Berkah di Nuzul Qur’an

MTQ Ramadhan 1432H di Nagari Aia Angek

Solok – Sumatra Barat. Musabaqah Tilawatil Quran atau yang lebih kita kenal dengan singkatan MTQ adalah agenda tahunan di Indonesia yang selalu di adakan oleh masyarakat muslim pada setiap bulan ramadhan, selain untuk memperingati Nuzul quran moment ini juga merupakan ajang lomba baca Alquran dan hal tersebut juga berlaku dikampung kami Aia Angek , Solok Sumatra Barat. Minggu malam (14/8) lalu saya bersama rekan rekan saya di “Gubuak Kopi” menghadiri salah satu kegiatan MTQ dikampung kami tepatnya di Mushala Nurul Agung Nagari Aia Angek. Kegiatan ini diusung oleh remaja surau Nurul Agung. Seperti pada ramadhan sebelumnya, MTQ yang merupakan sayembara mengaji antar  surau dan mushala ini turut mengundang 20 surau atau mushala di kenagarian Koto Baru. Walau utusan yang datang hanya dari 13 surau saja namun kegiatan MTQ ramadhan tahun ini tetap berlangsung meriah.

Dari 13 surau tersebut masing – masingnya mengutus 2 peserta putra dan putri. Peserta dibagi menjadi dua kategori yakni kategori Anak-anak (13 tahun kebawah) dan kategori remaja (14-21). Tapi menurut Yudi wakil ketua panitia lomba, “kalau usia sabananyo ndag penting bana dow, bisa sajo urang -urang tu mangicuah,kan?. Tapi yang penting adalah kemampuan mangaji mereka, serta kemampuan surau – surau tersebut dalam maaja murid -murid mengaji”. (kalau usia sebenarnya bukan hal yang begitu penting, bisa saja dari peserta berbohong,kan?. Tapi yang penting adalah kemampuan mengaji mereka serta kemampuan surau – surau tersebut dalam mengajar murid – murid mereka mengaji.)                “tapi itu kan tidak adil bagi mereka yang usia sesuai syarat, kemudian terkalahkan oleh peserta yang usianya lebih tua?”

“ya, tapi seperti yang saya katakan usia bukanlah penghalang untuk terus belajar mengaji. Dua kategori tadi sebenarnya adlah kategori tingkatan mengaji, bukan usia.”

“kenapa tidak dibuka saja kategori dewasa ke atas?”

“kalau kategori dewasa keatas itu biasonyo diadokan di lomba MTQ antar mesjid. Jadi sudah ada adabnya walaupun itu tidak tertulis tapi kami tetap harus menghagainya.”

“lalu kenapa orang yang usianya cukup lanjut itu tidak ikuti lomba antar mesjid saja?.”

“pertama, undangan pada sayembara ini merupakan tantangan, jadi surau atau mushala wajar malu kalau mereka tidak memiliki utusan. Jadi mereka akan mengirim siapa saja yang terbaik mereka miliki untuk ikuti lomba ini.”

“Yang kedua?”

“yang kedua ya kami juga tidak ingin acara ini sepi.”

“jadi ini juga merupakan salah satu bukti anak remaja kito masih kurang minatnya dalam mengaji yo da?”

“Tapek bana!.” (tepat sekali).

Riva sang Langganan Juara “Lanca kaji dek di ulang”

                Riva salah satu peserta putri yang kami jumpai setelah penampilanya. Ternyata Riva adalah juara langganan pada kegiatan MTQ se kecamatan kubung ini. Ketika kami menanyakan soal prestasinya dalam bidang MTQ, Dengan santai Riva menjawab “kalau ndag salah alah labiah sapuluah kali manang, sajak dari kelas ampek SD”. (kalau tidak salah sudah lebih dari sepuluh kali menang, sejak dari kelas empat SD.)

Kami sangat terkesan dengan prestasi yang diraih Riva. Kami pun sempat menanyakan rahasia kesusksesannya, dengan ramahnya menjawab “awak baraja mangaji mulai dari kelas satu SD,ampia tiok hari rutin ka surau untuak maulang ulang kaji sakalian baraja jo ustad nan alah santiang.dan sampai kini pun wak masih acok mangaji, bak pepatah Minang ‘LANCA KAJI DEK DIULANG’”. (saya belajar mengaji mualai dari kelas satu SD, hampir setiap hari saya rutin ke surau untuk mengulang kemampuan sekaligus belajar dengan ustad yang sudah lancar mengaji. Dan samapi sekarang pun saya masih terus belajar Sebab seperti yang katakan pepatah Minang “LANCAR KAJI KARNA TERUS DIULANG”.)

Di sela-sela kesibukan acara,kami juga melancarkan beberapa pertanyaan pada utusan surau Bagonjong ini.  “tau nggak Riva setelah melihat penampilan Riva tadi,peserta yang lain kehilangan keyakinan mereka  untuk mendapatkan juara?”

”aahh,,nggak segitunya,kalau melihat pengalaman riva,justru hal tersebut lah awal dari kegagalan, karena menurut saya untuk menjadi sang juara kita harus percaya pada kemampuan kita sendiri. Karena kalau kita yakin kita pun akan terpancing untuk tampil maksimal.”

“tapi bagaimana kalau kenyataannya memang demikian?”

“ya, setidaknya next time harus terus belajar agar bisa ngalahin Riva”.

“Ada pesan untuk teman – teman yang lain?”

“rugi sekali bagi teman teman yang tidak mengikuti kegiatan lomba MTQ, karena untuk dapat ikut saja sudah merupakan prestasi. Juara hanya lah bonus. Dan buat teman teman yang tidak bisa mengaji, mulailah belajar dari sekarang..!!”.

Tidak hanya prestasinya yang membuat kami terkagum – kagum tapi karakternya yang berjiwa besar pun membuat kami iri.

Di penghujung acara tepatnya pada pengumuman juara,sebelum juara pertama di umumkan kami penasaran siapa yang akan menjadi pemenang lomba  MTQ kali ini. Diam diam kami mencoba mencuri-curi pandang melihat ekspresi riva. Namun ternyata kata teman – temanya riva sudah pulang karena besok dia juga sekolah.  “oh tidak… ternyata diam-diam kami telah menjadi salah satu penggemar Riva”. Dan seperti dugaan kami.Riva kembali menjadi juara pertama pada lomba kali ini. Congratulation buat riva, salut.!!

Devi Otaviana raih juara berkat dukungan penuh Orang tua.

                Kalau tadi riva adalah sang tingkat remaja maka Devi adalah sang Juara tingkat anak – anaknya. Anak dari bapak Amril ini sudah dua kali mengikuti MTQ tingkat anak – anak dan sudah dua kali pula merebut juara. Utusan dari surau Ukhwah Ganangan dari jorong Lampayo ini datang ditemani oleh bapaknya, dan pulang membawa piala.

Devi belajar mengaji sejak kecil dengan bapaknya, dan ketika sudah cukup pasif bapak Devi menyuruhnya untuk mengasah kemapuan mengajinya di surau dengan ustad/ustadzah yang sudah mahir. Selain itu Devi juga masih tetap mengulang ulang kaji dirumah bersama bapaknya.

penasaran lebih lanjut tentang kiat sukses devi kami pun menyerang devi yang sedikit malu – malu itu dengan beberapa pertanyaan.

“Grogi nggak ketika mengaji didepan orang banyak tadi?”

“iya, tapi kalau dekat bapak tidak lagi”

“loh, kok?. Memangnya bapak ikut ke panggung tadi?”

“apa lai maagiah samangek, ikuik lo mancaliak devi mangaji tadi tu ndag cameh bana lai do”

(bapak ikut memberi semangat, dan juga ikut melihat devi mengaji jadi tidak begitu cemas lagi).

“bagaimana perasaan Devi dapat juara tadi?”

“Senang, hehehehehe”

ado ndak tips untuak bisa manang?”

acok-acok se mangaji”. (sering sering saja mengaji).

“menurut Devi rugi ndag kawan – kawan yang ndag ikut lomba?”

iyo, Rugi karna dak dapek pahalo do” (iya, rugi karena tidak mendapatkan pahala)                Kurang puas dengan keterangan devi langsung pertanyaan ikut menyerang bapak Devi.

“bagaimana perasaaan bapak ketika devi meraih juara?”

“bangga bana, sudah jadi tugas ambo sabagai bapak untuak maaja anak mangaji dan menyalurkan bakat bakatnyo”

“Apakah bapak punya pesan buat para orang tua?”

“Sebagai orang tua sudah tugas kita untuk mengarahkan anak kita untuk menjumpai bakat-bakat dan kepandaiannya. Dan sebagai orang tua kita harus berusaha untuk memfasilitasi mereka agar mereka semakin bersemangat untuk mengeluarkan kemampuan yang terpendam di dalam diri mereka.”

Pesan dari Juri

Lalu bagaimana pendapat sang juri tentang lomba tersebut? Cekidot.

Pada lomba MTQ kali ini ada tiga orang yang berperan sebagai juri. Yaitu bapak Rinaldi S.Ag, bapak Almahdi S.Pd dan ibuk Yesi Marlina. Kami juga menemui salah satu juri yaitu bapak Rinaldi S.Ag. menurut bapak Rinaldi ada 3 hal yang menjadi kriteria dalam pemilihan juara sesuai dengan standar LPTI, yang pertama Fashiwa dan adab, yang kedua tadjwid, dan yang ketiga irama dan lagu.

Menurut bapak rinaldi kepandaian mengaji anak anak sekarang sudah cukup jauh meningkat. “Tapi sayang mereka hanya mengaji ketika lomba saja” ujar pak juri.

“Lalu apa harapan bapak untuk keepanya?”

“Yang pertama yaitu tentang pembagian juaranya, kalau pada lomba kali ini juara putra dan putri kan dicampur saja, padahal mereka memiliki karakter suara yang berbeda, jadi untuk lomba berikutnya kalau bisa juaranya dibagi lagi menjadi dua kategori  yaitu kategori putra dan kategori putri.”

“Yang kedua?”

“Kalau bisa juara juga diberikan sampai pada peringkat harapan, setidaknya harapan tiga. Karena saya yakin ini lebih memotivasi lagi.”

“Ada yang ketiga pak?”

“Saya kira itu dulu”

“Apakah para juara kali ini sudah dapat bersaing pada skop yang lebih besar?”

“Sebenarnya mereka sudah mengaji dengan sangat baik, tapi menurut saya untuk tingkat nasional mungkin mereka belum siap.”

MTQ Membawa Berkah buat Pedagang

                Salah satu pedagang yang kami jumpai yaitu Pedagang maratabak, sambil memesan martabak kami sempat menanyai beberapa pertanyaan pada pemuda asal mentawai tersebut.

“Apo motivasi uda manggaleh di siko?”(apa motivasi uda berjualan di sini?)

                “Di siko kan rami, selain itu penghasilan sajak bulan puaso ko agak berkurang. Jadi pas MTQ ko, kesempatan ntuak mandapek untuang gadang, insya allah.”(di sini kan ramai, selain itu penghasilan sejak bulan puasa ini sedikit berkurang. Jadi MTQ ini, adalah kesempatan untuk mendapat untung yang besar, insya allah.)

                “itu se nyo da?”(itu aja da)

                “Owh indak, selain itu ambo tu paliang sanang mancaliak urang rami, apo lai mandanga urang mangaji. Kok dapek yo mode ko se taruih.”(Owh tidak,selain itu saya paling senang melihat orang ramai, apa lagi mendengar orang mengaji. Kalau bisa seperti ini saja terus.)ujar uda pedagang martabak tadi.

(Tim Gubuak Kopi)

0 comments

  1. Wah….. keren euy…
    coba dulu pas aku menang MTQ di dokumentasikan juga… ;DD

  2. semoga sukses dalam meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT untuk mewujudkan santri yang religius dan intelektual menyonsong generasi rabbani

  3. Setuju sama saranya om juri…. musti ada juara kategori Pa dan Pi… mereka punya karakter suara yang berbeda..!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.