapapun yang terpilih akan mendedikasikan dirinya untuk mewakili suara warga. Setiap kandidat hendaknya juga bisa memahami keinginan dan kebutuhan warga sesuai dengan kondisinya, tidak mewakili kelompok, partai, ras, etnis ataupun agama tertentu. Seperti halnya Kampung Jawa yang merupakan kelurahan besar, terletak dipusat kota, didalamnya hidup beragam etnis, dan agama.

Tiga kandidat LPMK malam itu antara lain; 1) Parjo; 2)Rily Ade; 3) Alexandra. Masing-masing kandidat menyampaikan visi – misinya dihadapan warga dan tokoh masyrakat lainnya.

Pemilihan akan berlangsung pada tanggal 27 Februari 2016 nanti. Mengenai tempat, Camat juga mengingatkan untuk dilakukan ditempat yang terbuka. Mengingat sebelumya dirancanakan akan dilaksanakan di kantor Kelurahan yang begitu sepi dan sempit. Ia menegaskan sebaiknya setiap orang dapat menyaksikan pemilihan dan penghitungan suara, dan harapannya kegiatan yang demokratis ini bisa menjadi contoh bagi kelurahan lainnya. Kegiatan malam itu belangsung lancar dan suka ria, ditutup dengan hiburan kesenian Gamaik (gamad).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.