Masjid Megah, Cermin, Dan Poster

 
Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Jumat (13/04) lalu, Saya bersama rekan saya (Angga dan Rivo) menunaikan ibadah shalat Ashar di Masjid Al Muhsinin Kota Solok. Masjid megah ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Agung, selesai direnovasi beberapa waktu lalu dan diresmikan langsung oleh wakil mentri agama, Prof. Dr. H Nazarudin Umar MA pada 16 Desember 2011.

Mesjid Agung terlihat jauh berbeda dari terakhir saya kunjungi, kira-kira dua tahun yang lalu. Sebelumnnya mesjid ini rusak akibat gempa yang menggucang Sumatera Barat pada tahun 2006 dan diperparah oleh gempa 2009. Namun sekarang masjid ini adalah salah satu masjid termegah di Sumatera Barat. Sayang sekali rasanya saya baru bisa sempat berkunjung. Untuk itu saya memutuskan berkeliling sejenak.

Suasana mesjid ini jauh lebih nyaman dari sebelum masjid ini direnovasi. Lukisan awan pada plafon nya membuat hati lebih damai. Saya tidak dapat menerka luas masjid ini, tapi yang pasti saya merasa masjid ini lebih luas dari sebelumnya. Masjid ini dibangun dengan sentuhan modern, setidaknya begitulah saya yang masih awam dalam menilainnya. Pintu masjid dilengkapi dengan sensor gerak yang bisa terbuka sendiri ketika ada yang bergerak didepan pintu. Dan sepertinya petugas satpam sudah kewalahan untuk mengatur anak-anak yang suka bermain didepan pintu sehingga harus muncul penguman di sisi pintu: “Dilarang Bermain di Dekat Pintu”. Pintu dengan sensor gerak, seperti teknologi yang digunakan pada bangunan – bangunan kota besar Jepang, Belanda dan lain-lain hanya saja mungkin mereka tidak memakai penguman yang sama di depan pintu tersebut.

Hari itu tiba-tiba kami harus pergi. Jumat depannya sekembali dari Padang Panjang, saya mengajak teman saya Fauzia untuk ke masjid itu lagi. Sore itu saya bertemu dengan Satpam masjid, kita sempat bercerita banyak, dan dari Satpam juga saya mengetahui ternyata selain tempat ibadah shalat, masjid ini juga bisa difungsikan untuk berbagai kegiatan positif lainnya. Seperti BKMT, Zikir bersama. Dan sepertinya halaman parkirnya yang cukup luas juga telah dimanfaatkan untuk main bola oleh adik-adik yang sering main kesana.

Di lantai dua saya juga menemukan adik-adik dengan pakaian muslim, sebagian mereka sedang menganggkat bangku. Saya telusuri ke arah tempat dimana mereka muncul tadi, ternyata disana saya menemukan kelas – kelas yang sedang dibangun untuk kelas MDA dan kelas kaligrafi. Menurut bapak Syafwi Kohir, salah satu guru yang mengajar kaligrafi disana, saat ini sedang dibangun 10 kelas, dibangun sederhana, cukup membatasinya dengan triplek. Pak Kohir juga menambahkan, Sebelumnya, pada waktu renovasi, kegiatan kaligrafi sempat terhenti, dan tiga bulan terakhir sudah dimulai aktif lagi walau masih di kelas alternatif, atau tempat-tempat kosong yang bisa digunakan.

Adik - Adik Peserta kelas Kaligrafi diMasjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Adik – Adik Peserta kelas Kaligrafi diMasjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Albert (kemeja biru) , Pak Syofi Kohir dan Peserta kelas Kaligrafi diMasjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Albert (kemeja biru) , Pak Syofi Kohir dan Peserta kelas Kaligrafi diMasjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Sore itu, sebentar saja, saya ikut bergabung bersama adik-adik yang belajar kaligrafi disana. Mereka ternyata tidak dikelompokan berdasakan usia atau tingkat pendidikan sekolah formal mereka. Dalam satu kelompok kelas itu ternyata ada diantara mereka yang di bangku Sekolah Dasar (SD) dan ada yang sudah menepati Sekolah Menengah Pertama (SMP). Semuanya di ajar oleh pak Kohir dengan materi yang sama. Saya dan Fauzia pamit dari kelas kaligrafi tersebut. Setelah terus berkeliling saya mampir lagi ke tempat berwudhu pria. Hanya saya. Saya tersenyum kecil ketika bercermin di satu-satunya cermin di toilet tersebut.

Didekat cermin tersebut saya menemukan satu poster. Saya tidak memperhatikan hal ini sebelumnya, ketika saya kesini bersama Angga dan Rivo. Isinya berupa ajakan untuk menggunakan sepeda dalam aktivitas sehari – hari. Saya merasa poster tersebut begitu sampai tujuannya. Dalam poster itu juga dikatakan bahwa orang-orang di Belanda dan Jepang sana telah lebih dahulu menggunakan sepeda dalam beraktivitas.

Setelah pengunjung disuguhi berbagai fasilitas dengan standar Jepang atau Belanda, setelah pengunjung merasa berada di salah satu kotabesar diluar sana, lalu mereka diajak untuk mengikuti gaya hidup modern tersebut. Melalui poster yang terpajang dicermin itu, tanpa sadar saya benar-benar merasa “bercermin”. Syukurlah hal tersebut berisikan ajakan yang positif. Seandainya ajakan tersebut berupa ajakan negatif, saya kira hati pembaca pun akan tergerak pula.

Poster di tempat berwudhu pria di Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Poster di tempat berwudhu pria di Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Sepeda yang terparkir di Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Sepeda yang terparkir di Masjid Agung (Al-Muhsinin) kota Solok

Setelah melihat poster itu saya merasa harus segera membeli sepeda. Saya pikir pembaca yang lain juga bakal merasakan hal yang sama. Namun sayangnya kami disana hanya menemukan satu sepeda, tergeletak didepan pintu bagian belakang masjid. Menarik sekali, terparkir di depan pintu masjid. Saya heran, padahal lahan parkirnya begitu besar. Apakah keamanannya kurang atau karena kurang diamankan, dan atau karena hal lain. Sayang sekali saya tidak bisa menemukan pemilik sepeda untuk dilempari pertanyaan tersebut. Setelah berkeliling, saya baru sadar, saya mengambil kesimpulan sendiri, ternyata dihalaman parkir yang begitu luas, saya tidak menemukan tulisan seperti “Parkir Sepeda”.Hanya ada “Parkir Motor” dan “Parkir Mobil”. Jadi saya maklum jika sepeda tersebut diparkir disana.

Hari itu kami memang hanya menemukan satu sepeda. Adapakah gerangan?. Menurut teman saya Fauzia, ini ada dua kemungkinan. Satu karena harga sepeda mahal atau mungkin masih menabung. Dua, karena tidak ada tempat parkirnya. (ARP/GBK)

Artikel ini juga dipublikasi oleh akumassa.org

This slideshow requires JavaScript.

Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.

0 comments

  1. ada posternya tapi gkada parkirannya… apalagi sepedanya. 😀
    wah syukur deh kalo mesjidnya udah direnovasi jadi bagus…

  2. Semoga ke megahan mesjid itu tidak hanya bersifat monumental,yg hanya d kagumi ketika melintasi jalan d dpn mesjid tapi juga sebagai identitas kota,seperti banda aceh dgn msjid agungnya..
    Lebih dari itu semoga penarik org untk bribadah dan melakukan kegiatan2 positf d dlm nya..

  3. wah kereeennn… membuktikan sumatera barat benar2 menjunjung tinggi keagamaan…
    perhatian luar biasa untuk tempat ibadah kaum muslim yang notabenenya mayoritas muslim di minang…

  4. Wahhhhh.. Mantapp… terkesan skali saya sama kelas kaligrafinya.. Jadi ingin pulang dan belajar Kaligrafi lagi bersama guru saya yang ada di foto tersebut. hehehe…
    *Nama Bapaknya kalau setau saya Pak Syafwi, bukan Syofi.. 😀

  5. waahhhh hebat…..seluruh jempol yg ada di raga di kasiii semuanya deh…tapi ada yang lebih bagus…kopok dah bisa shalat…ini memang berita kerenn,,,,berita tobatnya temen kita..wkakakaka….pertahnkan,,,,

  6. asiiik.. solok udh punya mesjid keren, mudah2an pengguna (ato apa sih sebutannya??) mesjid bisa tertib dan bisa jaga fasilitas yg ada, kan keren tuh, tempat wudhunya udh ga becek, kering2an gitu, komplit dah. mesjidnya juga keliatan bgt ‘teduh’nya. asik tuh, moga aja makin rame orang2 pada kesana…

    hmmm.. iya juga tuh, ada posternya tapi ga ada parkirannya, apalagi sepedanya.. nanggung yak kesannya? coba temen2 sampaikan ke pengelola mesjidnya, siapa tau ntar ada dana balabiah buat bikin parkiran sepeda yg bener.

    o iya, disana ada car free day-nya ga? coba temen2 liput kalo ada, kalo udah ada (soriiiiiiiiiiiiiiii) tolong kasih linknya yaaaak 😀

    semangat mengejar2 terus ya temen2… 😀

  7. masjid nya megah megah dan indah tapi msh bnyk umat islam yg fakir miskin kurang sandang pangan. mending bkin masjid yg sederhana, uangnya disumbangkan ke fakir miskin. ini fakta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.