Pustaka Keliling Kota Solok

Melewati rute biasa, setiap pulang dari Padangpanjang menuju rumah di Solok, saya akan mampir dulu ke Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Solok atau yang biasa dikenal dengan sebutan Taman Kota. Sore itu, jumat (11/05), sebuah mobil dengan dinding terbuka dan didalamnya berisi buku menarik perhatian. Saya langsung mendekat dan mampir. Mobil itu adalah Perpustakaan Keliling. Disana saya mengambil satu buku. Awalnya oleh petugas saya disuruh untuk mengisi buku tamu dulu, dia juga menawarkan agar saya mendaftar sebagai anggota di Perpustakaan Umum Kota Solok. Sebenarnya saya tertarik, namun ternyata saya tidak memungkinkan untuk itu karena saya bukan warga Kota Solok.

Sore itu, di Taman Kota, siapa saja diperbolehkan meminjam buku, asalkan tidak dibawa pulang kata petugas tersebut. Setalah melihat-lihat saya mengambil buku “Lubang Hitam Kebudayaan” karya Hikmat Budiman. Saya baca beberapa halaman dan ternyata buku tersebut cukup menarik, membahas tentang budaya massa. Dan menarik pula rasanya untuk mengatahui pilihan buku apa saja yang tersedia. Karena dalam presepsi saya selama ini di perpustaakan umum pemerintah bukunya tidak menarik sehingga jarang sekali orang kesana. Namun ternyata pada mobil itu terdapat ratusan buku dengan berbagai catalog, baik itu ilmu terapan, Sosial, kesenian, novel, dan lain-lain. Disana juga ada komik dan bacaan untuk anak, sayangnya sore itu saya tidak menemukan anak-anak yang ikut membaca.

Jujur, waktu itu saya tidak begitu konsen membaca. tidak tau kenapa, mungkin karena suasananya. Didekat saya ada empat orang petugas yang standby, lagi ngobrlol. Saya ikut bergabung dengan mereka. Mereka menyambut saya. Kita juga cerita banyak, tentang kuliah saya, program-program mereka, dan lain-lain. Tidak tau mengapa, mungkin karena saya banyak tanya mereka menduga saya wartawan. Tapi kembali saya jelasakan bahwa saya hanyalah seorang pengunjung yang tertarik dengan suasana langka tersebut.

 
Mobil Pustaka Kelilintg Kota Solok di Ruang Terbuka Hijau Kota Solok

Mobil Pustaka Kelilintg Kota Solok di Ruang Terbuka Hijau Kota Solok

Uda Wili (duduk) dan petugas wanita saat melayani pengunjung lain

Uda Wili (duduk) dan petugas wanita saat melayani pengunjung lain

Perpustakaan keliling terebut ternyata sudah kali ke empat di Taman kota, Sudah berjalan dua minggu, setiap Selasa dan Jumat pukul 15.00 hingga pukul 18.00. Uda Wili, salah satu petugas pustakan keliling, menambahkan selain di Taman Kota dihari lain mereka juga parkir ke Sekolah-sekolah. Saya kembali nyinyir untuk bergabung menjadi anggota di perpustakaan umum tadi, sukurlah Uni Titi (petugas pustaka keliling) dengan sabar mengulangi bahwa menurut sistemi yang mereka pakai, sama sekali tidak memungkinkan saya untuk bergabung. Anggota adalah warga kota solok, sedangkan saya warga kabupaten solok. Saya maklum, mungkin mereka cemas kalau bukunya tidak saya kembalikan.

Menurut Uda Wili, sebaiknya saya mendaftar anggota di Perpustakaan umum Kabupaten Solok saja. Uda Wili juga bertanya, “di Kabupaten Solok kan juga ada Pustaka Keliling, emangnya nggak pernah ketemu, ya?”.

Saya tidak tau, apakah di tempat (Kabupaten Solok) saya juga ada atau tidak. Yang saya tau saya tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang itu. Mungkin ini karena saya yang tidak update dan hanya pulang ketika akhir pekan, atau karena mungkin kurang di sosialisasikan. Yang pasti menurut Uda Wili di Kabupaten Solok juga fasilitas yang sama.

Saya sempat bertanya apakah ini program baru atau sudah lama. “Mobilnya sudah cukup lama, tapi baru dua minggu lalu, atas permintaan Sekda kami ke sini” ujar Uda Wili. Dia juga menambahkan, bahwa tujuan operasional mobil ini adalah agar perpusatakaan juga lebih dekat bersama masyarakat pengguna.

Saya kira ini adalah salah satu program yang bagus untuk meningkatakan minat baca warga. Tapi efektif atau tidaknya metode yang mereka lakukan mungkin siapa saja bisa menilainya. Saya menghampiri pembaca didekat saya. Kami sedikit melakukan obrolan membahas mobil pustaka keliling ini. Uni Sil mengaku apresiasi terhadap program pustaka keliling ini. Karena menurutnya, membaca itu memang penting.

Uni Sil menambahkan, sayangnya pilihan bukunya kurang menarik. “biasanya yang ke Taman Kota sore – sore begini kan ibu – ibu yang ngajak anak mereka bermain, dan bagus kalau membaca sambil menemani anak-anak mereka bermain. Tapi saya lihat kebanyakan bukunya ilmiah semua, buku tebal semua, kami orang tua mana mau baca buku itu. Bagusnya ada majalah masak, atau majalah kencantikan juga…” demikian Uni sil menjelaskan.

Dan saya dikira wartawan lagi!.

“saya memang kadang seperti wartawan kalau udah penasaran, hehehe” tanggap saya

haha.. iya, abis, ngapain kamu tanya pendapat saya tentang perpustakaan ini, atau kamu petugas pustaka juga ya?” balas uni Sil.

“saya cuma tertarik saja Uni sama kegiatan-kegitan baru,” begitulah saya yang masih awam menjelaskannya.

“ iya sih, ini masih hal yang baru di Kota Solok”. Balas uni Sil

Saya tidak peduli tanggapan orang kepada saya, ketika saya merasa ini adalah sesuatu yang baru. Lebih tepatnya saya heran. Kenapa baru sekarang!!?.

“Eh, tapi kok wartawan ndag jo baa do, bilo jo kami masuak Koran lai. Hahaha” (tapi kalau wartawan juga nggak apa-apa, kapan lagi kami masuk Koran) tiba-tiba Uni Yanti yang tadi hanya menyimak akahirnya ikut bicara.

 “kalau manuruik uni, program ko rancak. Tapi pamanggianyo agak kurang stek;. Cubo kalau anak-anak ketek tu dia ajak lo, pasti namuah tu mah”(kalau menurut uni program ini sangat bagus, sayangnya himbauan atau ajakannya kurang. Coba kalau adik-adik disana juga diajak, mereka pasti juga mau) .tambah Uni Yanti sambil menunjuk adik-adik yang lagi bermain disekitar Taman Kota.

Uni Sil (Kiri) dan Uni Yanti pengunjung perpustakaan keliling di Taman Kota Solok

Uni Sil (Kiri) dan Uni Yanti pengunjung perpustakaan keliling di Taman Kota Solok

Iseng saya menyimpulkan dua hal sekaligus. Pertama, ternyata menurut uni Yanti untuk membaca itu harus di ajak dulu. Kedua sepertinya petugas hanya memarkirkan mobil mereka disana, mengeluarkan buku, korsi, dan memajang poster yang saya tidak tau kenapa harus ada foto wali kota dan wakilnya. Bukanya gambar yang mengajak orang untuk baca buku.Sebelum pamit saya minta foto Uni-Uni tadi, dan setelah itu saya baru sadar, ternyata kunci motor saya hilang. Saya pusing mencarinya, dan tiba-tiba petugas parkir nyengir disamping saya.

nyari kunci motor, yo da?”.

 

Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.

0 comments

  1. saya setuju..!!
    manuruk saya slama ini buku” di pustaka milik pemda juga jelek semua… ternyata ada yang manrik juga ya.

  2. akhirnyaaaa…. puskelnya merambah taman kota.. sayang juga ya koleksinya kayanya (masih) ngebosenin. hehehe

    setau saya sih untuk nambah koleksi itu panjang prosedurnya, dan lamaaaaa prosesnya. untuk lebih lengkap coba temen2 tanya2 ke ibu saya, dulu beliau kerja disana.. siapa tau temen2 bisa bantu menyalurkan keinginan warga jg kaaan..

    kayanya gedung perpus kota skrg udah bagus deh, diramein juga ya temen2, berkunjung kesana, report lagi disini, mudah2an dgn begitu pengunjungnya makin banyak.. amiiin. buku2nya seinget saya juga banyak bgt, menarik2 (mungkin karena dasarnya suka baca, hehe).

    semangat temen2, sukses trus.. jgn berhenti yaaaa 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.